BAB I PENDAHULUAN Kegiatan pembelajaran merupakan kegiatan yang sistematis dan berurutan. Oleh sebab itu, kegiatan pembelajaran perlu direncanakan dengan baik. Beberapa kompetensi yang harus dikuasai Guru Agama Islam pada khususnya adalah merencanakan dan mendesain pembelajaran. Seorang Guru penidikan agama Islam perlu memiliki Kompetensi merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi hasil dan proses pembelajaran. Adapun bentuk kompetensi guru Guru penidikan agama Islam diantaranya adalah dituntut untuk banyak berkreasi dan berinovasi dalam segala hal, termasuk di dalamnya adalah berkreasi dalam hal menentukan strategi, metode, media dan alat evaluasi dalam proses pembelajaran. Aktivitas belajar mengajar hendaknya memberikan kesempatan yang baik kepada anak didik untuk memperoleh informasi, ide, keterampilan, nilai, cara berpikir, sarana untuk mengekspresikan dirinya, dan cara-cara belajar bagaimana belajar. Untuk melaksanakan tugas secara profesional, guru agama Islam memerlukan wawasan yang mantap tentang kemungkinan-kemungkinan strategi belajar mengajar yang sesuai dengan tujuan belajar pendidikan agama Islam yang telah dirumuskan, baik tujuan belajar yang dirumuskan secara eksplisit dalam proses belajar mengajar, maupun hasil ikutan yang didapat dalam proses belajar, misalnya kemampuan berpikir kritis, kreatif, sikap terbuka setelah anak didik mengikuti diskusi kecil kelompok kecil dalam proses belajar.
BAB II STRATEGI, METODE, MEDIA, BAHAN DAN EVALUASI PEMBELAJARAN PAI
Kata “strategi” dalam kamus bahasa Indonesia mempunyai beberapa arti, antara lain:
Istilah strategi sering digunakan dalam banyak konteks pembelajaran, seperti yang diungkapkan oleh Nana Sudjana sebagai berikut: “strategi mengajar adalah taktik yang digunakan guru dalam melaksanakan proses belajar mengajar agar dapat mempengaruhi peserta didik untuk mencapai tujuan pengajaran secara efektif dan efisien.” Sedangkan pembelajaran merupakan suatu proses membelajarkan peserta didik agar dapat mempelajari sesuatu yang relevan dan bermakna bagi diri mereka, disamping itu, juga untuk mengembangkan pengalaman belajar dimana peserta didik dapat secara aktif menciptakan apa yang sudah diketahuinya dengan pengalaman yang diperoleh. Dan kegiatan ini akan mengakibatkan peserta didik mempelajari sesuatu dengan cara lebih efektif dan efisien.[2] Dengan demikian, Strategi Pembelajaran adalah perencanaan yang berisi tentang rangkaian kegiatan yang didesain untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Dari pengertian diatas, ada dua hal yang perlu dicermati, yaitu: pertama, strategi pembelajaran merupakan rencana tindakan (rangkaian kegiatan) termasuk penggunaan metode dan pemanfaatan berbagai sumber daya dalam pembelajaran. Kedua, strategi disussun untuk mencapai tujuan tertentu.[3] Adapun pengertian strategi pembelajaran Pendidikan Agama Islam adalah suatu strategi yang menjelaskan tentang komponen-komponen umum dari suatu set bahan pembelajaran pendidikan agama dan prosedur-prosedur yang akan digunakan bersama-sama dengan bahan-bahan tersebut untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan secara efektif dan efisien. Komponen-komponen umum dari suatu set bahan pembelajaran pendidikan agama meliputi:
Berikut adalah jenis-jenis strategi pembelajaran secara umum:
Strategi Pembelajaran ekspoitri adalah strategi pembelajaran yang menekankan kepada proses penyampaian materi secara verbal dari seorang guru kepada sekelompok siswa dengan maksud agar siswa dapat menguasai pelajaran dengan optimal. Metode pembelajaran yang sering digunakan adalah metode ceramah.
Strategi Pembelajaran inkuiri adalah rangkain kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir secara kritis dan anilitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah.
Pembelajaran kooperatif merupakan strategi yang menggunakan model pembelajaran dengan menggunakan sistem pengelompokan yang memiliki latar belakang kemampuan, jenis kelamin, rasa tau suku yang berbeda.[5]
Secara umum ada empat dasar dalam menentukan strategi pembelajaran, yakni:
Selain empat dasar diatas, ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan juga sebelum mengembangkan strategi pembelajaran pendidikan agama, yakni:
Metode adalah suatu cara yang dipergunakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dalam kegiatan belajar mengajar, metode diperlukan oleh guru dan penggunaannya bervariasi sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai setelah pengajaran berakhir. Seorang guru tidak akan dapat melaksanakan tugasnya bila dia tidak menguasai satu pun metode mengajar yang telah dirumuskan dan dikemukakan para ahli psikologi dan pendidikan.[8] Dari pengertian diatas, Metode Pembelajaran PAI dapat diartikan sebagai cara yang digunakan oleh seorang guru agama dalam proses pembelajaran untuk mencapai tujuan yang sesuai dengan pendidikan pendidikan Islam.
Berikut ini akan dikemukakan beberapa metode pembelajaran yang sekirannya dapat dipertimbangkan penggunannya dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar dalam Pendidikan Agama Islam. Metode ceramah bervariasi adalah suatu cara penyampaian informasi atau materi pelajaran melalui penuturan secara lisan divariasikan penggunaanya dengan penyampaian lain, seperti diskusi, tanya jawab, dan tugas. Ceramah dimulai dengan menjelaskan tujuan yang ingin dicapai, menyiapkan garis-garis besar yang akan dibicarakan, serta menghubungkan antara materi yang akan disajikan dengan bahan yang telah disajikan. Ceramah akan berhasil jika mendapatkan perhatian yang sungguh-sungguh dari peserta didik. Pada akhir ceramah perlu dikemukakan kesimpulan, memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk bertanya, dan memberikan tugas kepada peserta didik serta adanya penilaian akhir.[9] Metode tanya jawab adalah suatu cara menyajikan bahan pelajaran dalam bentuk pertanyaan dari guru yang harus dijawab oleh peserta didik atau sebaliknya, baik secara lisan maupun tertulis. Dalam praktiknya, metode tanya jawab ini dimulai dengan mempersiapkan pertanyaan yang diagkat dari bahan pelajaran yang akan diajarkan, mengajukan pertanyaan, menilai proses tanya jawab yang berlangsung.[10] Metode diskusi adalah suatu cara penyampaian pelajaran dimana guru bersama-sama peserta didik mencari jalan pemecahan atas persoalan yang dihadapi. Inti dari pengertian diskusi adalah meeting of mind. Para peserta didik dihadapkan pada suatu masalah, dan yang didiskusikan adalah pemecahannya. Dalam pemecahan masalah terdapat berbagai alternatif. Dari macam-macam kesimpulan jawaban yang dikemukakan dalam diskusi perlu dipilih satu jawaban yang lebih logis dan tepat. Jawaban ini melalui mufakat. Jawaban yang merupakan pemecahan masalah itu mempunyai argumentasi yang kuat.[11]
