Awal berdiri perguruan Tapak Suci Putera Muhammadiyah di

DINAMIKA SENI BELA DIRI TAPAK SUCI SURABAYA

Oleh : Azrahal Hasan

Bangsa melayu telah mengenal pencak silat sejak masa prasejarah. Pencak silat diciptakan dan dikembangkan untuk menghadapi alam yang keras. Manusia harus hidup survive melawan berbagai binatang ganas, karena saat itu perkembangan senjata mereka hanya berupa alat – alat sederhana. Dengan olah pikir manusia pada zaman tersebut akhirnya mampu menicptakan dan mengembangkan gerakan yang meniru gerak bermacam binatang. Peran binatang sebagai sumber inspirasi dalam menciptakan gerak pencak silat juga terdapat dalam mitos – mitos, binatang yang mempunyai fisik sangat kuat dibandingkan manusia menuntut manusia yang mempunyai kelebihan akal dan pikiran untuk mampu mencontoh perkelahian binatang untuk berusaha mengalahkan binatang ganas.

Pencak silat merupkaan sebuah tradisi dan budaya yang mengakar bagi masyarakat melayu sehingga memunculkan berbagai aliran yang mempunya ciri khas dalam hal gerak, bahkan perilaku yangmencirikan dari mana aliran tersebut berasal. Salah satu warisan budaya nenek moyang bangsa Indonesia seharusnya mampu menjadi sebuah identitas enagra di kancah Internasional. Pencak silat tidak hnay berkembang di Indonesia, sebagian besar negara – negara Asia Tenggara bahkan dunia telah mampu menguasai olahraga tersebut. Lebih dari 20 negara tergabung dalam sebuah organisasi pencak silat dunia dengan nama PERSILAT.

Di era modern ini banyak aliran pencak silat yang tergeser oleh perkembangan zaman, terlebih kehidupan masyarakat yang telah terhegemoni oleh budaya – budaya asing yang semakin menyudutkan perkembangan budaya tradisional. Seperti adanya beladiri asing Taekwondo, Jujitsu, Kempo, Kungfu, Muai Thai, dan lain – lain. Hal ini mengakibatkan perkembangan pencak silat di kalangan masyarakat mengalami pergeseran nilai, baik dari segi keolahragaannya maupun esensi dari sebuah ilmu pencak silat. Selain sebagai olahraga, pencak silat juga merupkaan olah kanuragan yang mampu menaikkan kulaitas fisik maupun psikis. Dengan olah kanuragan seorang pesilat mampu menaikkan spiritualitasnya untuk tetap selalu mendekatkan diri kepada sang pencipta. Salah satu perguruan yang menanamkan nilai – nilai spiritual adalah tapak suci.

Tapak suci merupakan perguruan seni beladiri Indonesia yang berstatus organisasi otonom (ortom) Muhammadiyah, yang berdiri secara resmi pada 31 Juli 1963 di kampung Kauman Yogyakarta. Oleh karena itu kemudian beri nama lengkap perguruan seni beladiri Indonesia Tapak Suci Putera Muhammadiyah. Kelahirannya memiliki tujuan untuk bela agama dan bela bangsa. Sebelum berdirinya, pada zaman penjajahan Belanda, masyarakat membutuhkan kemampuan beladiri untuk menghadapi tenakan dari colonial. Keberadaan tapak suci setidaknya menjadi sarana dari adanya semangat bela agama dan bela bangsa. Hal ini bermula dari dakwah para ulama yang senantiasa memasukkan unsur pengajaran – pengajaran beladiri, bela umat, bela agama, bela bangsa, dan bela negara dalam proses syiar agama islam.

Pemuda Muhamamdiyah kauman Yogyakarta berinisatif untuk menjadikan tapak suci sebagai salah satu ortom Muhammadiyah, yang saat itu pemuda Muhammadiyah membawahi berbera bagian. Mulai dari drum band, sepak bolam buu tangkis, hingga beladiri. Dalam perkembangannya, beladiri mempunyai daya tarik luar biasa di kalanga pemuda pada 1960-an. Mencekamnya keadaan Yogyakarta karena isu – isu negative seputar komunis terus berkembang, dan pencak silat yang banyak mengadospi ilmu hitam semakin berkembang di kalangan pemuda Muhammadiyah Kauman, selain juga sebagai sarana mengembangkan dan melestarikan seni pencak silat dengan mendirikan Tapak Suci. Pencak silat seperti menjadi sebuah kebutuhan di kala adanya perasaan takut di kalangan pemuda Muhammadiyah dengan golongan komunis.

