Bagaimana kehidupan masyarakat Indonesia pada masa Hindu Budha?

Kehidupan masyarakat pada masa Hindu-Budha dimana Agama Hindu dan Buddha merupakan dua agama yang bermula dari Asia Selatan. Negara India merupakan negara cikal bakal dari berkembangnya kedua agama itu ke negara lain. Selain di India, Bangladesh pun menjadi negara yang penyebaran kedua agama itu cukup pesat. Agama Hindu dan Buddha beserta kebudayaannya yang dibawa oleh para pedagang dari India berpengaruh pada perkembangan kehidupan masyarakat, kebudayaan, dan pemerintah negara yang didatanginya.

Masuknya Kebudayaan Hindu-Buddha di Indonesia

Agama Hindu dan Buddha berasal dari India kemudian menyebar ke Asia Timur. Asia Tenggara termasuk Indonesia. Indonesia sebagai negara kepulauan letaknya sangat strategis, yakni terletak diantara dua benua (Asia dan Australia) dan dua samudera (Indonesia dan Pasifik) yang merupakan daerah persimpangan lalu lintas perdagangan dunia. 

Awal abad Masehi, jalur perdagangan tidak lagi melewati jalur darat (jalur sutera) tetapi beralih ke jalur laut, sehingga secara tidak langsung perdagangan antara Tiongkok dan India melewatii selat Malaka. Untuk itu Indonesia iku berperan aktif dalam perdagangan itu. Akibatnya, terjadilah kontak atau hubungan antara Indonesia dengan India, dan Indonesia dengan Tiongkok. Hal inilah yang menjadi salah satu penyebab masuknya budaya India ataupun budaya Tiongkok ke Indonesia.

Bagaimana kehidupan masyarakat Indonesia pada masa Hindu Budha?

Teori Penyebaran Agama Hindu-Buddha

Mengenai siapa yang membawa / menyebarkan agama Hindu-Buddha ke Indonesia, tidak dapat diketahui secara pasti, walaupun demikian para ahli memberikan pendapat tentang proses masuknya  agama Hindu-Buddha atau kebudayaan India ke Indonesia. Untuk penyebaran Agama Hindu ke Indonesia terdapat beberapa pendapat atau teori, antara lain;

  • Teori Ksatria oleh Prof. Dr. Ir. J.L. Moens, berpendapat bahwa yang membawa agama Hindu ke Indonesia adalah kaum Ksatria atau golongan prajurit, karena ada kekacauan politik atau peperangan di India abad ke 4-5 M, maka prajurit yang kalah perang terdesak dan menyingkir ke Indonesia, bahkan diduga mendirikan kerajaan di Indonesia.
  • Teori Waisya oleh Dr. N.J.Krom, berpendapat bahwa agama Hindu masuk ke Indonesia dibawa oleh kaum pedagang yang datang untuk berdagang ke Indonesia, bahkan diduga ada yang menetap karena menikah dengan orang Indonesia.
  • Teori Brahmana oleh J. C. Vanleur, berpendapat bahwa agama Hindu masuk ke Indonesia dibawa oleh kaum Brahmana karena hanyalah kaum Brahmana yang berhak mempelajari dan mengerti isi kitab Suci Weda. Kedatangan Kaum Brahmana itu diduga karena undangan Penguasa atau Kepala Suku di Indonesia atau sengaja datang untuk menyebarkan agama Hindu ke Indonesia.

Pada dasarnya ketiga teori itu memiliki kelemahan, yakni golongan ksatria dan waisya tidak menguasai bahasa Sanskerta. Sedangakan bahasa Sanskerta adalah  bahasa sastra tertinggi yang dipakai dalam Kitab Suci Weda. Dan golongan Brahmana walaupun menguasai bahasa Sanskerta tetapi menurut kepercayaan Hindu tidak boleh menyeberangi laut. Di samping pendapat atau teori itu, terdapat pendapat yang lebih menekankan pada peranan Bangsa Indonesia sendiri, untuk penjelasannya simak ulasan berikut.

