Mumifikasi adalah metode pembalseman untuk mengawetkan jenazah melalui proses tertentu, yang bertujuan mengeringkan segala bentuk cairan di dalam tubuh manusia. Show Ditinjau olehdr. Karlina Lestari Mumifikasi adalah tradisi Mesir Kuno dalam mengawetkan jenazah.Dalam tradisi Mesir Kuno, proses mumifikasi adalah bagian dari memuliakan orang yang telah meninggal dunia. Mereka percaya mengawetkan mayat orang yang sudah tidak bernyawa dapat membuat orang tersebut memiliki kehidupan yang layak di alam baka.Mumifikasi adalah metode pembalseman untuk mengawetkan jasad melalui proses tertentu yang bertujuan mengeringkan segala bentuk cairan yang ada di dalam tubuh manusia. Dengan mumifikasi, tubuh tersebut tidak akan mudah rusak, bahkan hingga ribuan tahun kemudian.Mumifikasi bisa terjadi secara alami, yakni ketika jenazah orang yang sudah meninggal dunia ‘tersimpan’ di dalam salju atau suhu yang sangat dingin, maupun di gurun pasir dengan udara yang sangat panas dan kering. Mumifikasi adalah proses pengawetan jasad dengan tahapan iniOtak akan dikeluarkan dalam proses mumifikasi. Pada mumifikasi yang dilakukan bangsa Mesir Kuno, prosesnya tidak berlangsung secara alami, melainkan dilakukan dengan langkah-langkah tertentu.Inti dari mumifikasi adalah mengeluarkan seluruh organ maupun otak jenazah agar tubuh menjadi kering dan tidak cepat rusak saat dimakamkan. Satu-satunya organ yang masih boleh menempel di tubuh adalah jantung, karena dianggap sebagai identitas seseorang di alam baka.Proses mumifikasi yang standar biasa dilakukan dengan langkah-langkah berikut ini:
Baca JugaIni Napas Bayi Normal yang Harus Orangtua KetahuiApa Saja Fungsi Dinding Sel? Kenali Lebih Jauh DisiniKenali Fungsi Arteri Pulmonalis dan Potensi MasalahnyaPerbedaan strata proses mumifikasiProses mumifikasi akan menyisakan kulit dan tulang. Dalam pelaksanannya, mumifikasi dilakukan dengan cara yang berbeda-beda tergantung harganya. Semakin mahal, maka proses mumifikasi akan semakin kompleks dan hati-hati. Jadi, jasad yang diawetkan juga terlihat lebih memanusiakan mereka yang telah meninggal dunia.Proses ini dimulai dengan membaringkan jasad di meja tinggi, kemudian proses mumifikasi dilakukan dari kepala. Selanjutnya, langkah-langkah proses mumifikasi adalah sebagai berikut ini:
Proses mumifikasi juga dilakukan pada hewanTak hanya pada manusia, mumufikasi adalah proses yang juga bisa dilakukan pada binatang. Menurut kepercayaan bangsa Mesir, hewan adalah perantara antara manusia dan alam baka, serta dapat menemani jasad orang yang sudah meninggal menuju ke keabadian.Hewan yang biasanya dipilih untuk menjalani mumifikasi adalah kerbau. Namun, tidak jarang juga hewan seperti kucing, baboon, buaya, dan burung dipilih untuk menjadi perantara di alam baka.penyakit otaksindrom kematian mendadak pada bayifungsi organlahir meninggalMy Learning. https://www.mylearning.org/stories/a-step-by-step-guide-to-egyptian-mummification/220? Teknik biomedis adalah bidang studi yang menggabungkan antara ilmu teknik dan ilmu kedokteran. Studi ini menghasilkan berbagai teknologi mutakhir di bidang kesehatan, misalnya organ buatan, robot bedah, hingga obat-obatan terbaru. Tumor otak terbagi atas dua jenis yakni, tumor jinak dan ganas. Perbedaannya, tumor jinak tidak menimbulkan kanker, sedangkan tumor ganas dapat menyebabkan kanker otak dan lebih berbahaya. Fungsi tulang kering yang utama adalah penopang berat badan dan pembentuk sendi lutut serta pergelangan kaki. Tulang ini juga salah satu tulang tumpuan saat bergerak. 