Bagaimana pendapatmu tentang sosok Moh Hatta dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia

Redaksi Last Updated 2020-12-03T07:04:28Z

Bagaimana pendapatmu tentang sosok Moh Hatta dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia
Mohammad Hatta. (Foto : Instagram @gandhi_waahyudi)

Hallotangsel.com, Jakarta - Mungkin banyak yang belum tahu, bahwa peran Mohammad Hatta sangat penting bagi Presiden Soekarno dalam kemerdekaan Republik Indonesia pada tahun 1945.

Menurut catatan yang ada, Bung Hatta menjadi sosok penting yang memperjuangkan dan mempertahankan kemerdekaan Tanah Air. 

Sebab, Bung Hatta sosok yang merumuskan teks proklamasi kemerdekaan Indonesia bersama dengan Soekarno dan Ahmad Soebardjo. Jadi tak heran, tanpa jasa Bung Hatta, Indonesia tak akan bisa menjadi negara yang merdeka seperti saat ini. 

Pria berdarah Minang ini turut menyumbang kalimat pertama untuk teks proklamasi. Selain merumuskan naskah, Bung Hatta juga menandatangani teks proklamasi bersama Bung Karno. 

Dalam upacara proklamasi Bung Hatta dengan pakaian serba putih, turut mendampingi Soekarno dalam upacara Proklamasi. Kala itu, para pemuda mendesak Soekarno utuk segera membacakan teks proklamasi. 

Namun, Soekarno menolak membacakannya jika Bung Hatta belum hadir. Lima menit sebelum upacara, Bung Hatta akhirnya hadir dan mengikuti upacara.

Setelah melangsungkan upacara proklamasi, Bung Hatta resmi dilantik sebagai Wakil Presiden pertama di Indonesia. Saat itu, Bung Hatta bertugas dengan Soekarno yang menjabat sebagai Presiden Indonesia. 

Usai menjadi Wapres, peran Bung Hatta Makin moncer dalam memperjuangkan Indonesia di konferensi meja bundar, lantaran Belanda masih enggan mengakui kedaulatan Indonesia. 

Belanda masih berupaya merebut Indonesia lewat agresi militer hingga perjanjian internasional. Beruntungnya, Indonesia memiliki sosok Bung Hatta.  

Berbekal tekad dan kemampuannya, Moh. Hatta berhasil mendesak Belanda dan mengambil simpatik dunia pada Konferensi Meja Bundar. Akhirnya, Indonesia pun mendapat pengakuan dari Belanda dan dunia. (rri) 

Judul                        : Mohammad Hatta: Hati Nurani  Bangsa Penulis                     : Dr. Deliar Noer Penerbit                  : Kompas Waktu Terbit         : April 2012

Jumlah Halaman : xvii + 182

“Riwayat hidup seseorang adalah sesungguhnya kisah pergumulan dengan nasibnya.” [Taufik Abdullah]

Mohammad Hatta adalah sosok bapak negeri yang jujur, disiplin, ramah dan sederhana. Ia dikenal sebagai sosok yang religius dan sangat disiplin terhadap waktu. Sejak kecil ia dididik untuk berperilaku dan beribadah secara disiplin. Sosok bung Hatta ini diabadikan dalam buku yang ditulis oleh Dr. Deliar Noer, seorang pakar ilmu politik yang semasa hidupnya sangat akrab dengan Bung Hatta.  Buku ini merupakan edisi baru dari buku pertama yang diterbitkan KITLV  Leiden, Belanda pada 2002. Edisi pertama buku ini diterbitkan dalam bahasa Indonesia dan Inggris, namun sudah tidak beredar lagi.

Buku yang diterbitkan oleh Kompas ini menguraikan tentang perjalanan hidup Bung Hatta dalam berbagai arus peristiwa, dimulai dari masa kecil  hingga akhir hayatnya. Karya Deliar ini pun mengisahkan perjuangan dan pengalaman Hatta sewaktu menjabat sebagai wakil presiden yang pertama.