Teori arus balik dikembalikan

Teori arus balik dikembalikan oleh FD. K. Bosh. Teori ini menekankan peranan bangsa Indonesia dalam proses penyebaran kebudayaan Hindu dan Buddha di Indonesia. Menurutnya penyebaran budaya India di Indonesia dilakukan oleh para cendikiawan atau golongan terdidik. Golongan ini dalam penyebaran budayanya melakukan proses penyebaran yang terjadi dalam dua tahap yakni sebagai berikut;

  • Pertama, proses penyebaran dilakukan oleh golongan pendeta Buddha (para biksu), yang menyebarkan agama Buddha ke Asia termasuk Indonesia melalui jalur dagang, sehingga di Indonesia terbentuk masyarakat Sangha, selanjutnya orang-orang Indonesia yang sudah menjadi biksu, berusaha belajar agama Buddha di India. Sekembalinya dari India mereka membawa kitab Suci, bahasa Sansekerta, kemampuan menulis, serta kebudayaan India. Dengan demikian, peran aktif penyebaran budaya India, tidak hanya orang India tetapi juga orang-orang Indonesia yakni para biksu Indonesia itu. Hal ini dibuktikan melalui karya seni Indonesia yang sudah mendapat pengaruh India masih menunjukkan ciri-ciri Indonesia.
  • Kedua, proses penyebaran kedua dilakukan oleh golongan Brahmana terutama aliran Saiva-siddharta. Menurut aliran ini seseorang yang dicalonkan untuk menduduki golongan Brahmana harus mempelajari kitab agama Hindu bertahun-tahun sampai dapat ditasbihkan menjadi Brahmana. Setelah ditasbihkan,ia dianggap telah disucikan oleh Siva dan dapat melakukan upacara Vratyastome / penyucian diri untuk menghindukan seseorang.

Jadi hubungan dagang telah menyebabkan terjadinya  proses masuknya penganut Hindu-Buddha ke Indonesia. Beberapa Hipotesis di atas menunjukan bahwa masuknya pengaruh Hindu-Buddha merupakan satu proses tersendiri yang terpisah namun tetap di dukung oleh proses perdagangan.

Untuk agama Buddha diduga adanya misi penyiar agama Buddha yang disebut dengan Dharmaduta, dan diperkirakan abad 2 Masehi agama Buddha masuk ke Indonesia. Hali ini dibuktikan dengan adanya penemuan arca Buddha yang terbuat dari perunggu diberbagai daerah di Indonesia antara lain Sempaga (Sulawesi Selatan), Jember (Jawa Timur), Bukit Siguntang (Sumatera Selatan). Dilihat dari ciri-cirinya, arca itu berasal dari langgam Amarawati (India Selatan) dari abad 2-5 Masehi. Dan disamping itu juga ditemukan arca perunggu berlanggam Gandhara (India Utara) di Kota Bangun, Kutai (Kalimantan Timur).

Pengaruh Hindu-Buddha terhadap Masyarakat Indonesia

Masuknya agama Hindu dan Buddha sejak awal abad ke 2 masehi telah berpengaruh terhadap beberapa aspek kehidupan masyarakat Indonesia. Pengaruh kebudayaan Hindu-Buddha di Indonesia ini dapat dilihat dari peninggalan-peninggalan sejarah dalam berbagai bidang, antara lain;

a. Bidang Agama

sebelum Hindu Buddha masuk ke Indonesia, kepercayaan yang dianut di Indonesia adalah animisme dan dinamisme. Kemudian setelah Hindu-Buddha masuk ke Indonesia, kepercayaan ini tidak ditinggalkan begitu saja, tetapi telah terjadi percampuran (akulturasi) diantara keduanya. Hal ini dilihat dari segi pemujaan dewa-dewa dan  roh nenek moyang.

b. Bidang Politik atau Pemerintahan

Sebelum Hindu Buddha masuk ke Indonesia, kehidupan masyarakat Indonesia masih terdiri atas kelompok-kelompok yang dipimpin oleh kepala suku. Namun setelah Hindu Buddha datang ke Indonesia, kepala suku pun digantikan oleh raja yang dianggap sebagai keturunan dari dewa yang memiliki kekuatan, suci dan hampa. Hal ini tentunya akan memperkuat kedudukan raja untuk memerintah wilayah kerajaan secara turun-temurun.

c. Bidang Sosial

Setelah Hindu Buddha masuk ke Indonesia, terjadi perubahan terhadap tata kehidupan masyarakat Indonesia. Misal; Dalam kehidupan masyarakat Hindu diperkenalkan sistem kasta dan dalam masyarakat Buddha diperkenalkan golongan biksu dan biksuni.