Kata simulasi berasal dari kata simulate yang artinya pura-pura atau berbuat seolah-olah, atau perbuatan yang pura-pura saja. Simulasi dapat digunakan untuk melakukan proses-proses tingkah laku secara imitasi. Adapun Bentuk-bentuk simulasi adalah sebagai berikut: 1) Peer Teaching Latihan atau praktek mengajar, yang menjadi peserta didiknyaadalah temannya sendiri. Tujuannya untuk memperoleh keterampilan dalam mengajar. 2) Sosiodrama Sosiodrama adalah sandiwara atau dramatisasi tanpa skrip (bahan tertulis), tanpa latihan terlebih dahulu, dan tanpa menyuruh peserta didik menghapal sesuatu. 3) Psikodrama Permainan peranan yang dilakukan, dimaksudkan agar individu yang bersangkutan memperoleh insight atau pemahaman yang lebih baik tentang dirinya, dapat menemukan self concept. Psikodrama digunakan untuk maksud terapi. Masalah yang diperankan adalah perihal emosional yang lebih mendalam yang dialami seseorang. 4) Simulasi game Simulasi game adalah permainan bersaing untuk mencapai tujuan tertentu dengan mentaati peraturan-peraturan yang ditetapkan. 5) Role playing Role playing adalah permainan peranan yang dilakukan untuk mengkreasi kembali peristiwa-peristiwa sejarah masa lampau, mengkreasi kemungkinan-kemungkinan masa depan dan mengekspos kejadian-kejadian masa kini. Permainan ini lebih cocok untuk pelajaran sejarah.[12]
Metode pemberian tugas dan resistasi adalah suaatu cara penyajian pelajaran dengan cara guru memberi tugas tertentu kepada peserta didik dalam waktu yang telah ditentukan dan peserta didik mempertanggungjawabkan tugas yang dibebankan kepadanya. Pelaksanaan pengerjaan tugas oleh peserta didik seyogyanya dapat dipantau sehingga dapat diketahui bahwa tugas tersebut betul-betul dikerjakan oleh peserta didik sendiri terutama bila tugas itu dilakukan diluar sekolah atau diluar jam tatap muka. Pemeriksaan tugas dilakukan sebaik mungkin, artinya tidak ditangguhkan sampai tugas berikutnya. Jika tugas peserta didik tidak diperiksa sebagai mana mestinya, anak akan kecewa dan akhirnya tidak akan menghiraukan tugas berikutnya.[13]
Metode Demontsrasi dan Eksperimen adalah suatu cara penyajian pelajaran dengan penjelasan lisan disertai perbuatan atau memperlihatkan sesuatu proses tertentu yang kemudian diikuti atau dicoba oleh peserta didik untuk melakukannya. Dalam Demonstrasi, guru atau peserta didik melakukan suatu proses yang disertai penjelasan lisan. Setelah guru atau peserta didik meragakan suatu demonstrasi tersebut, selanjutnya di eksperimenkan oleh peserta didik yang lainnya.[14] Metode Kerja kelompok adalah suatu cara penyajian pelajaran dengan cara peserta didik mengerjakan sesuatu tugas dalam situasi kelompok dibawah bimbingan guru.[15]
Metode Problem solving adalah suatu cara penyajain pelajaran dengan cara peserta didik dihadapkan pada suatu masalah yang harus dipecahakan atau diselesaikan, baik individual maupun kelompok. Metode ini baik untuk melatih kesanggupan peserta didik dalam memecahkan masalah-masalah yang dihadapi dalam kehidupannya. Tak ada manusia yang lepas dar kesulitan atau masalah dalam hidupnya yang harrus diselesaikan secara rasional. Oleh sebab itu, sekolah berkewajiban melatih kemampuan memecahkan masalah melalui situasi belajar-mengajar.
Metode karyawisata/widyawisata/studi wisata adalah suatu cara penyajian pelajaran dengan membawa para peserta didik langsung kepada objek tertentu untuk dipelajari, yang terdapat diluar kelas dengan bimbingan guru. Alasan penggunaan metode ini antara lain adalah karena objek yang akan dipelajari hanya ada di tempat objek itu berada. Selain dari itu, pengalaman langsung pada umumnya lebih baik daripada tidak langsung, misalnaya mengunjungi museum atau situs sejarah akan lebih jeas jika diamati secara langsung. Dengan metode ini, peserta didik lebih banyak mengetahui bukti-bukti nyata dari peninggalan peristiwa sejarah yang dilakukan oleh para pejuang pada masa lampau.[16] Yakni metode mengajar dengan cara memberikan contoh dalam ucapan, perbuatan, atau tingkah laku yang baik dengan harapan menumbuhkan hasrat bagi peserta didik untuk meniru atau mengikutinya. Dalam pemberian keteladanan tersebut dapat bersifat langsung maupun tidak langsung. Yang bersifat langsung misalnya: pendidik memberikan contoh bagaimana sikap membaca Al-Quran yang baik, sikap sholat yang benar, dan lain sebagainya. Sedangkan yang bersifat tidak langsung misalnya: tampilan fisik dan pribadi pendidik dan tenaga lainnya yang sesuai dengan suasana agamis. Pendidik hendaknya harus memiliki sikap yang penuh sopan santun, disiplin serta selalu menyambut peserta didiknya ketika masuk dengan sambutan yang ramah.
Merupakan suatu cara mengajar dengan cara meredaksikan kisah untuk menyampaikan pesan-pesan yang terkandung di dalam materi pembelajaran.[17]
Berikut adalah prinsip-prinsip metode pembelajaran Pendidikan Agama Islam: a. Niat dan orientasinya untuk mendekatkan hubungan antara manusia dengan Allah dan sesama makhluk. Pendekatan kepada Allah disertai dengan tauhid, mengesakan Allah, tiada Tuhan kecuali Allah. Tauhid ini menjadi ruh bagi aktivitas muslim. Prinsip ketauhidan ini yang membedakan dengan metode yang lain. Penerapan metode apa pun diterima asal memperkuat keimanan dan pengabdian kepada Allah. Keterpaduan (integrative, tauhîd). Ada kesatuan antara iman-ilmu-amal, iman-islam-ihsan, dzikir-fikr (hati dan pikir), dhahir-batin (jiwa-raga), dunia-akhirat, dulu-sekarang-akan datang. b. Bertumpu pada kebenaran. Materi yang disampaikan itu benar, disampaikan dengan cara yang benar, dan dengan dasar niat yang benar. c. Kejujuran (sidq dan amânah). Berbagai metode yang dipakai harus memegang teguh kejujuran (akademik). Kebohongan dan dusta (kidzb) dalam bentuk apapun dilarang. Keteladanan pendidik. Ada kesatuan antara ilmu dan amal. Pendidik yang mengajar dituntut menjadi contoh tauladan bagi peserta didiknya. Tidak diperkenankan ada kata “saya hanya mengajar”. Pengajar shalat, ia harus juga melaksanakan shalat. Ada dispensasi (rukhshah) jika pendidik berhalangan secara syar’i semisal ia mengajar tentang haji sementara ia belum memiliki biaya untuk naik haji sehingga belum mampu haji. d. Berdasar pada nilai. Metode pendidikan Islam tetap berdasarkan pada al-akhlâq al-karîmah, budi utama. Metode pendidikan Islam sarat nilai, tidak bebas nilai semisal proses pembelajaran harus memperhatikan waktu shalat (wajib). e. Sesuai dengan usia dan kemampuan akal anak (biqadri uqûlihim). f. Sesuai dengan kebutuhan peserta didik (child center), bukan untuk memenuhi keinginan pendidik apalagi untuk proyek semata. g. Mengambil pelajaran pada setiap kasus atau kejadian (ibrah) yang menyenangkan ataupun yang menyedihkan. h. Proporsional dalam memberikan janji (wa’d, targhîb) yang menggembirakan dan ancaman (wa’îd, tarhîb) untuk mendidik kedisiplinan.