Sebagai salahs atu aliran pencak silat yang dinaungi oleh Muhammadiyah, sejarah tapak suci tidak terlepas dari perannya sebagai budaya pencak silat yang mampu tumbuh dan berkembang di Surabaya. Karena tapak suci selain sebagai olahraga beladiri juga sebagai organisasi pencak silat, berinduk kepada IPSI (Ikatan Pencak Silat Indonesia), dan sarana dakwah pergerakan tapak suci bertujuan untuk mencetak kader Muhammadiyah terutama di Surabaya yang merupakan pusat dari perkembangan Muhammadiyah di Jawa Timur. Tapak suci mengembangkan pencak silat sebagai warisan budaya bangsa yang berlandaskan agama Islam, menajuhkan dari syirik sesuai dengan misi Muhammadiyah sebagai organisasi induknya. Untuk berusaha memberantas Tahayul, Bid’ah, dan Khurofat. Dengan berlandaskan pada ideology yang dibawa Muhammadiyah, maka ilmu yang dituangkan dalam tapak suci hanya berdasarkan pada kecepatan dan ketepatan, yang harus dilatih secara rutin seperti olahraga modern pada umumnya. Dalam perguruan tidak mengajarkan ritual – ritual khusus untuk mencapai ilmu tertentu. Tapi semua ilmu diajarkan sesuai rasionalitas, tinggi rendahnya kemampuan siswa tapak suci diperoleh dari ketekunan berlatih tiap – tiap individu tersebut.

Bicara mengenai tapak suci berarti berbicara seni beladiri pencak silat, yang merupakan olahraga yang banyak diminati oleh kaum muda. Tapak suci yang bersifat universal mampu menerima berbagai golongan umur, agama, maupun gender. Siswa yang diterima tidak hanya kader – kader Muhammadiyah, tetapi juga orang di luar organisasi otonom. Di Universitas Airlangga, karena latar belakang mahasiswanya sangat heterogen, baik suku, agama, maupun budayanya, maka UKM Tapak Suci UNAIR memodifikasi gerakan dakwahnya agar sesuai dengan UKM beladiri lainnya. Fokus yang ditetapkan universitas bahwa UKM harus bisa menjadi sarana mengasah soft skill dan mengibarkan nama universitas dalam berbagai event, baik skala regional maupun nasional. Tuntutan yang diberikan universitas mengakibatkan terjadinya reorientasi hilangnya khazanah keilmuan dan tradisi pencak silat dalam taka suci, sehingga fokus mahasiswa lebih kea rah berlatih organisasi dan meraih prestasi.

Awal Berdiri

Keilmuan tapak suci berawal dari Banjarnegara Jawa Tengah, oleh seorang pemuda bernama Ibrahim Putra Syuhada. Pada 1872 Ibrahim mulai belajar beladiri kuntho sejak remaja. Pernaj terjadi peristiwa keributan dalam pertunjukan wayang kulit di kediaman keturunan China bernama Djin Sang. Ibrahim dipaksa bertarung oleh petinju berkebangsaan Belanda yang akhirnya petinju itu mengalami kekalahan. Ayah Ibrahim pun ikut mengjukum Ibrahim karena tingkah lakunya yang berani menghadapi orang Belanda, dengan maksud agar Ibrahim lebih lunak dengan Belanda, namun Ibrahim tetap pada pendiriannya untuk terus berani melawan Belanda. Akibatnya Ibrahim menjadi buronan tentara Belanda. Karena menjadi buronan Belanda, Ibrahim sempat dilarikan ke Batavia oleh ayahnya, dititipkan kepada seorang kerabatnya yang menjadi tokoh masyarakat di Batavia, namun dia masih berulah dengan Belanda hingga akhirnya dia berangkat haji ke Makkah dan menimba ilmu di sana.

Sepulang dari Makkah, Ibrahim kebali ke kampung, mendirikan pesantren Binorong di Banjarnegara. Mengingat status hukum Ibrahim di hadapan pemerintah Hindia Belanda masih buron, maka untuk mengaburkan identitas dia berganti nama menjadi Busro Syuhada. Ia kemudian mendapat gelar kyai, karena telah mendirikan pesantren Binorong dan mensyiarkan Islam kepada masyarakat Banjarnegara dan sekitarnya Pengajian dan pengkajian seputar Islam sering diselenggarakan di pesantren tersebut. Waktu berlalu akhirnya para murid pun berdatangan dari berbagai daerah. Salah satu murid yang terkenal adalah Soedirman, yang kemudian hari menjadi panglima besar jenderal Soedirman. Dakwah yang bersifat kultural selalu dilakukan Busyro Syuhada saat sebelum atau sesudah latihan dan untuk pendisiplinan personal anggota pencak silat. Adanya keterkaitan yang kuat antara pencak silat dan islam inilah, sehingga nantinya akan dicetak pesilat – pesilat yang taat beragama Islam.