Deliar membawa pembaca masuk ke dalam tulisannya dengan menguraikan tiap peristiwa secara periodik dan sistematik. Walaupun terasa agak kaku, setiap peristiwa yang dikisahkan cukup mudah dipahami. Kesan tersebut mungkin karena tulisan dalam buku ini tetap dipertahankan seperti edisi perdananya. Namun hal ini tidak mengurangi makna yang ingin disampaikan.

Pada bab pertama, penulis menguraikan tentang masa kecil Hatta, riwayat pendidikan, dan latar belakang keluarganya. Hatta lahir di Bukittinggi pada 12 Agustus 1902 dari keluarga dengan latar belakang Islam yang kental. Mohammad Hatta lahir dengan nama kecil Mohammad Athar, biasa dipanggil Atta oleh keluarga dekatnya. Ayahnya, H. Muhamad Djamil, meninggal saat ia berusia 8 bulan.

Hatta menjalani pendidikan dasar di Bukittinggi. Ia melanjutkan kelas 5 di ELS [Europeesche Lagere School] Padang, yaitu sekolah dasar untuk kulit putih, hingga kelas 7. Kemudian ia melanjutkan pendidikan MULO [Meer Uitgebreid Lager Onderwijs]—sekarang SMP—di   Padang. Setelah lulus dari MULO, Hatta melanjutkan pendidikan di Prins Hendrik School, sebuah sekolah dagang menengah di Jakarta. Disamping belajar ilmu-ilmu umum, Hatta juga belajar ilmu Agama. Hal inilah yang membuat Hatta sangat disiplin dalam menjaga ibadah, akhlak, dan moralnya. Ia juga dikenal sangat tepat waktu dan sangat menjaga pergaulannya. Sifat yang jarang ditemukan pada sosok pemimpin jaman sekarang.

Sejak bersekolah di MULO Hatta telah banyak terlibat dalam pergerakan pemuda. Salah satunya adalah JBS [Jong Sumatranen Bond], sebuah perkumpulan pemuda Sumatera. Di sana ia menjabat sebagai bendahara di kepengurusan pusat. Dalam menjalankan tugasnya sebagai seorang bendahara, ia tidak pernah lalai dan sangat menghargai waktu. Baginya, membuang waktu sama saja dengan membuang kesempatan untuk berproduksi. Suatu ketika Hatta pernah menolak bertemu dengan teman yang datang terlambat, saat berjanji akan bertemu dengannya.  Karena hal ini, banyak koleganya yang menganggap dirinya sombong.
Hatta adalah seorang pribumi yang aktif menyuarakan kemerdekaan melalui pergerakan nasional. Sebagai ketua organisasi Perhimpunan Indonesia, Hatta  merealisasikan gagasannya untuk mengawal Indonesia menuju kemerdekaan. Bahkan, ia pernah berkata tidak akan menikah sebelum Indonesia merdeka. Bukti bahwa Hatta sangat mencintai bangsanya daripada dirinya sendiri. Hatta memandang kemerdekaan bukan hanya simbol kemegahan bangsa, tetapi juga untuk kemanusiaan dan peradaban.

Ia banyak memberi kritik terhadap pergerakan nasional di Indonesia yang dianggapnya tidak mencerminkan kepribadian bangsa. Hatta pernah mengkritik Soekarno karena dianggap tidak konsisten dalam menjalankan tuntutan nonkooperasi dengan  Belanda. Pada saat itu, Hatta marah besar karena Soekarno mengirimkan surat yang berisi penyesalannya kepada pemerintah Belanda. Soekarno menulis akan berhenti melakukan pergerakan politik yang menentang pemerintah. Ia juga menulis akan bekerja sama dengan pemerintah Belanda. Hatta mengecam tindakan Soekarno ini dengan menulis “Tragedie Soekarno” dalam Daulat Ra’jat edisi 30 November 1933.