Dalam memilih dan menganalisis metode pembelajaran, terdapat hal-hal yang perlu diperhatikan antara lain:
Hal-hal diatas perlu diperhatikan oleh seorang pendidik dalam rangka memilih dan menentukan metode pembelajaran yang akan digunakan, karena kebanyakan pendidik hanya menggunakan satu metode saja yang hal itu akan membuat peserta didik menjadi bosan dan akan mengabaikan proses pembelajaran.
Kata media berasal dari bahasa latin medius yang secara harfiah berarti ‘tengah’, perantara atau pengantar. Dalam bahasa Arab, media adalah perantara (وسائل) atau pengantar pesan dari pengirim kepada penerima pesan. Menurut Gelach dan Ely, media apabila difahami secara garis besar adalah manusia, materi, atau kejadian yang membangun kondisi yang membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan, ketrampilan, atau sikap. Dalam pengertian ini, guru, buku teks, dan lingkungan sekolah merupakan media. Secara lebih khusus, pengertian media dalam proses pembelajaran cenderung diartikan sebagai alat-alat grafis, photografis, atau elektronis untuk menangkap, memproses, dan menyusun kembali informasi visual atau verbal.[19] Ada pula yang mendefinisikan media sebagai alat bantu apa saja yang dapat dijadikan sebagai penyalur pesan guna mencapai tujuan pengajaran.[20] Adapun pengertian media pembelajaran PAI adalah perantara atau pengantar pesan (informasi) dari guru agama Islam kepada penerima informasi yakni peserta didik.[21]
Dalam perkembangannya media pembelajaran mengikuti perkembangan teknologi. Secara umum jenis media pembelajaran dikelompokkan menjadi :
Adalah media yang hanya mengandalkan indera penglihatan. Artinya media ini hanya dapat dilihat saja, tidak mengandung unsur suara. Media ini ada yang menampilkan gambar diam seperti film strip (film rangkaian), slides (bingkai) foto, gambar, atau lukisan, cetakan, grafis, diagram, peta dan lainnya.[22] Kelebihan media visual yaitu dalam media ini siswa dapat melihat obyek yang diperlihatkan guru dalam proses pembelajarannya sehingga peserta didik tahu obyek apa yang sedang dijelaskan dan dipelajarinya. Kelemahan media visual yaitu dalam media ini hanya kemampuan indera penglihat saja yang terasah kemampuannya, sehingga siswa hamya mampu melihat gambar tersebut tanpa mengasah indera peraba dan indera pendengaran, serta terbatas bagi yang mempunyai kelainan penglihatan atau buta. Adalah media yang hanya mengandalkan kemampuan suara saja, seperti radio, cassette recorder, piringan hitam. Media ini tidak cocok untuk orang tuli atau mempunyai kelainan pendengaran. Kelebihan media auditif yaitu dalam media ini siswa dapat lebih fokus karena peserta didik dituntut untuk lebih peka dalam pendengarannya. Jadi kemampuan peserta didik dalam mendengarkan dapat terasah. Kelemahan media auditif yaitu dalam media ini hanya mengasah indera pendengar saja, tanpa dapat mengasah indera lain seperti indera penglihat dan peraba. Selain itu media ini sangat terbatas bagi yang mempunyai kelainan tuna rungu. Adalah media yang mempunyai unsur suara dan unsur gambar. Jenis media ini mempunyai kemampuan yang lebih baik, karena meliputi kedua jenis media yang pertama dan kedua. Seperti contoh: rekaman video, film dan lain sebagainya.[23] Kelebihan media audio-visual yaitu dalam media ini mencakup segala aspek indera pendengar, penglihat dan peraba. Sehingga kemampuan semua indera dapat terasah dengan baik karena dipergunakan dengan seimbang dan bersama. Kelemahan media audio-visual yaitu keterbatasan biaya serta penerapannya yang harus mampu mencakup segala aspek indera pendengaran, penglihatan dan peraba.
Media pembelajaran berbasis cetakan yang umum digunakan adalah buku teks, pamflet, poster, majalah dan lain sebagainya.[24] Kelebihan yang dimiliki oleh media ini diantaranya adalah peserta didik dapat belajar dan maju sesuai dengan kecepatan masing-masing, peserta didik dapat mempelajari berulang kali dan lainnya. Adapun kekurangan dari media ini antara lain, biaya percetakan mahal, sulit menampilkan gerak, umumnya media cetakan hanya mampu membawa hasil tujuan bersifat koginif saja.[25] Media pajang biasanya digunakan untuk menyampaikan informasi didepan kelompok kecil. Contoh: Papan tulis, Flip Chart, Papan magnetik dan lain-lain. Kelebihan media ini diantaranya adalah bermanfaat di uang manapun tanpa harus ada penyesuain khusus, pemakai dapat secara fleksibel membuat perubahan-perubahan sementara penyajian berlangsung. Sedangkan kekurangan dari media ini antara lain, pada saat menulis di papan hal yang sering terjadi adalah guru membelakangi peserta didik dam jika ini berlangsung lama tentu akan menggangu suasana dan pengelolaan kelas.[26]
Media ini menggunakan komputer sebagai perantara untuk menyampaikan informasi kepada peserta didik. Contoh : 1) Tutorial terprogram, yakni seperangkat tayangan yang lebih dahulu diprogramkan. 2) Computer assisted instruction, yakni suatu system penyampaian materi pelajaran yang berbasis mikroprosesor yang pelajarannya diancang dan dipogram ke dalam system tersebut, dan lain-lain.[27] Kelebihan media ini, dapat merangsang peserta didik untuk mengerjakan latihan, simulasi karena tersedianya animasi graik, warna dan music yang dapat menambah realisme. Kekurangan, Untuk menggunakan komputer diperlukan pengetahuan dan keterampilan khusus, computer hanya efektif bila digunakan oleh seorang atau beberapa orang dalam kelompok kecil.[28]
Cara memilih media pembelajaran yang sesuai dengan Pendidikan Agama Islam adalah:
Selain pertimbangan-pertimbangan diatas, pemilihan media pembelajaran PAI sekurang-kurangnya dapat mempertimbangkan beberapa hal juga yakni kemudahan akses, biaya, tingkat interaktif yang mampu ditimbulkan, dukungan organisasi, serta tingkat motivasi yang mampu ditimbulkannya dan tingkat biaya yang diperlukannya.[31] Interaksi peserta didik dengan media berarti bagaimana peran media pembelajaran dalam merangsang kegiatan belajar peserta didik. Setiap media pembelajaran PAI yang direncanakan hendaknya dipilih, ditetapkan dan dikembangkan sehingga dapat menimbulkan interaksi peserta didik dengan pesan-pesan yang dibawa media pembelajaran.