Karena dakwa Islam yang cukup kental dalam pencak silat diajarkan Busro ini membuat Muhammadiyah merespon dengan mengundang Busro dalam konferensi pemuda Muhammadiyah di Yogyakarta, tahun 1921. Busro Syuhada bertemu pertama kali dengan dua tokoh pemuda kaka beradik Ahmad Dimyati dan Mohammad Wahid. Kemudian diadakan adu tanding keilmuan pencak silat antara Wahid dengan Achyat salah satu santri Busro Syuhada. Setelah adu tanding tersebut, guna saling menunjukkan keilmuan masing – masing, akhirnya kedua kakak beradik merasa keilmuan Achyat lebih baik sehingga mereka mengangkat Busro Syuhada sebagai guru.

Pada 1925, Muhammad Wahib dan Achmad Dimyati berguru ke Binorong. Mereka belajar ilmu silat Kuntho selama lima hari, namun berhasil menguasai 15 jurus dan 5 kembangan. Setelah itu, mereka kembali ke Yogyakarta untuk memadukan keilmuan silat Busro dengan berbagai aliran lain, dan tidak mengesampingkan ilmu asli yang diperoleh dari Busro yang kemudian dipadukan menjadi jurus Banjaran. Selain kedua murid iut, Busro Syuhada juga mempunya murid dari Wonodadi berana Abu Tafsir yang menurunkan ilmu pencak silatnya kepada anaknya Syarif Amiruddin. Dia kemudian mengembangkan ilmunya di Gontor Ponorogo Jawa Timur ketika dia menjadi santri disana. Sekarang, pencak silat Gontor diberi nama PERBEDA (Persatuan beladiri Darussalam) yang mempunyai jurus – jurus dan seragam merah dan strip kuning sama seperti seragam tapak suci. Keilmuan tapak suci berasal dari tiga perguruan, yaitu paguron Cikauman, paguron Sironoman, dan paguron Kasegu.

Paguron Cikauman

Busro Syuhada pindah dari Banjarnegara ke kampung Kauman, Yogyakarta untuk membentuk keutuhan perlawanan, karena latihan – latihan pencak silat di pesantren Binorong mulai diketahui pemerintah Hindia Belanda. Saat itu perkumpulan pencak silat di berbagai daerah dilarang, dikhawatirkan akan merongrong kekuasaan pemerintah Hindia Belanda. Sejak kepindahan Busro ke Kauman, diangkatlah murid – murid dari pemuda kauman untuk belajar pencak silat aliran Kuntho Banjaran, dipimpin Muhammad Wahib dan Ahmad Dimyati dalam berlatih. Sifat kepribadian kakak beradik, Muhammad Wahib yang bersifat ekstrovert atau terbuka serta pemberani sedangkan Ahmad Dimyati yang introvert atau pendiam dan tertutup mengakibatkan sering terjadi perbedaan pendapat antar keduanya.

Setelah merasa bekal keilmuan pencak silat yang diebrikan Busro kepada kedua kakak beradik itu cukup memadai, Busr meminta mereka berkelana dengan tujuan untuk menimba ilmu pencak silat lebih banyak lagi sekaligus menyebarkan agama Islam. Muhammad Wahib yang berkarakter keras diperintahkan berkelana ke Jawa Timur menuju daerah Madura dan Bawean yang penduduknya bertemperamen keras. Sehingga sering terjadi adu tanding baik itu di jalanan maupun di area panggung yang ditonton banyak orang. Kata Muhammad Wahib, “kemana – mana saya naik turun panggung untuk bertarung dan mendapatkan uang. Kalau diperlukan saya memakai senjata handuk dan sepotong besi sejengkal berlafal Alif”.

Sedangkan Ahmad Dimyati diperintahnkan mengembara ke Barat menuju daerah gudangnya ilmu pencak silat aliran Cikalong, Cibarusa, Cimande, dan Debus. Meskipun tidak berguru langsung, pertemuan silaturrahim dengan para tokoh pencak silat di Jawa Barat untuk saling berbagi keilmuan pencak silat. Kedua kakak beradik akhirnya kembali ke Yogyakarta setelah pengalaman yang diperoleh dirasakan cukup memadai. KEmudian Busro memberikan izin kepada keduanya untuk mendirikan Paguron pencak silat Cikauman yang secara resmi dibuka pada 1925. Cikauman yang merupkan perpaduan dari Kauman dan Banjaran dengan 15 jurus, 5 kembangan dan ke-Tauhid-an Islam. Kata Ci dalam Cikauman diadopsi dari kata silat Sunda yang lazim menggunakan kata Ci misalnya Cimande, Cikalong, Cibarusa, dan sebagainya, sebagai hasil kelana Ahmad Dimyati ke daerah Sunda.