27 Agu 2020|Nina Hertiwi Putri Dijawab Oleh dr. Nadieda Ayu Dijawab Oleh dr. Lizsa Oktavyanti Memumikan jenazah tersebar di dunia kuno. Praktik ini untuk menghormati orang mati dan mengekspresikan keyakinan agama tentang adanya akhirat. Tujuan mumifikasi untuk mengawetkan jenazah dengan mengeringkannya atau membubuhkan balsem pada sekujur tubuhnya. Bahan yang digunakan adalah bahan pengawet alami, seperti resin untuk mengeringkan daging dan organ. Mumifikasi paling terkenal dilakukan bangsa Mesir Kuno. Namun, peradaban di Lembah Sungai Nil itu bukanlah yang pertama kali memulai tradisi ini. Mumifikasi bisa juga terjadi secara alami karena paparan suhu dingin ekstrem, kondisi sangat kering, atau faktor lingkungan lain yang menghambat pembusukan. Mumi Spirit CaveMumi tertua yang diketahui ditemukan di Amerika Utara. Ia tersembunyi di dalam gua Spirit Cave, terletak 21 km ke timur Fallon, Nevada, Amerika Serikat. Mumi Spirit Cave ditemukan pada 1940 di kuburan dangkal. Ia contoh mumifikasi alami. Jasadnya terawetkan oleh udara kering dan udara yang dijernihkan di dalam gua. Dijelaskan Ancient Origins, mumi itu seorang lelaki berusia sekira 40 tahun ketika meninggal. Ia mengenakan sepatu mokasin. Tubuhnya dibungkus selimut kulit kelinci dan ditutupi tikar alang-alang. Baca juga: Naluri Mengubur Mayat Awalnya, mumi itu diyakini berusia antara 1.500 dan 2.000 tahun. Penanggalan karbon pada 1990-an menunjukkan mumi itu dimakamkan sekira 10.600 tahun yang lalu. History melansir bahwa melalui analisis DNA yang dilakukan peneliti gabungan University of Cambridge dan University of Copenhagen dapat diketahui mumi Spirit Cave merupakan leluhur suku asli Amerika modern di Nevada, yakni Suku Fallon Paiute-Shoshone. Sisa kerangkanya dikembalikan ke suku asalnya pada 2016. Ia dikuburkan kembali dalam upacara pada 2018. Mumi Spirit Cave. (Wikipedia). Mumi tertua berikutnya berasal dari budaya Chinchorro di Amerika Selatan, di daerah Peru selatan dan Chili utara. Chinchorro merupakan budaya paling awal yang tercatat dengan sengaja membuat mumi. Mumifikasi di Peru Kuno adalah cara untuk menghormati, mengingat, dan tetap terhubung dengan orang mati. Seperti dijelaskan Livescience, prosesnya cukup rumit. Mereka mengangkat kulit dan organ orang mati, mengikis daging dari tulang, lalu memperkuat kerangka dengan alang-alang dan tanah liat. Mereka kemudian menempelkan kembali kulitnya, mengecat jenazah dengan warnah hitam atau merah, serta memasang wig dan masker tanah liat di kepalanya. Baca juga: Mumi Berlidah Emas dari Mesir Arthur C. Aufderheide dalam “Seven Chinchorro mummies and the prehistory of Northern Chile” yang terbit dalam American Journal of Physical Anthropology, menyebutkan bahwa mumifikasi Chinchorro bertahan lebih dari 4.000 tahun. Kerumitannya berkurang seiring waktu dan secara bertahap menghilang setelah 2.000 SM. “Mumifikasi buatan yang dikembangkan 3.000 tahun lebih awal dari teknik mumifikasi di Mesir. Tradisi ini berlangsung 4.000 tahun,” tulis Nuria Sanz dalam The Chinchorro Culture: a Comparative Perspective. The Archaeology of the Eearliest Human Mummifiction. Salah satu dari tujuh orang yang terawetkan secara alami adalah mumi tertua yang dilaporkan hingga saat ini. Usianya sekira 9.000 tahun atau kira-kira 6.979 SM. Mumi Gebelein, MesirHingga akhir periode pradinastik, orang Mesir menguburkan jenazah dengan menempatkannya di kuburan dangkal, bersentuhan langsung dengan pasir, dan tertutup gundukan tanah. Pasir kering berfungsi sebagai pengawet. Ada sejumlah kuburan dari periode awal ini yang jenazahnya masih dalam kondisi prima. Dua di antaranya, seorang pria dan wanita, disimpan di British Museum. Baca juga: Di Balik Kutukan Makam Firaun Mumi Gebelein Man dan Gebelein Woman itu pertama kali ditemukan di Gebelein, Mesir, sekitar 100 tahun lalu. Penanggalan radiokarbon mengungkapkan kedua orang tersebut hidup antara 3.351 dan 3.017 SM, tak lama sebelum Mesir bersatu dan periode dinasti awal dimulai. Sebagaimana ditulis Smithsonianmag mumi Gebelein dimakamkan di kuburan dangkal. Tak ada perawatan khusus untuk mengawetkan tubuh mereka. Salinitas (keasinan) dan kekeringan di kawasan itu membuat jenazah mereka menjadi mumi secara alami. Tubuh mumi seorang pria Mesir pradinastik di British Museum. (Wikipedia) Pada 1991, pejalan kaki menemukan sisa-sisa mumi beku Ötzi dengan pakaian dan peralatan di Pegunungan Alpen Ötztal, dekat