Bahan ajar merupakan bahan atau materi pembelajaran yang disusun secara sistematis yang digunakan pendidik dan peserta didik dalam proses pembelajaran. Secara umum Bahan Ajar adalah segala bentuk bahan yang digunakan untuk membantu guru/pendidik dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Bahan yang dimaksud bisa berupa bahan tertulis maupun bahan tidak tertulis. Dengan bahan ajar memungkinkan siswa dapat menguasai kompetensi melalui materi yang disajikan secara runtut dan sistematis sehingga mampu menguasai semua kompetensi secara utuh dan terpadu sesuai dengan tujuan pendidikan Agama Islam. [32] Bahan ajar secara lebih sempit lagi dipahami sebagai materi pembelajaran (instructional materials) secara garis besar terdiri dari pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang harus dipelajari siswa dalam rangka mencapai standar kompetensi yang telah ditentukan. Secara terperinci, jenis-jenis materi pembelajaran terdiri dari pengetahuan (fakta, konsep, prinsip, prosedur), keterampilan, dan sikap atau nilai. [33] Termasuk jenis materi fakta adalah nama-nama obyek, peristiwa sejarah, lambang, nama tempat, nama orang, dsb. Termasuk materi konsep adalah pengertian, definisi, ciri khusus, komponen atau bagian suatu obyek (Contoh kursi adalah tempat duduk berkaki empat, ada sandaran dan lengan-lengannya). Termasuk materi prinsip adalah dalil, rumus, atau hubungan antara konsep yang menggambarkan “jika..maka….”, misalnya “Jika logam dipanasi maka akan memuai”, rumus menghitung luas bujur sangkar adalah sisi kali sisi. Materi jenis prosedur adalah materi yang berkenaan dengan langkah-langkah secara sistematis atau berurutan dalam mengerjakan suatu tugas. Misalnya langkah-langkah menjalankan ibadah sholat; langkah-langkah berwudlu. Materi jenis sikap (afektif) adalah materi yang berkenaan dengan sikap atau nilai, misalnya nilai kejujuran, kasih sayang, tolong-menolong, semangat dan minat belajar, semangat bekerja, dan lain-lain. [34] Untuk membantu memudahkan memahami keempat jenis materi pembelajaran aspek kognitif tersebut, perhatikan tabel di bawah ini:
Bahan ajar pada dasarnya adalah semua bahan yang didesain secara spesifik untuk keperluan pembelajarn, bahan ajar berupa seperangkat materi yang disusun secara sistematis sehingga tercipta lingkungan atau suasana yang memungkinkan siswa belajar dengan baik. Secara umum wujud bahan ajar dapat dikelompokkan menjadi empat yaitu; bahan cetak (printed); Bahan ajar dengar (audio); bahan ajar lihat-dengar (audio visual) dan bahan ajar interaktif.[35]
Bahan cetak antara lain handout, buku, modul, lembar kerja siswa, brosur, leaflet, wallchart, foto atau gambar,. Bahan cetak dapat disajikan dalam berbagai bentuk. Adapun macam-macam bahan ajar cetak antara lain: 1) Handout Handout adalah bahan tertulis yang disiapkan oleh seorang guru untuk memperkaya pengetahuan peserta didik. Handout biasanya diambil dari beberapa literature yang memiliki relevansi dengan materi yang diajarkan atau kompetensi dasar dan materi pokok yang harus dikuasai oleh peserta didik. 2) Buku Buku adalah bahan tertulis yang menyajikan ilmu pengetahuan. Buku sebagai bahan ajar merupakan buku yang berisi suatu ilmu pengetahuan hasil analisis terhadap kurikulum dalam bentuk tertulis. 3) Modul Modul adalah sebuah buku yang ditulis dengan tujuan agar peserta didik dapat belajar secara mandiri tanpa atau dengan bimbingan guru, sehingga modul berisi paling tidak tentang segala komponen dasar bahan ajar yang telah disebutkan sebelumnya. Sebuah modul akan bermakna kalau peserta didik dapat dengan mudah menggunakannya. 4) Lembar kegiatan Siswa Lembar Kegiatan Siswa ( student work sheet) adalah lembaran-lembaran yang berisi tugas yang harus dikerjakan peserta didik. Lembar kegiatan biasanya berupa petunjuk, langkah-langkah untuk menyelesaikan suatu tugas. Suatu tugas yang diperintahkan dalam lembar kegiatan harus jelas kompetensi dasar yang akan dicapainya. Lembar kegiatan dapat digunakan untuk mata pelajaran apa saja. Tugas-tugas sebuah lembar kegiatan tidak akan dapat dikerjakan oleh peserta didik secara baik apabila tidak dilengkapi dengan buku lain atau refrensi lain yang terkait dengan materi tugasnya. 5) Brosur Brosur adalah bahan informasi tertulis mengenai suatu masalah yang disusun secara bersistem atau cetakan yang hanya terdiri atas beberapa halaman dan lipat tanpa dijilid atau selebaran cetakan yang berisi keterangan singkat tetapi lengkap tentang perusahaan atau organisasi.[36] Dengan demikian, maka brosur dapat dimanfaatkan sebagai bahan ajar, selama sajian brosur diturunkan dari kompetensi dasar yang harus dikuasai oleh siswa. 6) Wallchart Wallchart adalah bahan cetak, biasanya berupa bagan siklus/proses atau grafik yang bermakna menunjukkan posisi tertentu. agar wallchart terlihat menarik abgi siswa maupun guru, maka wallchart didesain dengan menggunakan tata warna dan pengeturan proporsi yang baik. Wallchart biasanya masuk dalam kategori alat bantu mengajar, namun dalam hal ini wallchart didesain sebagai bahan ajar. 7) Foto/gambar Foto merupakan alat visual yang efektif karena dapat divisualisasika sesuatu yang akan dijelaskan dengan lebih konkrit dan realistis. Informasi yang disampaikan dapat dimengerti dengan muda karena hasil yang diragakan lebih mendekati kenyataan melalui foto yang diperlihatkan kepada anak-anak, dan hasil yang diterima oleh anak-anak akan sama.
Bahan ajar dengan adalah bahan ajar yang didesain dengan menggunakan media dengan (audio) seperti kaset, radio, piringan hitam, dan compact disk audio.[37] 1) Kaset atau piringan hitam Media kaset dapat menyimpan suara yang dapat secara berulang-ulang diperdengarkan kepada peserta didik yang menggunakannya sebagai bahan jar. Bahan ajar kaset biasanya digunakan untuk pembelajaran bahasa tau pembelajaran musik. Bahan ajar kaset tidak dapat berdiri sendiri, dalam penggunaannya memerlukan bantuan alat dan bahan lainnya seperti tape recorder dan lembar skenario guru. 2) Radio Radio adalah media dengar yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan ajar, dengan radio peserta didik bisa belajar sesuatu. Radio juga dapat dimanfaatkan sebagai sumber belajar. Program radio dapat dirancang sebagai bahan ajar, misalnya pada jam tertentu guru merencanakan sebuah program pembelajaran melalui radio. Misalnya mendengarkan berita siaran langsung suatu kejadian atau fakta yang sedang berlangsung.