Paguron ini memiliki landasan agama dan kebangsaan. Paguron menegaskan kepada seluruh muridnya untuk bebas dari pengaruh syirik, dan megabdikan diri untuk perjuangan agama dan bangsa. Awal berdirinya paguron Cikauman secara tegas telah digariskan dasar – dasar moral keagamaan yang harus dipatuhi dan dilaksanakan oleh setiap murid paguron, yaitu Paguron Cikauman yang berlandaskan Al – Islam dan berjiwa ajaran Ahmad Dahlan, membina akhlak anggota pencak silat yang diharapkan berwatak dan berkepribadian Indonesia, serta bersih dari pengaruh ilmu sesat dan syirik. Puluhan warga Kauman menjadi anggo Paguron ini mulai dari murid angkatan pertama Mohammad Djuraimi dan Mohammad Syamsudin. Mohammad Syamsudin ini yang menjadi cantrik di rumah Muhammad Wahib. Karena kedekatan tersebut, Syamsudin mampu belajar pencak silat dengan cepat hingga akhirnya dia diperbolehkan menerima murid.

Paguron Sironoman

Mohammad Syamsudin, murid Cikauman yang mendapat prediket terbaik saat dinyatakan lulus ujian, kemudian diizinkan mendirikan paguron baru di Kauman utara bernama Sironoman, yang resmi didirikan tahun 1930. Sironoman secara filosofis ajarannya menyesuaikan dengan Cikauman. Hanya beberapa keilmuan pencak silatnya yang sedikit dikembangkan oleh Muhammad Zahid murid Syamsudin yang mengembangkan dari 5 kembangan yang diajarkan menjadi 8 kembangan, serta merancang sistem latihan secara massal. Muhammad Zahid tidak berumur panjang namun dia telah menurunkan sebagian ilmunya ke Mohammad Barrie Irsyad yang diajarinya sejak tahun 1942. Kemudian Barrie Irsyad melanjutkan belajar langsung ke Ahmad Dimyati dan Mohammad Wahib.

Kemunculan berbagai aliran pencak silat di Yogyakarta terutama Kauman yang dimasuki banyak pencak silat aliran hitam termasuk di antaranya pencak setrum yang mengandung ajaran sihir, terjadinya gesekan ini memanas hingga Mohammad Barrie Irsyad harus melawan guru dari pencak setrum dengan pertaruhan barang siapa yang kalah dalam pertandingan itu, harus pergi dari Kauman, dengan disaksikan murid – murid kedua paguron dan beberapa pengurusn pemuda Muhammadiyah ranting Kauman, bertempat di pelataran masjid Gede Kauman. Akhirnya pertandingan itu dimenangkan Mohammad Barrie Irsjad. Setelah lulus ujian terakhir di paguron Sironoman, dengan mengembangkan sebelas kembangan yang dimodifikasinya, Mohammad Barrie Irsjad dan para kiai di Kauman didatangi perwira angkatan laut Jepang, bernama Omar Makino yang ingin belajar agama agama Islam. Dia juga ahli beladiri Judo yang kemudian mengajarkan permainan pedang Samurai kepada pemuda – pemuda Kauman, termasuk Barrie Irsjad. Dengan bertambahnya keahlian beladiri atas persetujuan guru – gurunya Barrie Irsjad diizinkan mendirikan paguran baru bernama Kasegu.

Paguron Kasegu

Perkembangan paguron Cikauman dan Sironoman semakin banyak muridnya. Banyak murid yang aktif dalam anggota laskar Angkatan Perang Sabil (APS) yang menyatukan semangat para pemuda untuk melawan imperialism Belanda, hingga banyak murid yang gugur ketika melakukan pemberontakan. Lahirnya jiwa patriotisme murid paguron Cikauman dan Sironoman merupakan proses pembentukan karakter dalam perguruan itu, hingga kedua paguron itu menjadi tongggak diaspora pendekar untuk mendirikan paguron – paguron baru, diantaranya adalah kasegu.

Kasegu adalah akronim dari kauman serba guna. Pencantuman nama Kauman banyak menuai protes orang – orang di blok lingkungan Kauman sehingga diganti menjadi Kasegu Badai Selatan, karena daerah operasionalnya di daerah selatan Kauman. Nama Segu kemudian diabadikan menjadi salah satu senjata khas tapak suci yang berlafal Muhammad yang diciptakan oleh Barrie Irsjad.