Hatta sangat menekankan pergerakan nasional yang disertai kesadaran, bukan asal beramai-ramai mendendangkannya. Hatta selalu memikirkan solusi sebuah masalah secara mendalam. Baginya, setiap keputusan yang diambil harus melalui pertimbangan yang matang. Ia selalu memperhatikan berbagai aspek yang berpengaruh dalam masalah. Memang dalam hal ini, Hatta lebih rasional dibandingkan Soekarno yang dinilai emosional.

Saat menjabat sebagai wakil presiden mendampingi Soekarno, hubungan di antara keduanya terjalin sangat baik. Tidak ada yang tahu mengapa kedua tokoh ini menjadi begitu akrab dan mesra. Setiap keputusan selalu mereka tetapkan berdua. Sangat jarang terlihat perselisihan paham pada masa ini. Padahal, pada masa-masa pergerakan nasional Hatta sering berbeda pendapat dengan Soekarno. Bahkan, tidak jarang timbul konflik di antara keduannya. Hatta lebih berhati-hati dalam mengambil keputusan. Meskipun begitu Hatta selalu bersikap tegas dalam mempertahankan keputusannya. Ia tidak gegabah, tetapi berani dan konsisten.

Kisah tentang hubungan Hatta dengan Soekarno banyak ditulis dalam karya ini. Cerita-cerita tentang perselisihan pendapat dan kemesraan kedua proklamator tersebut membuat buku ini menjadi menarik untuk dibaca. Seperti yang ditulis dalam kata pengantar oleh Dr. Taufik Abdullah, “Buku persembahan ini memperlihatkan juga aspek yang lebih humoris dan manusiawi dari Hatta” [hlm. xii]. Buku ini merangkum peristiwa-peristiwa yang melibatkan Hatta dari sisi nonformal. Walaupun saat membacanya terkesan seperti membaca buku pelajaran sejarah, kisah inspiratif yang disajikan penulis tetap layak dinikmati.
Karya  ini juga menyajikan kumpulan foto Bung Hatta dalam berbagai peristiwa. Mulai dari masa kecil bersama keluarga hingga masa-masa perjuangan bung Hatta bersama tokoh pergerakan nasional. Adanya kumpulan foto ini membuat alur cerita yang dikisahkan dapat tervisualisasi dengan baik oleh pembaca. [Annisa Lailatul Fitria]

deliar noerhati nurani bangsaKompasmohammad hatta

Halo, Sobat SMP! Setiap tanggal 17 Agustus kita selalu memperingati Hari Ulang Tahun Kemerdekaan Republik Indonesia. Tanggal tersebut adalah sebuah momen penting untuk mengingat kilas balik perjuangan para pahlawan bangsa dalam meraih kemerdekaan Indonesia.

Pada tanggal itu juga naskah proklamasi dibacakan dan ditandatangani oleh dua orang putra bangsa yang sangat membanggakan. Kedua putra bangsa itu merupakan pahlawan proklamator yang tak lain tak bukan adalah Ir. Soekarno dan juga Dr. Drs. H. Mohammad Hatta.

Kiprah “pasangan emas” dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia sudah tidak diragukan lagi. Memang mereka tidak berjuang secara fisik dan senjata seperti pahlawan-pahlawan lain, akan tetapi mereka berjuang melalui ide-ide, pemikiran kritis, dan juga diplomasi kepada pemerintahan kolonial.

Soekarno

Presiden pertama Republik Indonesia ini bernama Soekarno, atau mungkin kita lebih akrab mendengar panggilan Bung Karno. Soekarno lahir di Blitar pada 6 Juni 1901. Masa kecil Soekarno hanya beberapa tahun hidup bersama orang tuanya di Blitar. Semasa sekolah dasar hingga tamat, Soekarno indekos di rumah Haji Oemar Said Tjokroaminoto [HOS Tjokroaminoto] yang merupakan politisi kawakan pendiri Syarikat Islam. 