Bahan ajar audio visual adalah bahan ajar yang didesain dengan menggunakan media audio visual seperti video compact disk, film. 1) Video/film Program video/film biasanya disebut sebagai alat bantu pandang dengar (audio visual aids/audio visual media). Umumnya program video telah dibuat dalam rancangan lengkap, sehingga setaip akhir dari penayangan video siswa dapat menguasai satu atau lebih kompetensi dasar. Baik tidaknya program video tentu saja tergantung pada desain awalnya, mulai analisis kurikulum, penentuan media, skema yang menunjukkan sekuensi (dikenal dengan skenario) dari sebuah program video atau film, skrip, pengambilan gambar dan proses editingnya. 2) Orang/Nara Sumber Orang sebagai sumber belajar dapat juga diakatakan sebagai bahan ajar yang dapat dipandang dan didengar, karena dengan orang seseorang dapat belajar misalnya karena orang tersebut memiliki ketrampilan khusus tertentu. Melalui ketrampilannya seseorang dapat dijadikan bahan ajar. Agar orang dapat dijadikan bahan ajar secara baik, maka rancangan tertulis diturunkan dari kompetensi dasar harus dibuat. Rancangan yang baik akan mendapatkan hasil belajar yang baik pula. Dengan demikian, dalam menggunakan orang sebagai bahan ajar tidak dapat berdiri sendiri melainkan dikombinasikan dengan bahan tertulis.
Multimedia interaktif adalah kombinasi dari dua atau lebih media (audio, teks, gambar, animasi, dan video) yang oleh penggunaannya dimanipulasi untuk mengendalikan perintah dan perilaku alami dari suatu presentasi. [38] Saat ini sudah mulai banyak orang memanfaatkan bahan ajar ini, karena disamping menarik juga memudahkan bagi penggunaannya dalam mempelajari suatu bidang tertentu. Biasanya bahan ajar multimedia dirancang secara lengkap mulai dari petunjuk penggunaannya hingga penilaian.
Bahan pembelajaran yang baik harus mempermudah dan bukan sebaliknya mempersulit siswa dalam memahami materi yang sedang dipelajari. Oleh sebab itu, bahan pembelajaran harus memenuhi kriteria berikut:
Selain kreteria di atas, bahan ajar yang baik harus selalu berorintasi pada kurikulum dan peta pemikiran. Ketika menjalankan tugas mengajar pada pendidikan formal atau nonformal yang penyelenggaraannya menggunakan kurikulum, maka rujukan utama dari bahan ajar yang disusun adalah: Standar kompetensi lulusan (SKL), SK, KD dan Indikator serta buku pegangan utama yang digunakan.
Ada beberapa prinsip yang perlu diperhatikan dalam penyusunan bahan ajar atau materi pembelajaran. Prinsip-prinsip dalam pemilihan materi pembelajaran meliputi prinsip relevansi, konsistensi, dan kecukupan. a. Prinsip relevansi artinya keterkaitan. Materi pembelajaran hendaknya relevan atau ada kaitan atau ada hubungannya dengan pencapaian standar kompetensi dan kompetensi dasar. Sebagai misal, jika kompetensi yang diharapkan dikuasai siswa berupa menghafal fakta, maka materi pembelajaran yang diajarkan harus berupa fakta atau bahan hafalan. b. Prinsip konsistensi artinya keajegan. Jika kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa empat macam, maka bahan ajar yang harus diajarkan juga harus meliputi empat macam. Misalnya kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa adalah pengertian thaharoh (bersuci), macam-macam hadats dan najis, dan cara mensucikan dari hadats dan najis, maka materi yang diajarkan juga harus meliputi pengertian thaharoh (bersuci), macam-macam hadats dan najis, dan cara mensucikan dari hadats dan najis. c. Prinsip kecukupan artinya materi yang diajarkan hendaknya cukup memadai dalam membantu siswa menguasai kompetensi dasar yang diajarkan. Materi tidak boleh terlalu sedikit, dan tidak boleh terlalu banyak. Jika terlalu sedikit akan kurang membantu mencapai standar kompetensi dan kompetensi dasar. Sebaliknya, jika terlalu banyak akan membuang-buang waktu dan tenaga yang tidak perlu untuk mempelajarinya.[40]
Secara garis besar langkah-langkah pemilihan bahan ajar meliputi pertama-tama mengidentifikasi aspek-aspek yang terdapat dalam standar kompetensi dan kompetensi dasar yang menjadi acuan atau rujukan pemilihan bahan ajar. Langkah berikutnya adalah mengidentifikasi jenis-jenis materi bahan ajar. Langkah ketiga memilih bahan ajar yang sesuai atau relevan dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang telah teridentifikasi tadi. Terakhir adalah memilih sumber bahan ajar.[41]
Analisis dan Pengembangan bahan ajar PAI adalah Kegiatan yang dilakukan oleh guru dalam meneliti, menganalisis dan mengembangkan materi melalui penelaahan isi Kurikulum, hakekat, tujuan dan karakteristik PAI, kompetensi yang ingin dicapai, mulai dari analisis rumusan kompetensi lulusan (SKL); standar kompetensi; dan Kompetensi Dasar (KD), kemudian menjabarkan materi secara mendalam berdasarkan kompetensi secara sistematis dengan mempertimbangkan penyajiannya. Hasil dari analisis materi ini kemudian digunakan dalam menyusun silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Jadi Analisis Materi Pembelajaran adalah salah satu bagian dari rencana kegiatan belajar mengajar yang berhubungan erat dengan materi pelajaran dan penyusunan silabus/RPP. Berdasarkan pengertian tersebut maka langkah-langkah analisis dan pengembangan materi PAI adalah sebagai berikut : 1) Mengkaji kurikulum PAI 2) Mengkaji hakekat, tujuan dan karakteristik PAI 3) Analisis SK dan KD 4) Analisis materi PAI (apakah materi termasuk informative, konseptual, procedural atau nilai/sikap) 5) Pengembangan/ penjabaran materi PAI secara mendalam dan memadai.[42]
Secara harfiah, kata evaluasi berasal dari bahasa Inggris yakni evaluation; dalam bahasa Arab berarti al-taqdîr (التقدير); dalam bahasa Indonesia berarti penilaian. Akar katanya adalah value; dalam bahasa Arab berarti al-qîmah (القيمة); dalam bahasa Indonesia berarti nilai.[43] Adapun pengertian evaluasi dalam pembelajaran pendidikan agama islam adalah proses untuk mengetahahui, memahami dan menggunakan hasil kegiatan belajar siswa dalam mencapai tujuan yang sesuai dengan tujuan pendidikan Islam.