Kelahiran Tapak Suci

Banyak paguron yang berdiri di Kauman, seperti paguron pencak silat Kauman di tengah, paguron Sironoman di utara, paguron pencak aliran hitam di timur. Meskipun paguron Sironoman, paguron Cikauman, dan paguron Kasegu satu sumber keilmuan dari khunto banjaran, apalagi guru paguron Kasegu adalah murid dari kedua paguron tersebut. NAmun penampuilan keilmuan mereka mempunya ciri khas masing – masing, ketika salah satu murid Kasegu mau berguru ke Cikauman tidak diterima, padahal murid tersebut berkeinginan menyatukan paguron  paguron yang ada di Kauman.

Timbul gagasan dari pemuda pergerakan organisasi keagamaan, terutama generasi muda Muhammadiyah pecinta pencak silat di lingkungan Kauman untuk menjadikan berbagai macam paguron di Kauman dilebur menjadi satu wadah tunggal. Semangat nasionalisme umat Islam yang menganggap perlnya kekuatan fisik yang tangguh di kalangan umat Islam dalam menghadapi lawan – lawan berkekuatan fisik, paguron – paguron yang seagama dan sesuai dengan akidah Islam harus mempunyai tekad bulat untuk bersatu dan membentuk sebuah ikatan fisik yang kuat. Desakan untuk persatuan paguron di Kauman diprakarsai oleh murid – murid Kasegu diantaranya Muhammad Rustam Djundab, Irfan Hadjam, Djakfal Kusuma, dan Sobri Achmad. Secara akumulatif mereka mendesak Barrie Irsjad agar bersedia mendirikan satu paguron tunggal yang merupakan penggabungan dari paguron – paguron sealiran diantaranya Cikauman, Sironoman, dan Kasegu. Desakan yang kuat ini mendapat tantangan keras dari kaum sesepuh Kauman dan para pendekar senior yang merasa terlangkahi derajatnya. Namun, dengan pendekatan kultural persuasive akhirnya mereka memahami yang diinginkan pemuda – pemuda tersebut.

Tepatnya pada bulan Desember 1962, paguron Kasegu badai sealtan melakukan silaturrahim dengan paguron Cikauman dan Sironoman untuk menjelaskan niatnya dalam sebuah musyawarah. Pertemuan ini menyepakati untuk diadakan peragaan keilmuan pencak silat oleh guru dan murid tiap – tiap paguron. Saat itu, Kasegu diwakili Barrie Irsjad dan Muhammad Djundab setiap malam Jum’at. Nertempat di pesantren Aisyiyah Kauman. Setelah melalui pengujian yang intensif keilmuan yang diselenggarakan berkali – kali dengan maksud agar kesiapan kelahiran perguruan baru kelak bukan merupakan aliran baru namun tetap pada aliran Cikauman (Banjaran Kauman) maka atas restu Muhammad Wahib dan para sesepuh lainnya, bersama Barrie Irsjad dan beberapa ulama dan aktivis Muhammadiyah secara mufakat memberikan dukungan berdirinya perguruan baru yang terorganisasi dan membawa misi perkaderan Muhammadiyah dan ajang silaturrahim para praktisi pencak silat di lingkungan Muhammadiyah. Mohammad Wahib memutuskan “pembuktian dianggap cukup, saya merestui Tapak Suci didirikan dan diajarkan pencak silat aliran Kasegu”.

Selain persatuan dari ketiga paguron menjadi tapak suci, dalam perkembangannya juga cukup banyak paguron lain yang masuk ke tapak suci. Diantaranya perguruan pencak silat guntur di Jawa Timur, Silat Banten, Silat Cikalong, Silat Cimande, Silat Balebet, Silat Shalat, Silat Bugis, Silat Minang, Silat Macan Liwung, disamping aliran kuntho yang mewarnai hampir semua aliran Pencak Silat di Indonesia.

Sejak kesepakatan tersebut, perangkat organisasi segera disiapkan mulai dari nama perguruan dengan mengambil dasar ajaran perguruan Kauman maka ditetapkannya Tapak Suci. Kemudian tata tertib upacara disusun oleh Mohammad Barrie Irsjad, doa dan ikrar disusun oleh Djarnawi Hadikusuma, lambang diciptakan M. Fahmie Ishom, lambang anggota diciptakan Suharto Sujak, lambang tim inti Kosegu dibuat oleh Ajib Hamzah, bentuk dan warna pakaian diciptakan M. Zundar Wiesman dan Anis Susanto. Perguruan Tapak Suci akhirnya diresmikan tepat pada 31 Juli 1963, pukul 21.00 di pesantren Aisyiyah, Kauman Yogyakarta. Bertepatan dengan itu dideklarasikan persatuan pencak silat Tapak Suci, dengan tiga landasan pokok berikut, Tapak Suci berjiwa ajaran Islam, Keilmuan Tapak Suci metodis dinamis, dan Keilmuan Tapak Suci bersih dari syirik. Terpilih sebagai ketua umum pertama Tapak Suci adalah Djarnawi Hadikusumo, dan ditetapkannya jenjang tingkatan. Barrie Irsjad sebagaipelatih kepala (sabuk biru 3), bersama para asisten pelatih (sabuk kuning 4) terdiri dari Muhammad Rustam Dhundab, Sobri Achmad, Achmad Djakfar, M. Slamet, M. Dalhar, M. Zundar Wiesman, dan Anis Susanto.

