Bayi yang baru lahir dibawa ke posyandu agar mendapatkan

Imunisasi adalah upaya pencegahan penyakit berbahaya dengan cara melakukan vaksinasi. Vaksin adalah bakteri yang telah dilemahkan dan dimasukan ke dalam tubuh manusia.Tujuan imunisasi adalah membentuk kekebalan demi mencegah penyakit pada diri sendiri dan orang lain sehingga kejadian penyakit menular menurun dan bahkan dapat menghilang dari muka bumi.

Kekebalan dapat disalurkan oleh ibu ke bayi yang dikandung tetapi tidak berlangsung lama, maka kekebalan harus dibentuk melalui pemberian imunisasi pada bayi.

Saat yang tepat untuk memberikan imunisasi adalah sebelum anak terpapar penyakit berbahaya. Agar imunisasi efektif, pemerintah melalui Departemen Kesehatan telah membuat jadwal imunisasi sejak bayi lahir. Jika mengikuti jadwal tersebut dengan disiplin, anak mama dapat dipastikan hidup lebih sehat daripada tanpa imunisasi.

1. Menaati jadwal imunisasi

Bayi yang baru lahir dibawa ke posyandu agar mendapatkan
Pixnio/ Amanda Mills

Beberapa jenis vaksin ada yang cukup diberikan sekali saja tetapi juga ada yang perlu diulang. Tujuan pengulangan ini adalah agar tubuh terus mendapatkan perlindungan optimal. Oleh karena itu, penting bagi orangtua untuk menaati jadwal imunisasi bayi.

Berdasarkan rekomendasi Ikatan Dokter Anak Indonesia tahun 2017, berikut adalah jadwal imunisasi anak usia 0-6 bulan:

  • Usia 0 bulan

Vaksin yang diberikan: BCG, HB-0, Polio-0.

Pemberian vaksin BCG dianjurkan sebelum usia 3 bulan, optimal usia 2 bulan. Apabila diberikan pada usia 3 bulan atau lebih, perlu dilakukan uji tuberculin terlebih dahulu.

Vaksin Hepatitis B diberikan saat bayi baru lahir. Paling baik diberikan sebelum waktu 12 jam setelah lahir. Vaksin ini berfungsi untuk mencegah penularan hepatitis B dari ibu ke anak saat proses kelahiran.

Selain Hepatitis B, vaksin Polio juga diberikan kepada bayi saat lahir. Vaksin ini untuk mencegah lumpuh layu. Vaksin Polio diberikan sebanyak 4 kali sebelum bayi berusia 6 bulan.

  • Usia 2 bulan

Vaksin yang diberikan: DPT/HB/Hib-1, Polio-1.

Vaksin DPT untuk mencegah penyakit difteri, pertusis, tetanus. Vaksin DTP pertama diberikan paling cepat pada usia 6 minggu.

  • Usia 3 bulan

Vaksin yang diberikan di usia 3 bulan adalah DPT/HB/Hib-2, Polio-2

  • Usia 4 bulan

Vaksin yang diberikan adalah DPT/HB/Hib-3, Polio-3

  1. Apakah Bedak Bayi Aman Digunakan saat Mengganti Popok?
  2. Waspada, 5 Benda Sepele di Rumah yang Membahayakan bagi Bayi
  3. 7 Resep Camilan Enak untuk Bayi 11 Bulan, Bisa Dicoba!

2. Vaksinasi tambahan yang bisa diberikan kepada bayi

Bayi yang baru lahir dibawa ke posyandu agar mendapatkan
Freepik/freepic.diller

Selain vaksin yang disebutkan di atas, vaksin rotavirus juga dianjurkan diberikan kepada bayi. Vaksin ini melindungi bayi dari penyakit radang lambung dan usus. Vaksin rotavirus monovalen diberikan 2 kali, dosis pertama diberikan usia 6-14 minggu (dosis pertama tidak diberikan pada usia > 15 minggu), dosis ke-2 diberikan dengan interval minimal 4 minggu. Batas akhir pemberian pada usia 24 minggu.