d. Bidang Pendidikan

Pendidikan berkembang pesat setelah adanya pengaruh Hindu, yakni masyarakat mendapat pendidikan yang dilakukan para pendeta Hindu dan Buddha. Mereka ada yang berguru kepada pendeta dengan pergi ke rumah-rumah pendeta atau berada di tempat khusus seperti wihara-wihara. Kaum Brahmana yang memberikan pendidikan serta mengajarkan agama Hindu kepada masyarakat di daerah-daerah, membuka tempat-tempat pendidikan yang dikenal Pasraman. Di Pasraman inilah, masyarakat Indonesia mendapatkan berbagai pengetahuan yang diajarkan para Brahmana.

e. Bidang Arsitektur

Pengaruh Hindu Buddha dalam bidang arsitektur dapat dilihat dari bangunan candi. Walaupun bangunan candi merupakan pengaruh dari India, namun dalam arsiteturnya terdapat perpaduan dengan arsitektur punden berundak-undak pada zaman Megalithikum.

f. Bidang Seni Rupa atau Lukis

Unsur seni rupa atau seni lukis India telah masuk ke Indonesia. Hal ini terbukti dengan telah ditemukannya area Buddha berlanggam Gandara di kota Bangun, Kutai. Juga patung Buddha berlanggam Amarawati ditemukan di Sikendeng (Sulawesi Selatan). Seni rupa India pada Candi Borobudur pada umumnya lebih menunjukkan suasana alam Indonesia, terlihat dengan adanya lukisan rumah panggung dan hiasan burung merpati. Di samping itu juga terdapat hiasan perahu bercadik. Lukisan-lukisan itu merupakan lukisan asli Indonesia, karena lukisan seperti itu  tidak pernah ditemukan pada candi-candi yang ada di India.

g. Bidang Bahasa

Kerajaan-kerajaan Hindu Buddha di Indonesia meninggalkan beberapa prasasti besar berhuruf pallawa dan Bahasa Sanskerta. Dalam perkembangan selanjutnya bahkan hingga saat ini, bahasa Indonesia memperkaya diri dengan adanya bahasa sanskerta itu. Kalimat atau kata-kata bahasa Indonesia yang merupakan hasil serapan dari bahasa sanskerta yakni Pancasila, Dasa Dharma, Kartika Eka Paksi, Parasamya Purnakarya Nugraha, dan sebagainya.

Nahh itulah penjelasan mengenai kehidupan masyarakat pada maba Hindu Budha. Untuk artikel menarik lainnya bisa dilihat disini.

Jangan lupa dibaca artikel-artikel menarik untuk mengisi waktu kalian selama dirumah

Editor : -NR-

Bagaimana kehidupan masyarakat Indonesia pada masa Hindu Budha?
Bagaimana kehidupan masyarakat Indonesia pada masa Hindu Budha?

Kehidupan Masyarakat pada Masa Hindu-Buddha, Setelah melalui masa praaksara, masyarakat Indonesia memasuki masa kehidupan yang baru, yaitu masa Hindu-Buddha. Masa ini sering kali disebut juga dengan masa klasik, yaitu awal masuknya unsur-unsur budaya India di kepulauan Indonesia. Pada masa ini, banyak kemajuan yang dicapai dalam pemikiran dan hasil-hasil budaya. Bagaimanakah perkembangan masyarakat Indonesia pada masa ini?

Masuknya Kebudayaan Hindu-Buddha di Indonesia

Coba kamu amati baik-baik gambar 4.25. di atas. Gambar ini menunjukkan jalur perdagangan laut antara India dan Cina yang melewati wilayah perairan kepulauan Indonesia. Apa keuntungan yang diperoleh masyarakat di Indonesia dari perdagangan laut ini?

Hubungan dagang antara India dan Cina semula dilakukan melalui jalur darat yang dikenal dengan jalur sutera. Jalur ini membentang dari Cina, melewati Asia Tengah, sampai ke Eropa. Komoditi utama yang diperdagangkan adalah kain sutera dari Cina, itulah mengapa jalur tersebut dinamakan sebagai Jalur Sutera. Selain kain sutera, wawangian dan rempah-rempah juga menjadi komoditas yang sangat laris di Eropa. Akan tetapi sejak awal abad Masehi jalur itu dialihkan melalui laut karena situasi jalan darat di Asia Tengah sudah tidak aman. Jalan laut yang terdekat dari India ke Cina, yaitu melalui Selat Malaka.