Tantangan dalam Proses Pendiriannya

Kemunculan tapak suci di tengah pergolakan sosial yang terjadi di tahun 1960-an baik dari internal kampung Kauman Yogyakarta yang mayoritas muslim, dan terjadinya friksi yang tajam dengan paguron – paguron pencak silat di lingkungan warga Kauman sendiri, serta dari sisi eksternal ketakutan terhadap rongrongan gerakan Komunis pra terjadinya peristiwa G30S/PKI. Situasi sosial politik negara yang mulai memanas karena isu – isu negatif muncul tentang gerakan Komunis yang mau menghanguskan gerakan atau organisasi berbasis keagamaan di Indonesia, sehingga pimpinan pusat Muhammadiyah mengeluarkan peringatan kepada saeluruh komponen mulai dari tingkat wilayah hingga ranting untuk selalu siaga terhadap gerakan kaum komunis. Hal inilah yang memunculkan inisiatif untuk menggabungkan tiga paguron menjadi perguruan pencak silat tapak suci. Seragam merah – merah tapak suci merupakan bentuk pertentangan melawan simbo warna merah yang melambangkan keberanian kaum komunis.

Seragam merah di pencak silat merupakan seragam di luar kelaziman. Seragam pencak silat pada umumnya berwarna hitam atau putih. Merah tapak suci memiliki latar belakang filosofis, ideologis, dan politik pergerakan bangsa dan media pencak silat, yang bergerak secara fisik dalam membela keutuhan bangsa dan agama. Gerakan merah ini juga diikuti salah satu organisasi otonom Muhammadiyah yang berdiri setahun lebih muda dari Tapak Suci, yaitu ikatan mahasiswa Muhammadiyah (IMM) yang beratribut merah mulai dari bendera dan jas almamater. Gerakan ini juga diikuti oleh kelompok pemuda muslim lain yang membentuk perkumpulan di kampung – kampung Yogyakarta, seperti benteng melati di kampung Kadipaten, Perkasa di kampung Suronatan, termasuk gerakan perguruan Eka Sejati di kampung Karangkajen, yang notabene sebagai sel gerakan muslim Yogyakarta. Kedekatan tapak suci dengan organisasi Islam menjadikan jaringan yang dibina untuk menjalin persatuan, membentuk kekuatan pertahanan terhadap kaum komunis. Kedekatan dengan HMI menjadikan tapak suci sebagai underbow dan tukang pukul HMI, karena Tapak Suci sering menjadi pengaman saat ada kegiatan HMI. Juga ada dua anggota tapak suci dari SMP Muhammadiyah Yogyakarta bernama Airs Munandar dan Margono yang juga atif di KAMI/KAPPI Yogyakarta. Dalam demonstrasi yang memperjuangkan amanat penderitaan rakyat (AMPERA), mereka bedua gugur sewaktu aksi tersebut.

Tapak suci pun menjadi pergerakan nasional ketika berbagai cabang maupun ranting Muhammadiyah beramai – ramai mengadakan latihan Tapak Suci, ini dimulai sejak berdirinya hingga meletusnya peristiwa G30S/PKI. Setelah suasana memanas ini usai tapak suci kembali berkonsentrasi pada perkembangan organisasi olahraga beladiri hingga pada tahun 1966 diselenggarakannya konferensi Nasional 1 Tapak Suci yang dihadiri para utusan pimpinan daerah perguruan Tapak Suci yang tersebar di berbagai wilayah di Indonesia. Pada konferensi ini berhasil dirumuskan pemantapan organisasi secara nasional, dan tapak suci menjadi sebuah pergerakan yang melembaga. Setelah diubah berkali – kali akhirnya disepakati dengan nama Perguruan Seni Beladiri Indonesia Tapak Suci Putera Muhammadiyah.