Vaksin rotavirus pentavalen diberikan 3 kali, dosis pertama diberikan usia 6-14minggu (dosis pertama tidak diberikan pada usia > 15 minggu), dosis kedua dan ketiga diberikan dengan interval 4-10 minggu. Batas akhir pemberian pada usia 32 minggu.

Pemberian vaksin sesuai jadwal, tidak hanya bermanfaat bagi bayi Mama tetapi juga buat orang di lingkungan sekitar.

Konsultasikan juga dengan dokter mengenai jadwal dan jenis vaksin yang harus diberikan kepada bayi Mama.

Baca juga:Bayi Mama Rewel Setelah Imunisasi? Berikut 6 Tips untuk Mengatasinya

Memiliki keluarga sehat adalah impian semua keluarga, terutama kesehatan bagi Sang buah hati. Dan imunisasi adalah cara yang terbukti ampuh dalam mencegah penyakit menular. Dengan melakukan imunisasi pada anak, kita dapat melindungi Sang buah hati karena bayi dan balita sangat rentan terhadap penyakit tertentu.

Di Indonesia, Kementerian Kesehatan telah menerapkan imunisasi rutin lengkap untuk anak usia 0-18 tahun. Oleh karena itu, Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) menerbitkan rekomendasi jadwal imunisasi berdasarkan hasil perkembangan penelitian imunisasi secara global.

Pengertian Vaksin dan Jenis Imunisasi Anak

Vaksin berisikan kuman yang dimatikan atau dilemahkan hingga tidak dapat membuat tubuh sakit. Vaksin merangsang sistem kekebalan pada tubuh untuk menghasilkan antibodi. Sehingga tubuh akan kebal terhadap suatu penyakit tanpa harus tertular penyakit tersebut terlebih dahulu. Tidak seperti obat yang berfungsi untuk menyembuh, vaksin adalah cara untuk mencegahnya.

Indonesia memiliki konsep imunisasi rutin lengkap yang dibagi menjadi imunisasi dasar dan imunisasi lanjutan. Pelaksanaan imunisasi ini dibagi berdasarkan usia anak. Imunisasi dasar pada anak adalah langkah pencegahan utama dan imunisasi lanjutan berfungsi untuk menjaga imunitas agar tetap optimal seiring bertambahnya usia.

Tujuan Imunisasi

Ketika anak sudah mendapatkan imunisasi, tubuh akan lebih mampu menghadapi dan mengalahkan infeksi penyakit. Dan saat sejumlah orang dalam suatu kelompok telah kebal terhadap penyakit, akan semakin sulit bagi penyakit itu untuk menyebar dan menular kepada orang yang belum diimunisasi. Hal ini yang disebut sebagai herd immunity atau kekebalan kelompok.

Jadwal Imunisasi Anak

Mengutip dari situs resmi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), berikut jadwal imunisasi dasar lengkap untuk anak usia 0-18 tahun:

Bayi yang baru lahir dibawa ke posyandu agar mendapatkan

Sumber: https://www.idai.or.id/tentang-idai/pernyataan-idai/jadwal-imunisasi-idai-2020

Keterangan:

  • Vaksin Hepatitis B (HB) monovalen : sebaiknya diberikan kepada bayi segera setelah lahir sebelum berumur 24 jam, didahului penyuntikan vitamin K1 minimal 30 menit sebelumnya. Bayi dengan berat lahir kurang dari 2000g, imunisasi hepatitis B sebaiknya ditunda sampai berumur 1 bulan atau lebih, kecuali ibu HBsAg positif dan bayi bugar berikan imunisasi HB segera setelah lahir tetapi tidak dihitung sebagai dosis promer. Bayi lahir dari ibu HBsAg positif, segera berikan vaksin HB dan immunoglobulin hepatitis B(HBlg) pada ekstremitas yang berbeda, maksimal dalam 7 hari terakhir setelah lahir. Imunisasi HB selanjutnya diberikan bersama DTwP atau DTaP.
  • Vaksin polio 0 (nol) : sebaiknya diberikan segera setelah lahir. Apabila lahir di fasilitas kesehatan berikan bOPV-0 saat bayi pulang atau pada kunjungan pertama. Selanjutnya berikan bOPV atau IPV bersama DTwP atau DTaP. Vaksin IPV minimal diberikan 2 kali sebelum berumur 1 tahun bersama DTwP atau DTaP.
  • Vaksin BCG : sebaiknya diberikan segera setelah lahir atau segera mungkin sebelum bayi berumur 1 bulan. Bila berumur 3 bulan atau lebih,BCG diberikan bila uji tuberculin negative. Bila uji tuberculin tidak tersedia, BCG dapat diberikan. Bila timbul reaksi local cepat pada minggu pertama dilakukan pemeriksaan lanjutan untuk diagnosis tuberculosis.
  • Vaksin DPT : dapat diberikan mulai umur 6 minggu berupa vaksin DTwP atau DTaP. Vaksin DTaP diberikan pada umur 2,3,4 bulan atau 2,4,6 bulan. Booster pertama diberikan pada umur 18 bulan. Booster berikutnya diberikan pada umur 5-7 tahun atau pada program BIAS kelas 1. Umur 7 tahun atau lebih menggunakan vaksin Td atau Tdap. Booster selanjutnya pada umur 10-18 tahun atau pada program BIAS kelas5. Booster Td diberikan setiap 10 tahun.
  • Vaksin pneumokokus (PCV) : diberikan pada umur 2,4 dan 6 bulan dengan booster pada umur 12 – 15 bulan. Jika belum diberikan pada umur 7-12 bulan, berikan PCV 2 kali dengan jarak 1 bulan dan booster setelah umur 12 bulan dengan jarak 2 bulan dari dosis sebelumnya. Jika belum diberikan pada umur 1-2 tahun, berikan PCV 2 kali dengan jarak minimal 2 bulan. Jika belum diberikan pada umur 2-5 tahun, PCV10 diberikan 2 kali dengan jarak 2 bulan, PCV13 diberikan 1 kali.
  • Vaksin rotavirus monovalen : diberikan 2 kali, dosis pertama mulai umur 6 minggu, dosis kedua dengan interval minimal 4 minggu harus selesai pada umur 24 minggu.
  • Vaksin rotavirus pentavalen : diberikan 3 kali, dosis pertama 6-12 minggu, dosis kedua dan ketiga dengan interval 4 sampai 10 minggu, harus selesai pada umur 32 minggu.
  • Vaksin influenza : diberikan mulai umur 6 bulan, diulang setiap tahun. Pada umur 6 bulan sampai 8 tahun imunisasi pertama 2 dosis dengan interval minimal 4 minggu. Umur > 9 tahun, imunisasi pertama 1 dosis.
  • Vaksin MR/MMR : pada umur 9 bulan berikan vaksin MR. Bisa sampai umur 12 bulan belum mendapat vaksin MR, dapat diberikan MMR. Umur 18 bulan berikan MR atau MMR. Umur 5-7 tahun berikan MR (dalam program BIAS kelas 1) atau MMR.
  • Vaksin Japanese encephalitis (JE) : diberikan mulai umur 9 bulan di daerah endemis atau yang akan bepergian ke daerah endemis. Untuk perlindungan jangka panjang dapat diberikan booster 1-2 tahun kemudian.
  • Vaksin varisela : diberikan mulai umur 12-18 bulan. Pada umur 1-12 tahun diberikan 2 dosis dengan interval 6 minggu sampai 3 bulan. Umur 13 tahun atau lebih dengan interval 4 sampai 6 minggu.
  • Vaksin hepatitis A : diberikan 2 dosis mulai umur 1 tahun, dosis ke-2 diberikan 6 bulan sampai 12 bulan kemudian.
  • Vaksin tifoid polisakarida : diberikan mulai umur 2 tahun dan diulang setiap 3 tahun.
  • Vaksin human papilloma virus (HPV) : diberikan pada anak perempuan umur 9-14 tahun 2 kali dengan jarak 6-15 bulan (atau pada program BIAS kelas 5 dan 6). Umur 15 tahun atau lebih diberikan 3 kali dengan jadwal 0,16 bulan (vaksin bivalen) atau 0,2,6 bulan (vaksin quadrivalent).
  • Vaksin dengue : diberikan pada anak umur 9-16 tahun dengan seropositive dengue yang dibuktikan adanya riwayat pernah dirawat dengan diagnosis dengue (pemeriksaan antigen NS-1 dan atau uji serologis IgM/IgG antidengue positif) atau dibuktikan dengan pemeriksaan serologi IgG anti dengue positif.