Dalam pelaksanaan evaluasi perlu diperhatikan beberapa prinsip sebagai dasar pelaksanaan penilaian. Prinsip-prinsip tersebut adalah sebagai berikut:
Evaluasi harus dilakukan secara terus menerus dari waktu ke waktu untuk mengetahui secara menyeluruh perkembangan peserta didik, sehingga kegiatan dan unjuk kerja peserta didik dapat dipantau
Jenis-jenis evaluasi yang dapat diterapkan dalam pendidikan Islam adalah:[46]
Dalam pengertian umum, alat adalah suatu yang dapat digunakan untuk mempermudah seseorang untuk melaksanakan tugas atau mencapai tujuan secara lebih efektif dan efisien. Kata alat, biasa disebut juga dengan istilah instrumen. Dengan demikian maka alat evaluasi juga dikenal dengan instrumen evaluasi. Secara garis besar, alat evaluasi digolongkan menjadi dua macam yaitu, tes dan non tes. Berikut adalah jenis-jenis alat evaluasi:
1) Observasi (observation) a) Pengertian Observasi Observasi adalah suatu proses pengamatan dan pencatatan secara sistematis, logis, objektif, dan rasional mengenai berbagai fenomena, baik dalam situasi yang sebenarnya maupun dalam situasi buatan untuk mencapai tujuan tertentu. Alat yang digunakan dalam melakukan observasi adalah pedoman observasi.[48] b) Fungsi Observasi Sebagai alat evaluasi, observasi digunakan untuk : (1) Menilai minat, sikap dan nilai yang terkandung dalam diri siswa. (2) Melihat proses kegiatan yang dilakukan oleh siswa maupun kelompok. (3) Suatu tes essay / objektif tidak dapat menunjukan seberapa kemampuan siswa dapat menjelaskan pendapatnya secara lisan, dalam bekerja kelompok dan juga kemampuan siswa dalam mengumpulkan data. c) Teknik Pelaksanaan Observasi Dilihat dari teknik pelaksanaannya, observasi dapat ditempuh melalui tiga cara: (1) Observasi langsung, yaitu observasi yang dilakukan secara langsung terhadap objek yang diselidiki. (2) Observasi tidak langsung, yaitu observaasi yang dilakukan melalui perantara. (3) Observasi partisipasi, yaitu observasi yang dilakukan dengan cara ikut ambil bagian atau melibatkan diri dalam situasi objek yang diteliti.[49] d) Langkah-langkah Penyusunan Pedoman Observasi (1) Merumuskan tujuan observasi. (2) Membuat kisi-kisi (lay out) observasi. (3) Menyusun pedoman observasi. (4) Menyusun aspek-aspek yang akan diobservasi. (5) Melakukan uji coba pedoman observasi untuk melihat kelemahan-kelemahan pedoman pedoman observasi. (6) Merivisi pedoman observasi berdasarkan hasil uji coba. (7) Melaksanakan observasi pada saat kegiatan berlangsung. (8) Mengolah dan menafsirkan hasil observasi.[50] 2) Wawancara (Interview) Wawancara, suatu cara yang dilakukan secara lisan yang berisikan pertanyaan-pertanyaan (tanya-jawab), baik secara langsung atau tidak langsung dengan peserta didik.[51] Wawancara dibagi dalam 2 kategori, yaitu : pertama, wawancara bebas yaitu si penjawab (responden) diperkenankan untuk memberikan jawaban secara bebas sesuai dengan yang ia diketahui tanpa diberikan batasan oleh pewawancara. Kedua, adalah wawancara terpimpin dimana pewawancara telahmenyusun pertanyaan pertanyaan terlebih dahulu yang bertujuan untuk menggiring penjawab pada informasi-informasi yang diperlukan saja. Wawancara adalah suatu teknik penilain yang dilakukan dengan jalan percakapan (dialog) baik secara langsung (face to face) secara langsung apabila wawancara itu dilakukan kepada orang lain misalnya kepada orang tuannya atau kepada temanya. Keberhasilan wawancara sebagai alat penilaian sangat dipengaruhi oleh beberapa hal : a) Hubungan baik pewawancara dengan anak yang diwawancarai. Dalam hal ini hendaknya pewawancara dapat menyesuikan diri dengan orang yang diwawancarai . b) Keterampilan pewawancara. Keterampilan pewawancara sangat besar pengaruhnya terhadap hasil wawancara yang dilakukan, karena guru perlu melatih diri agar meiliki keterampilan dalam melaksanakan wawancara. c) Hilangkan prasangka-prasangka yang kurang baik sehingga pertanyaan-pertanyaan yang diajukan bersifat netral. Adapun Langkah-langkah penyusunan wawancara adalah sebagai berikut : a) Perumusan tujuan b) Perumusan kegiatan atau aspek-aspek yang dinilai c) Penyusunan kisi-kisi d) Menyusun pertanyaan-pertanyaan sesuai dengan data yang diperlukan. e) Penyusunan pedoman wawancara f) Melaksanakan wawancara dalam situasi sebenarnya.[52] 3) Angket Angket (kuesioner) merupakan alat pengumpul data melalui komunikasi tidak langsung, yaitu melalui tulisan. Angket ini berisi daftar pertanyaan yang bertujuan untuk mengumpulkan keterangan tentang berbagai hal yang berkaitan dengan responden. Ditinjau dari segi siapa yang menjawab: a) Kuesioner langsung Kuesioner dikatakan langsung jika kuesioner tersebut dikirimkan dan diisi langsung oleh orang yang akan dimintai jawaban tentang drinya. b) Kuesioner tidak langsung Adalah kuesioner yang dikirimkan dan diisi oleh bukan orang yang diminta keterangannya. Kuisioner tidak langsung biasanya digunakan untuk mencari informasi tentang bawahan, anak, saudara, tetangga dan sebagainya. Ditinjau dari segi cara menjawabnya: a) Kuesioner tertutup Adalah kuesioner yang disusun dengan menyediakan pilihan jawabam lengkap sehingga pengisi hanya tinggal memberi tanda pada jawaban yang dipilih. b) Kuesioner terbuka Adalah kuesioner yang disusun sedemikian rupa sehingga para pengisi bebas mengemukakan pendapat. Kuesioner terbuka disusun apabila macam jawaban pengisi belum terperinci dengan jelas sehingga jawabannya akan beraneka ragam. Keterangan tentang alamat pengisi, tidak mungkin diberikan dengan cara memilih pilihan jawaban yang disediakan. Kuesioner terbuka juga digunakan untuk meminta pendapat seseorang.[53] Untuk mengisi angket, dapat mengikuti langkah-langkah sebagai berikut: a) Menyusun kisi-kisi angket b) Menyusun pertanyaan-pertanyaan dan bentuk jawaban yang diinginkan c) Membuat pedoman atau petunjuk cara menjawab pertanyaan. d) Jika angket sudah tersusun dengan baik, perlu dilaksanakan uji coba di lapangan. e) Angket yang sudah diujicobakan dan terdapat kelemahan perlu direvisi. f) Menggandakan angket sesuai dengan banyaknya peserta didik.[54] 4) Skala Sikap Skala sikap digunakan untuk mengukur sikap seseorang terhadap objek tertentu. Hasilnya berupa kategori sikap, yakni mendukung (positif), menolak (negatif), dan netral. Sikap pada hakikatnya adalah kecenderungan berperilaku pada seseorang. Sikap juga dapat diartikan reaksi seseorang terhadap suatu stimulus yang datang pada dirinya.[55] a) Bentuk Skala Sikap Bentuk skala yang dapat di pergunakan dalam pengukuran bidang pendidikan yaitu:
5) Penilaian Berbasis Portofolio Penilaian berbasi portofolio adalah suatu usaha untuk memperoleh berbagai informasi secara berkala, berkesinambungan, dan menyelurh tentang proses dan hasil pertumbuhan dan perkembangan wawasan, pengetahuan, sikap dan keterampilan peserta didik. Dalam penilaian portofolio seorang peserta didik biasanya memuat: a) Hasil ulangan harian dan ulangan umum. b) Tugas-tugas berstruktur c) Catatan perilaku harian para peserta didik d) Laporan kegiatan peserta didik di sekolah.[58] 6) Penilaian Unjuk Kerja Penilaian Unjuk kerja (performance asasement) adalah suatu penilaian yang meminta siswa untuk mendemonstrasikan dan mengaplikasikan pengetahuan kedalam berbagai konteks sesuai dengan kriteria yang diinginkan. Hasil yang diperoleh merupakan suatu hasil dari unjuk kerja tersebut. 7) Penilaian Produk dan Proyek Penilaian produk adalah penilaian yang berpusat dari hasil kerja atau hasil karya siswa dimana penilaian ini akan dievaluasi menurut kriteria tetentu. Hasil karya tersebut dapat berupa:
Adapun yang dimaksud penilaian proyek adalah penilaian terhadap suatu tugas yang harus diselesaikan dalam periode atau waktu tertentu. Contoh : Guru memberikan tugas kepada peserta didik untuk melakukan penelitian tentang sekelompok hadis shohih, hasan dan dlaif.[59]
Tes sebagai alat penilaian adalah berupa pertanyaan-pertanyaan yang diberikan kepada siswa untuk mendapat jawaban dari siswa dalam bentuk lisan (tes lisan), dalam bentuk tulisan (tes tulisan), dan dalam bentuk perbuatan (tes tindakan). Tes pada umumnya digunakan untuk menilai dan mengukur hasil belajar siswa, terutama hasil belajar kognitif berkenaan dengan penguasaan bahan pengajaran sesuai dengan tujuan pendidkan dan pengajaran. 1) Tes Uraian (tes subjektif) Tes Uraian, yang dalam uraian disebut juga essay, merupakan alat penilaian yang hasil belajar yang paling tua. Secara umum tes uraian ini adalah pertanyaan yang menuntut siswa menjawab dalam bentuk menguraikan, menjelaskan, mendiskusikan, membandingkan, memberikan alasan, dan bentuk lain yang sejenis sesuai dengan tuntutan pertanyaan dengan menggunakan kata-kata dan bahasa sendiri. Dengan demikian, dalam tes ini dituntut kemampuan siswa dalam mengekspresikan gagasannya melalui bahasa tulisan.[60] 2) Tes objektif Tes objektif sering juga disebut tes dikotomi, karena jawabannya anatara benar atau salah. Disebut tes objektif karena penilaiannya bersifat objektif, siapapun yang mengoreksi jawabannnya sudah jelas dan pasti.[61] Soal-soal bentuk objektif dikenal ada beberapa bentuk yakni: a) Bentuk jawaban singkat Bentuk soal jawaban singkat merupakan soal yang menghendaki jawaban dalam bentuk kata, bilangan, kalimat atau simbol. Contoh bentuk soal dengan jawaban singkat.
b) Bentuk soal benar-salah Bentuk soal benar-salah adalah bentuk tes yang soal-soalnya berupa peryataan yang mengandung dua kemungkinan jawaban, yaitu benar (B) dan salah (S). Contoh bentuk soal benar salah: (B-S) : Nun Mati bertemu dengan ta’ hukumnya ikhfa’ (B-S) : Nun Mati bertemu dengan hamzah hukumnya iqlab c) Bentuk soal menjodohkan Bentuk soal menjodohkan terdiri dari dua kelompok pertanyaan yang parallel yang berada dalam satu kesatuan. Kelompok sebelah kiri merupakan bagian yang berupa soal-soal dan sebelah kanan adalah jawaban yang disediakan. Tapi sebaiknya jumlah jawaban yang disediakan lebih banyak dari soal karena hal ini akan mengurangi kemungkinan siswa menjawab yang betul dengan hanya menebak. Contoh bentuk soal menjodohkan:
d) Bentuk soal pilihan ganda Soal pilihan ganda adalah bentuk tes yang mempunyai satu jawaban yang benar atau paling tepat. Contoh bentuk soal pilihan ganda: Ilmu mawarits disebut juga faraidh. Faraidh mempunyai arti….
3) Tes Lisan Tes lisan adalah tes yang menuntut jawaban dari peserta didik dalam bentuk lisan, peserta didik akan mengucapkan jawaban dengan kata-katanya sendiri sesuai dengan pertanyaan atau perintah yang diberikan. Dalam melakukan pertanyaan di kelas prinsipnya adalah: mengajukan pertanyaan, member waktu untuk berpikir, kemudian menunjuk peserta untuk menjawab pertanyaan.
Untuk memilih alat evaluasi, maka harus memenuhi persyaratan atau kreteria sebagai berikut: (1) Memiliki Validitas, (2). Mempunyai reliabitas, (3). Objektivitas, (4) Efesiensi, dan (5) kegunaan/kepraktisan. Valaditas, artinya penilaian harus benar-benar mengukur apa yang hendak di ukur. Demikian pula suatu tes memiliki suatu valaditas bila tes itu benar-benar mengukur hal yang hendak di tes. Reliabilitas, suatu alat evaluasi memiliki reliabilitas, bila menunjukan kecepatan hasilnya.dengan kata lain, orang yang akan di tes itu akan mendapat skor kembali dengat alat uji yang sama. Untuk mengetahui besar kecilnya reliabilitas suatu tes dapat ditempuh berbagai cara, yakni dengan cara mengulangi kembali tes itu (test-retest. Objektifitas, suatu alat evaluasi harus benar-benar mengukur apa yang diukur, tanpa adanya interprestasi yang tidak ada hubungannya dengan alat evaluasi itu. Guru harus menilai siswa dengan kreteria yang sama bagi setiap pekerjaan tanpa membeda-bedakan si A dengan si B dan seterusnya. Objektivitas, dalam penilaian sering diperlukan dalam menggunakan; questioner, essay test, observation, rating scale, check list dan alat-alat lainya. Efisiensi, suatu alat evaluasi sedapat mungkin dipergunakan tanpa membuang waktu dan uang yang banyak. Ini tidak berarti, bahwa evaluasi yang memakan waktu, usaha dan uang sedikit dianggap alat evaluasi yang baik.hal ini tergantung pada tujuan penggunaan alat evaluasi dan banyaknya siswa yang dinilai dan sebagainya. Suatu alat evaluasi diharapkan dapat digunakan dengan sedikit biaya dan usaha yang sedikit, dalam waktu yang singkat, dan hasil yang memuaskan. Efisiensi dapat dicapai dengan cara :
Keguanaan/kepraktisan. Ciri lain dari evaluasi ialah usefulness (harus berguna). Untuk memperoleh keterangan tentang siswa, sehingga guru dapat memberikan bimbinagn sebaik-baiknya bagi para siswanya.[62] BAB III KESIMPULAN
– Metode Ceramah Bervariasi – Metode Tanya Jawab – Metode Simulasi Atau Bermain Peran – Metode Pemberian Tugas dan Resistasi – Metode Demonstrasi dan Eksperimen – Metode Kerja Kelompok – Metode Problem Solving (Pemecahan Masalah) – Metode Karyawisata/ Widyawisata/Studiwisata – Metode Suri Tauladan – Metode Kisah Atau Cerita
Berdasarkan perkembangan teknologi tersebut,secara umum jenis media pembelajaran dikelompokkan menjadi; media visual, media auditif, media audio-visual, media berbasis cetakan, media pajang dan media berbasis komputer.