Perkembangan Tapak Suci Surabaya

Tapak suci Surabaya berawal dari dibentuknya struktur organisasi pemuda Muhammadiyah di Surabaya utara periode 1960, mempunyai beberapa bagian yang membidangi berbagai macam bidang diantaranya Drum Band, sepak bola, drama, bulu tangkis, dan beladiri. Bidang beladiri mendapatkan respon di kalangan pemuda Muhammadiyah karena kebutuha yang mendesak terhadap ilmu beladiri, ketakutan terhadap teror – teror yang senantiasa dilancarkan kaum Komunis, beserta antek – anteknya terhadap umat Islam. Pemuda Muhammadiyah Surabaya utara dengan KOKAM (Komando Kesiapsiagaan Angkatan Muda Muhammadiyah) yang merupakan organisasi otonom Muhammadiyah yang bertugas menjadi keamanan Muhammadiyah yang bertanggung jawab pada tegaknya dakwah organisasi, mereka juga terpanggil untuk sejajar bersama Tapak Suci membentengi Muhammadiyah dari kaum komunis, dengan belajar pencak silat bersama kedua organisasi otonom ini memperkuat kekuatan fisik organisasi induknya.

Kegiatan berlatih pencak silat di Surabaya berawal dari bimbingan Agus Cik yang ahli dalam ilmu pencak silat. Latihan ini dilakukan pada akhir 1961, di Madrasah Al – Mufidah, Kompleks Masjid At – Taqwa, jalan kampung baru nur Anwar Gg. 1 yang sekarang menjadi Jl. Kalimas Udik Surabaya. Namun pembinaan dan pelatihan ini hanya berlangsung hingga tahun 1962 dikarenakan Agus Cik pindah ke Sulawesi sehubungan dengan kepentingan pekerjaannya. Kepergian Agus Cik mengakibatkan segala kegiatan pencak silat Surabaya terhenti, dan yang tersisa adalah semangat mempertahankan agama Islam. Pada awal1963, Madrasah Al – Mufidah mendapatkan seorang ustadz alumni madrasah Muallimin Yogyakarta, Muhamamd Yazid, yang dalam pengajarannya dia juga mengajarkan manajemen organisasi. Atas dukungan dari Ainr Rofiq Mansyur, maka dibentuklah organisasi pencak silat pemuda Muhammadiyah Surabaya Utara dengan nama Tunas Melati yang beranggotakan para pimpinan cabang pemuda Muhammadiyah se-Surabaya Utara, para alumnus Madrasah Al – Mufidah serta alumnus Hizbul Wathan, dengan tempat latihan di Madrasah Al – Mufidah.

Penanaman nilai – nilai ke-Islaman dilakukan tiap kali latihan. Setiap murid wajib mengikuti shalat Isya’ berjama’ah sebelum mengikuti latihan. Bagi murid yang tidak mengikuti shalat Isya’, dilarang mengikuti latihan. Latihan yang dimulai sehabis Isya’ kadang hingga menjelang fajar. Tidak hanya ilmu pencak silat yang diajarkan Muhammad Yazid. Tiap murid juga diajarkan organisasi dan kemuhammadiyahan, baik sewaktu latihan maupun di luar latihan. Pada awal 1966, Pemuda Muhammadiyah Surabaya menyelenggarakan PORSENI (Pekan Olahraga dan Seni). Salah satu cabang yang dilombakan adalah pencak silat. Untuk cabang ini pemuda Muhammadiyah Surabaya tidak mempunyai atlet pesilat yang bisa diandalkan untuk mendapatkan juara. Salah satu anggota Taruna Melati yang merupakan paman Chusnan David mengusullkan ponakannya ini agar dipercaya untuk mewakili pemuda Muhammadiyha Surabaya Utara di cabang Pencak Silat. Usulan tersebut disepakati, akhirnya Chusnan David juara 1 kategori “kembangan tangan kosong” dan juara 1 kategori “berpasangan tangan kosong” dengan alumni yang menjadi pasangannya.

Salah satu kota tujuan pimpinan pusat untuk mengembangkan tapak suci di Jawa Timur adalah Surabaya. Pada pertengahan tahun yang sama PP Tapak Suci Yogyakarta menyelenggarakan pagelaran pencak silat, di gedung nasional Indonesia, Jl. Bubutan Surabaya. Pagelaran tersebut menggugah semangat para pemuda Tunas Melati untuk bergabung bersama Tapak Suci. Berbekal keberhasilan Chusnan David dalam Porseni, para pemuda Tunas Melati mendirikan tapak suci yang berasal dari segala komponen yang ada di Tunas Melati. Chusnan David yang sebelum tunas melati telah mengikuti beladiri, diantaranya persaudaraan setia hat iterate, Perisai Putih, dan Aikido, diminta menggantikan Muhammad Yazid yang mengundurkan diri. Persiapan pendeklarasian tapak suci Surabaya mulai mengadakan pertemuan – pertemuan dan membagi tugas kepada Chusnan David untuk belajar mengenai keilmuan tapak suci ke pendekar Buchori Ahmad Jember, Ismail Fadila Situbondo, bahkan hingga ke Singaraja Bali. Sedangkan Achmad Mas’ud yang mengurusi masalah administrasi organisasi pergi ke Yogyakarta, ke pimpinan pusat menanyakan persyaratan administratif  unutk membentuk tapak suci.