Manfaat Imunisasi

Untuk lebih memahami betapa pentingnya untuk memenuhi jadwal imunisasi dasar anak, berikut ini manfaat dari masing-masing vaksin yang dianjurkan untuk diberikan kepada Anak:

  • Vaksin Hepatitis B untuk mencegah infeksi hati akibat virus hepatitis B yang dapat menyebabkan penyakit ringan yang berlangsung selama beberapa minggu atau bisa juga mengakibatkan penyakit berat yang berlangsung seumur hidup.
  • Vaksin Polio untuk mencegah penyakit polio pada anak. Kebanyakan orang yang terinfeksi polio memiliki gejala ringan atau tanpa gejala. Namun, beberapa infeksi dapat menjadi sangat serius dan menyebabkan kelumpuhan atau ketidakmampuan bergerak pada bagian tubuh tertentu, seperti lengan, kaki atau otot pernapasan. Tidak ada obat untuk infeksi polio.
  • Vaksin BCG untuk mencegah TB atau tuberculosis, yang disebabkan oleh infeksi bakteri mycobacterium tuberculosis.
  • Vaksin DPT adalah vaksin kombinasi untuk mencegah tiga penyakit, yakni difteri, pertussis dan tetanus.
  • Vaksin PCV untuk mencegah penyakit seperti radang paru (pneumonia), radang selaput otak (meningitis) dan infeksi darah (bacteremia)
  • Vaksin rotavirus untuk melindungi anak dari penyakit gastroenteritis (radang pada lambung dan usus), yang ditunjukkan dengan gejala seperti diare akut, muntah, demam, anak sulit makan dan minum serta sakit perut.
  • Vaksin influenza untuk mencegah penyakit flu yang menyerang saluran pernapasan.
  • Vaksin MR/MMR untuk mencegah penyakit Campak, Rubella dan gondongan.
  • Vaksin Japanese encephalitis (JE) untuk mencegah penyakit radang otak.
  • Vaksin Varisela untuk mencegah cacar air atau chickenpox.
  • Vaksin hepatitis A untuk mencegah peradangan pada organ hati yang disebabkan oleh virus hepatitis A.
  • Vaksin tifoid polisakarida untuk mencegah penyakit tifus.
  • Vaksin HPV untuk mencegah virus Human Papillomavirus yang menyebabkan infeksi kulit, termasuk kutil kelamin.

Dampak Jika Tidak Imunisasi

Anak yang tidak diimunisasi memiliki resiko lebih tinggi untuk terkena komplikasi yang dapat menyebabkan kecacatan atau bahkan kematian. Ini karena tubuh tidak memiliki sistem pertahanan khusus yang dapat melindungi tubuh dari penyakit-penyakit berbahaya tertentu, sehingga kuman akan semakin mudah berkembang biak dan menginfeksi tubuh anak.