Pengertian evaluasi dalam pembelajaran pendidikan agama islam adalah ingin mengetahahui, memahami dan menggunakan hasil kegiatan belajar siswa dalam mencapai tujuan yang sesuai dengan tujuan pendidikan islam. d. Prinsip-prinsip Evaluasi Pembelajaran PAI sebagai berikut: 1) Evaluasi hendaknya didasarkan atas hasil pengukuran yang komprehensif (menyeluruh). 2) Prinsip kesinambungan (kontinuitas); 3) Prinsip obyektif, penilaian diusahakan agar seobyektif mungkin. 4) Evaluasi harus mempertimbangkan rasa keadilan bagi peserta didik dan objektifitas pendidik. 5) Prinsip sistematis. e. Jenis-jenis Evaluasi Pembelajaran PAI, adalah: Evaluasi Formatif, Evaluasi Sumatif, Evaluasi penempatan (placement), Evaluasi Diagnostik, f. Jenis-jenis Alat Evaluasi Pembelajaran PAI 1) Alat/Instrumen Evaluasi Non-Tes: Observasi (observation, wawancara, skala sikap, angket, portofolio, penilaian proyek dan poduk, dan unjuk kerja. 2) Alat/Instrumen Evaluasi Tes: – Tes subjektif (tes uraian) – Tes objektif (pilihan ganda, benar-salah, menjodohkan, dan lain-lain) – Tes tindakan g. Cara memilih alat evaluasi pembelajaran PAI adalah harus mempertimbangkan keefektifan, efisiensi dan daya tarik DAFTAR PUSTAKA Ahmadi, Abu, Joko Tri Prasetyo. 2005. Strategi Belajar Mengajar. Bandung: Pustaka Setia. Arifin, Zainal. 2011. Evaluasi pembelajaran. Bandung: Rosdakarya .. Arsyad, Azhar. 1997. Media Pembelajaran. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Djamarah, Syaiful Bahri, Aswan Zain. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Rineka Cipta. Majid, Abdul . 2011. Perencanaan Pembelajaran. Bandung : PT Remaja Rosdakarya. Marno. Modul Pengembangan Bahan Ajar PAI pada Sekolah. Hak Penerbitan: Direktorat Pendidikan Agama Islam pada Sekolah (DITPAIS) Direktorat Jenderal Pendidikan Islam. Muhaimin dkk. 1996. Strategi Belajar Mengajar. Surabaya: Citra Media. Nata, Abuddin. 2009. Perspektif Islam tentang Strategi Pembelajaran. Jakarta: Kencana. Penyusun Kamus Besar, Tim. 1990. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Ramayulis. 2002. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kalam Mulia. Saleh, Abdul Rachman. 2000. Pendidikan Agama dan Keagamaan Visi, Misi dan aksi. Jakarta: Gemawindu Pancaperkasa. Sanjaya, Wina Sanjaya. 2008. Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta: Kencana. Sudijono, Anas. 2007. Pengantar Evaluasi Pendidikan (Jakarta: Raja Grafindo Persada. Sukiman. 2012. Pengembangan Sistem Evaluasi. Yogyakarta: Insan Madani. Uhbiyati. 1997. Ilmu Pendidikan Islam. Bandung: Pustaka Setia. Usman, Moh. Uzer, Lilis Setiawati. 1999. Upaya Optimalisasi Kegiatan Belajar Mengajar . Bandung: Remaja Rosdakarya. Widoyoko, Eko Putro. 2009. Evaluasi Program Pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. http://muhfathurrohman.wordpress.com/2012/09/18/memahami-cara-memilih-metode-pembelajaran-yang-tepat/
[1] Tim penyusun kamus Besar, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka.1990), 859.
[2] Muhaimin dkk, Strategi Belajar Mengajar, (Surabaya: Citra Media, 1996), 157
[3] Wina Sanjaya, Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran (Jakarta: Kencana, 2008), 186.
[4] Muhaimin, Strategi Belajar Mengajar , 103.
[5] Wina Sanjaya, Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran, 189-194.
[6] Abu Ahmadi, Joko Tri Prasetyo, Strategi Belajar Mengajar, (Bandung: Pustaka Setia,2005), 46.
[7] Muhaimin, Strategi Belajar Mengajar, 106-107.
[8] Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2002), 53.
[9] Moh. Uzer Usman, Lilis Setiawati, Upaya Optimalisasi Kegiatan Belajar Mengajar (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1999), 121.
[12] Moh. Uzer Usman, Lilis Setiawati, Upaya Optimalisasi Kegiatan Belajar Mengajar, 126-128.
[13] Moh. Uzer Usman, Lilis Setiawati, Upaya Optimalisasi Kegiatan Belajar Mengajar, 128-129.
[16] Moh. Uzer Usman, Lilis Setiawati, Upaya Optimalisasi Kegiatan Belajar Mengajar, 131-134.
[17] Uhbiyati, Ilmu Pendidikan Islam, (Bandung: Pustaka Setia, 1997), 153.
[19] Azhar Arsyad, Media Pembelajaran (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1997), 3.
[20] Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar , 137.
[21] Muhaimin, Strategi Belajar dan Mengajar, 91.
[22] Wina Sanjaya, Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran, 211.
[23] Wina Sanjaya, Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran, 211.
[24] Azhar Arsyad, Media Pembelajaran, 87.
[25] Azhar Arsyad, Media Pembelajaran, 39-40.
[28] Azhar Arsyad, Media Pembelajaran, 56.
[29] Abuddin Nata, Perspektif Islam tentang Strategi Pembelajaran (Jakarta: Kencana, 2009), 306.
[30] Wina Sanjaya, Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran, 224.
[32] Marno, Modul Pengembangan Bahan Ajar PAI pada Sekolah, (Hak Penerbitan: Direktorat Pendidikan Agama Islam pada Sekolah (DITPAIS) Direktorat Jenderal Pendidikan Islam), 2.
[33] Wina Sanjaya, Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran, 142-143.
[34] Marno, Modul Pengembangan Bahan Ajar PAI pada Sekolah, 4-5.
[35] Marno, Modul Pengembangan Bahan Ajar PAI pada Sekolah, 11.
[36] Marno, Modul Pengembangan Bahan Ajar PAI pada Sekolah, 13.
[37] Marno, Modul Pengembangan Bahan Ajar PAI pada Sekolah ,15.
[38] Abdul Majid, Perencanaan Pembelajaran, (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2011), 182.
[39] Marno, Modul Pengembangan Bahan Ajar PAI Pada Sekolah, 17.
[40] Marno, Modul Pengembangan Bahan Ajar PAI Pada Sekolah, 27.
[41] Marno, Modul Pengembangan Bahan Ajar PAI Pada Sekolah, 28.
[42] Marno, Modul Pengembangan Bahan Ajar PAI Pada Sekolah, 105.
[43] Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2007), 1.
[44] Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2002), 226.
[47] Abdul Rachman Saleh, Pendidikan Agama dan Keagamaan Visi, Misi dan aksi (Jakarta: Gemawindu Pancaperkasa, 2000), 76-79.
[48] Zainal Arifin, Evaluasi pembelajaran (Bandung: Rosdakarya , 2011), 153
[49] Zainal Arifin, Evaluasi pembelajaran ,154.
[52] Zainal Arifin, Evaluasi Pembelajaran, 158-159.
[53] Zainal Arifin, Evaluasi Pembelajaran, 166.
[54] Zainal Arifin, Evaluasi Pembelajaran, 167.
[55] Eko putro Widoyoko, Evaluasi Program Pembelajaran, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), 113.
[57] Eko putro Widoyoko, Evaluasi Program Pembelajaran, 116-117.
[59] Sukiman, Pengembangan Sistem Evaluasi, (Yogyakarta: Insan Madani, 2012), 117.
[60] Eko putro Widoyoko, Evaluasi Program Pembelajaran, 79.
[61] Zainal Arifin, Evaluasi Pembelajaran, 135. |