Kemudian melanjutkan sekolah di HBS [Hogere Burger School]. Saat belajar di HBS itu, Soekarno telah memupuk rasa nasionalisme dalam sanubarinya. Usai lulus HBS pada tahun 1920, beliau pindah ke ibukota Jawa Barat dan melanjut ke THS [Technische Hoogeschool] atau sekolah Teknik Tinggi yang sekarang disebut sebagai Institut Teknologi Bandung. Beliau pun berhasil meraih gelar insinyur pada 25 Mei 1926.

Kiprah Soekarno pun berlanjut ke bidang politik. Kemudian, sang proklamator merumuskan ajaran Marhaenisme serta mendirikan sebuah partai yang bernama PNI [Partai Nasional lndonesia] pada 4 Juli 1927. Tujuan diberdirikannya partai ini adalah untuk menuju Indonesia merdeka.

Kompeni yang tidak senang dengan pergerakan Soekarno mengambil tindakan agar pemerintahan Hindia-Belanda saat itu masih bisa berdiri kokoh di tanah jajahannya. Akibatnya Belanda menjebloskan Soekarno ke penjara Sukamiskin yang berada di di Bandung pada 29 Desember 1929. 

Delapan bulan mendekam di jeruji besi, ia pun baru disidangkan. Dalam pidato pembelaannya yang berjudul “Indonesia Menggugat”, beliau menggambarkan kondisi politik internasional dan keadaan rakyat Indonesia di bawah belenggu kolonialisme.

Pembelaannya itu membuat Belanda semakin marah sehingga pada Juli 1930, PNI pun dibubarkan. Setelah bebas pada tahun 1931, beliau bergabung dengan Partindo dan sekaligus memimpinnya. Akibatnya, beliau kembali ditangkap Belanda dan diasingkan ke Ende, Flores, pada tahun 1933. Empat tahun kemudian ia dipindahkan ke Bengkulu.

Setelah menelan berbagai pil pahit, perjuangannya tidaklah sia-sia. Pada Agustus 1945 ia bersama Moh. Hatta dan tokoh nasional lainnya menyusun naskah proklamasi yang akhirnya dibacakan pada 17 Agustus 1945. Pembacaan naskah ini sekaligus mengukuhkan kedaulatan Republik Indonesia.

Mohammad Hatta

Mohammad Hatta atau yang akrab dipanggil Bung Hatta adalah seorang pemikir, negarawan, ekonom, dan sekaligus menjadi Wakil Presiden Indonesia yang pertama mendampingi Soekarno. Ia lahir pada 12 Agustus 1902 di Bukittinggi, Sumatra Barat.

Pendidikan masa kecil Moh. Hatta dimulai dari Sekolah Rakyat. Ia juga kental dengan pelajaran agama karena dilahirkan di lingkungan keluarga yang kuat akan ilmu agama. Beranjak dewasa, ia menempuh pendidikan di sekolah MULO. Selama pendidikan, beliau mempelajari banyak hal di luar pelajaran formal seperti keorganisasian. Kecintaannya terhadap organisasi masih terbawa saat ia melanjutkan pendidikan di PHS [Prins Hendrik School] pada 1921. Ia aktif menjadi bagian dari Jong Sumatranen Bond.

Ia pun lulus dari PHS dan mendapat beasiswa kuliah di Handelshogeschool, Rotterdam, Belanda, Moh. Hatta kembali menambah kapasitas ilmunya dengan mempelajari hal-hal seperti tata negara dan juga ekonomi kolonial.

Keaktifan dalam organisasi tak terhenti, sejak Februari 1922, Bung Hatta telah terpilih menjadi bendahara di Indische Vereeniging, sebuah organisasi yang dipimpin oleh dr. Sutomo bersama dengan tokoh-tokohnya lainnya seperti dr.Sjaaf, Kaligis dan dr. Sarjito. Dalam perkembangannya pada tahun 1925 Indische Vereeniging diganti menjadi Perhimpunan Indonesia.