perbatasan Italia-Austria. Jurnalis Austria, Karl Wendl, memberikan nama Ötzi, yang mengacu pada situs penemuannya. Ia diyakini hidup antara 3.350 dan 3.100 SM. “Sebelum Stonehenge atau piramida Giza dibangun,” tulis Livescience. Ötzi meninggal karena kehilangan darah akibat luka panah. Tubuhnya berada di selokan yang terlindung di kawasan gletser yang dingin. Salju menutupi tubuhnya yang terlindungi dari aliran gletser. Baca juga: Apakah Naga Benar-Benar Ada? Menurut laman resmi South Tyrol Museum of Archaeology, Ötzi hidup selama Zaman Tembaga, periode Neolitik akhir. Ia masih menggunakan perkakas batu, tetapi memiliki kapak tembaga yang inovatif dan sangat berharga. Pakaian dan peralatan Ötzi telah diperbaiki dengan susah payah. Muminya dipamerkan di Museum Arkeologi Tyrol Selatan di Bolzano, Italia, sejak 1998. Ia disimpan dalam sel dingin yang dirancang khusus. Pengunjung dapat melihatnya lewat jendela kecil. Ötzi di meja otopsi. (Wikipedia). Mumifikasi diketahui telah dipraktikkan pada tahap akhir periode prasejarah, khususnya pada peradaban Mesir Kuno. Sementara penggunaan resin dan pembungkus linen untuk jenazah diketahui mulai dilakukan sejak Hierakonpolis, yakni sekira 3.500 SM. Orang Mesir percaya bahwa tubuh manusia bagian dari jiwa. Karenanya penting menjaga tubuh tetap utuh untuk kehidupan setelah kematian. Sebagaimana disebutkan dalam Ancient Origins bahwa tubuh adalah penghubung ke esensi manusia yang pernah menghuninya. Baca juga: Rahasia Membuat Mumi di Mesir Kuno Seperti ditulis dalam Phys, bagi masyarakat Mesir Kuno, pembalseman dianggap sebagai seni sakral. Pengetahuan tentang prosesnya hanya dimiliki oleh sedikit orang. Kebanyakan rahasia seni mungkin diteruskan secara lisan dari satu tempat pembalseman ke tempat pembalseman lainnya. Karenanya bukti tertulis proses mumifikasi sangat langka. Hingga saat ini hanya dua teks tentang mumifikasi yang berhasil diidentifikasi. Mumi Bersegel dari Dinasti HanMumi Xin Zhui atau Lady of Dai ditemukan di Perbukitan Mawangdui, dekat kota Changsha, Cina. Menurut Dong Hoon Shin, dkk. dalam “Mummification in Korea and China: Mawangdui, Song, Ming and Joseon Dynasty Mummies” yang terbit dalam jurnal Hindawi BioMed Research International, Xin Zhui adalah istri Li Chang atau Marquis of Dai yang memerintah wilayah itu hampir 2.200 tahun yang lalu selama masa Dinasti Han. Ia wafat pada 168 SM. Baca juga: Di Balik Kematian Cleopatra Berbeda dengan mumi Mesir Kuno yang diawetkan dengan mengeringkan tubuh dari semua cairan dan mengeringkan jaringan mereka dengan garam sebelum dibungkus dan dikuburkan. Di Cina, segel rapat pada peti mati bagian dalam bertanggung jawab atas mumifikasi. Itu baik dengan tanah liat kaolin atau campuran tanah kapur. Adat istiadat penguburan juga berperan penting dalam mumifikasi. Misalnya, pengepakan kain yang ketat di dalam peti mati. Seperti tubuh Xin Zhui yang kemungkinan besar terendam dalam beberapa jenis cairan asam yang menghambat pertumbuhan bakteri dan proses pembusukan. “Jejak merkuri ditemukan pada kulitnya, yang memiliki efek serupa,” sebut History Daily. Baca juga: Mengintip Isi Dapur Firaun Tubuhnya kemudian dibungkus erat dengan 20 lapis sutra. Ia lalu ditempatkan dalam serangkaian empat peti mati, yang semuanya bersarang satu sama lain. Masing-masing peti diisi dengan arang dan disegel rapat dengan tanah liat. “Arkeolog percaya bahwa ini mencegah air dan udara yang akan menyebabkan pembusukan,” lanjut laman itu. Alhasil, mayatnya masih terawat baik. Kulitnya lembut dan kenyal, rambut dan organnya utuh, kulit, persendian, dan ototnya masih lentur. Bahkan ada darah di pembuluh darahnya, kendati wajahnya sangat bengkak. Livescience menyebut bahwa mumifikasi adalah seni yang hilang. Kebanyakan masyarakat menganggapnya aneh, kuno, atau sisa dari waktu lampau. Tapi gema dari proses tersebut tetap dapat dilihat di rumah duka modern, di mana pembalseman orang mati berperan dalam menghormati orang yang dicintai. |