Peralihan rute perdagangan ini telah membawa keuntungan bagi masyarakat di Indonesia. Kepulauan Indonesia menjadi daerah transit (pemberhentian) bagi pedagang-pedagang Cina dan pedagang-pedagang India. Masyarakat di Indonesia juga ternyata ikut aktif dalam perdagangan tersebut sehingga terjadilah kontak hubungan di antara keduanya (Indonesia-India dan Indonesia-Cina).

Hubungan dengan kedua bangsa itu menyebabkan pengaruh Hindu- Buddha yang berasal dari India berkembang di Indonesia. Namun demikian, tidak diketahui secara pasti mengenai kapan dan bagaimana proses masuknya kebudayaan Hindu-Buddha di Indonesia. Sampai saat ini masih ada perbedaan pendapat mengenai cara dan proses masuknya kebudayaan Hindu-Buddha ke Kepulauan Indonesia. Berikut ini beberapa pendapat (teori) mengenai masuknya kebudayaan Hindu-Buddha ke Indonesia.

Teori Waisya dikemukan oleh NJ.Krom. Ia menyebutkan bahwa proses masuknya kebudayaan Hindu-Budha dibawa oleh pedagang India. Para pedagang India yang berdagang di Indonesia menyesuaikan dengan angin musim. Sambil menunggu perubahan arah angin, mereka dalam waktu tertentu menetap di Indonesia. Selama para pedagang India tersebut menetap di Indonesia, memungkinkan terjadinya perkawinan dengan perempuanperempuan pribumi. Menurut NJ. krom, mulai dari sini pengaruh kebudayaan India menyebar dan menyerap dalam kehidupan masyarakat Indonesia.

Teori Ksatria

Ada tiga pendapat mengenai proses penyebaran kebudayaan Hindu-Budha yang dilakukan oleh golongan ksatria, yaitu:

  1. C. Berg menjelaskan bahwa golongan ksatria yang turut menyebarkan kebudayaan Hindu-Budha di Indonesia. Para ksatria India ini ada yang terlibat konflik dalam masalah perebutan kekuasaan di Indonesia. Bantuan yang diberikan oleh para ksatria ini sedikit banyak membantu kemenangan bagi salah satu kelompok atau suku di Indonesia yang bertikai. Sebagai hadiah atas kemenangan itu, ada di antara mereka yang kemudian dinikahkan dengan salah satu putri dari kepala suku atau kelompok yang dibantunya. Dari perkawinannya itu, para ksatria dengan mudah menyebarkan tradisi Hindu-Budha kepada keluarga yang dinikahinya tadi. Selanjutnya berkembanglah tradisi Hindu-Budha dalam kerajaan di Indonesia.
  2. Sama seperti yang diungkap oleh C.C. Berg, Mookerji juga mengatakan bahwa golongan ksatria dari Indialah yang membawa pengaruh kebudayaanHindu-Budha ke Indonesia. Para Ksatria ini selanjutnya membangun koloni-koloni yang berkembang menjadi sebuah kerajaan.
  3. L. Moens mencoba menghubungkan proses terbentuknya kerajaankerajaan di Indonesia pada awal abad ke-5 dengan situasi yang terjadi di India pada abad yang sama. Ternyata sekitar abad ke-5, ada di antara para keluarga kerajaan di India Selatan melarikan diri ke Indonesia sewaktu kerajaannya mengalami kehancuran. Mereka itu nantinya mendirikan kerajaan di Indonesia.

Teori Brahmana

Teori ini diungkap oleh Jc.Van Leur. Dia mengatakan bahwa kebudayaan Hindu-Budha India yang menyebar ke Indonesia dibawa oleh golongan Brahmana. Pendapatnya itu didasarkan pada pengamatan terhadap sisa-sisa peninggalan kerajaan-kerajaan yang bercorak Hindu-Budha di Indonesia, terutama pada prasasti-prasasti yang menggunakan Bahasa Sansekerta dan Huruf Pallawa. Karena hanya golongan Brahmanalah yang menguasai Bahasa dan huruf itu maka sangat jelas di sini adanya peran Brahmana.

Teori Arus Balik

Pendapat ini menjelaskan peran aktif dari orang-orang Indonesia yang mengembangkan kebudayaan Hindu-Budha di Indonesia. Pendapat mengenai keaktifan orang-orang Indonesia ini diungkap oleh F.D.K Bosch yang dikenal dengan Teori Arus Balik. Teori ini menyebutkan bahwa banyak pemuda Indonesia yang belajar agama Hindu-Buddha ke India. Setelah memperoleh ilmu yang banyak, mereka kembali ke Indonesia untuk menyebarkannya.