Di tahun 1925 itu, anggota Perhimpunan Indonesia mengumpulkan beberapa ratus golden untuk mengongkosi perjalanan dua orang ekonom dari perhimpunan Indonesia yaitu Moh. Hatta dan Syahrir untuk mempelajari cara mempraktekan koperasi di Denmark, Swedia dan Norwegia. Keberhasilan negara-negara tersebut dalam menjalankan koperasi menjadi tujuan dari Moh. Hatta dan Syahrir untuk mengembangkan ekonomi koperasi di Tanah Air. Jadi tidak salah kalau sekarang Moh. Hatta disebut sebagai Bapak Koperasi Indonesia.

Atas desakan seluruh anggota, Moh. Hatta dicalonkan sebagai ketua dan tahun 1926 terpilih sebagai ketua Perhimpunan Indonesia. Sebagai Ketua Perhimpunan Indonesia Bung Hatta dapat menyampaikan gagasan-gagasannya terkait politik yang dianut dan akan dijalankan Perhimpunan Indonesia. Namun sama seperti Soekarno, Belanda menganggap ini adalah sebuah ancaman bagi pemerintahan kolonial.

Dalam masa perjuangan politiknya itu, Bung Hatta pernah ditangkap dan dipenjara dengan tuduhan menjadi anggota perhimpunan terlarang, terlibat dalam pemberontakan, dan menghasut untuk menentang Kerajaan Belanda. Setelah mendekam selama lima setengah bulan, berkat pembelaan dan perjuangan hukum teman-temannya beliau dibebaskan dari segala tuduhan.

Tak sampai di situ, bahkan dia juga pernah diasingkan oleh Belanda ke Digul dan Banda Neira. Saat pengasingan, ia menulis artikel-artikel untuk koran di Jakarta dan majalah-majalah di Medan yang tidak terlalu bermuatan politis. Tulisan-tulisan tersebut justru lebih bersifat menganalisis dan mendidik pembacanya.

Saat Jepang menduduki Indonesia, Hatta dibebaskan dan dijadikan penasihat oleh pemerintahan Jepang. Hal ini dimanfaatkan oleh Hatta untuk membela kepentingan rakyat Indonesia. Ia pun turut andil dalam keanggotaan Panitia Sembilan dan PPKI sebagai media persiapan kemerdekaan Indonesia.

Setelah perjuangan panjangnya, ia berhasil mewujudkan keinginan rakyat untuk memerdekakan Indonesia. Bersama dengan Soekarno, beliau menorehkan tinta “atas nama bangsa Indonesia” di dalam naskah proklamasi.

Perjuangan kedua pasangan emas tersebut dalam memerdekakan Indonesia tak lagi dimungkiri. Mereka pun diangkat menjadi pahlawan proklamasi secara resmi pada tahun 2012 setelah sebelumnya status tersebut mengalami distorsi berkali-kali. 

Jadi, itulah sepenggal kisah pasangan proklamator yang menjadi kebanggaan Indonesia. Tanpa mereka dan pahlawan-pahlawan lain, saat ini kita belum tentu bisa menghirup udara bebas kemerdekaan. Terima kasih, Sang Proklamator!

Baca Juga  Merdeka Belajar Episode 17 Revitalisasi Bahasa Daerah

Penulis: Pengelola Web Direktorat SMP

Referensi:

//web.siakkab.go.id/biografi-presiden-indonesia/

//www.djpb.kemenkeu.go.id/kppn/rangkasbitung/id/data-publikasi/berita-terbaru/2819-untuk-negeriku-,-biografi-proklamator-bung-hatta.html

//cagarbudaya.kemdikbud.go.id/cagarbudaya/detail/PO2014031700001/teks-proklamasi-kemerdekaan-bangsa-indonesia-ketikan-yang-ditandatangani-oleh-soekarno-dan-mohammad-hatta

Video yang berhubungan