Setelah mendapatkan respon positif dengan diberikannya formulir permohonan pendiriana dewan pimpinan daerah tapak suci dari pimpinan tapak suci Yogyakarta, dimulailah perintisan pembentukan tapak suci Surabaya yang diawali dengan diwajibkannya setiap cabang pemuda Muhammadiyah di Surabaya Utara untuk mengirimkan wakil – wakilnya terutama dari anggota KOKAM Surabaya Utara untuk mengikuti latihan Tapak Suci. Nama anggota yang tercatat secara resmi saat itu adalah pemuda Muhammadiyah cabang Pabean Cantian (Faruq, Mawi, Abdullah, Achmad Mas’ud, dan A. Mujib), Pemuda Muhammadiyah cabang Simokerto (Madjid Romsa, Achmad, Hanif Sahlan, Dan Toha), Pemuda Muhammadiyah cabang Krembangan (M. Nafik, Moh. Hatta, Arifin, Syafii, dan Muchson), dan Pemuda Muhammadiyah cabang Semampir (Hadi Basalamah, Muh. Nur dan Moh. Flora). Setelah dirasa kuantitas anggota sudah memungkinkan untuk dibentuk menjadi struktur organisasi kepengurusan, maka dengan musyawarah akhirnya dibentuk pengurus Tapak Suci Surabaya angkatan 1 (1966), dengan ketua : Syahroni Karim, Wakil ketua : Achmad Mas’ud, Sekretaris : Selamin, Wakil Sekretaris : Hatta, Bendahara : Hadi Bassalamah, Wakil Bendahara : Kemas Ali, Pelatih : Chusnan David.

Terbentuknya struktur organisasi ini diimbangi dengan pengembangan keilmuan pencak silat dengan diutusnya Chusnan David untuk berlatih secara intensif ke pusat perguruan tapak suci di Yogyakarta. Setelah segala persyaratan terpenuhi, deklarasi dilakukan pada 2 september 1966, bertepatan dengan hari ulang tahun Drum Band Surabaya Utara. Pendeklarasian yang berlangsung di gedung Al-Irsyad, Jl. Danakarya Surabaya, ini dilakukan oleh dewan pimpinan pusat, diawali dengan pagelaran/atraksi pencak silat baik dari pesilat Surabaya maupun Yogyakarta. Sejak itulah resmi berdiri dewan pimpinan daerah Tapak Suci ke-6.

DAFTAR PUSTAKA

Maryono, O’ong, Pencak Silat, Merentang Waktu, Yogyakarta: Yayasan Galang, 2000.
Murhananto, Menyelami Pencak Silat, Jakarta: Puspa Swara, cet. Pertama, 1993.
Rudianto D & Heri Akhmadi, Mengenal Sepintas Perguruan Seni Beladiri Tapak Suci, Jakarta: Golden Terayon Press, 2011.
Kuntowijoyo, Pengantar Ilmu Sejarah, Yogyakarta: PT. Bentang Pustaka, 2005.
Syafiq A. Mughni, Menembus Benteng Tradisi, Surabaya: Hikmah Press, 2005.
Nashir, Haedar, Muhammadiyah Gerakan Pembaharu, Yogyakarta: Suara Muhammadiyah, 2010.
Fanan Hasanudin, Achmad, Sejarah dan Perkembangan Pencak Silat Indonesia Jilid 1, Surabaya: PB IPSI, 2011.
Skripsi Mohammad Iqbal, Perguruan Seni Beladiri Indonesia Tapak Suci Putera Muhammadiyah Dalam Revolusi Sosial Indonesia 1925-1965, Surabaya: FISIP Universitas Airlangga, 2001.
Skripsi Amran Habibi, Perkembangan Persaudaraan Setia Hati Teratai di Madiun (1922-2000), Yogyakarta: Fakultas Adab UIN Sunan Kalijaga, 2009.

Tentang Penulis

Azrohal Hasan lahir di Lamongan, 14 Juli 1992. Pendidikan : S1 Ilmu Sejarah Universitas Airlangga angkatan 2011. Mantan ketua Tapak Suci Unair (2013), ini pernah mengadakan kejuaraan Tapak Suci se-Indonesia pertama di Unair, ketua komisariat IMM Jendral Sudirman (2014-2015), menteri Seni dan Olahraga BEM Fakultas Ilmu Budaya (2014). Pernah melakukan presentasi dalam seminar nasional di Sekolah Tinggi Kesenian Wilwatikta Surabaya tahun 2014, tentang “Konstruksi mindset mahasiswa baru untuk mengikuti Unit Kegiatan Mahasiswa Pencak Silat di Universitas Airlangga”.