Apakah malas itu dosa dalam Islam

loading...

SETIAP muslim tidak halal bermalas-malasan bekerja untuk mencari rezeki dengan dalih karena sibuk beribadah atau tawakkal kepada Allah, sebab langit ini tidak akan mencurahkan hujan emas dan perak. (Baca juga: Islam Tak Melarang Memelihara Anjing, Ini Syaratnya )

Bekerja di dalam Islam merupakan sebuah usaha yang dilakukan dengan serius dengan cara mengerahkan semua pikiran, aset dan juga zikir untuk memperlihatkan arti dirinya sebagai hamba Allah yang harus menaklukkan dunia dan memposisikan dirinya menjadi bagian masyarakat paling baik (khairu Ummah).

Bekerja menjadi cara untuk memenuhi kebutuhan fisik dan psikologis serta sosial. Dengan jalan bekerja, maka manusia bisa mendapatkan banyak kepuasan yang meliputi kebutuhan fisik, rasa tenang dan aman, kebutuhan sosial dan kebutuhan ego masing-masing. Sedangkan kepuasan di dalam bekerja juga bisa dinikmati sesudah selesai bekerja seperti liburan, menghidupi diri sendiri dan juga keluarga. (Baca juga: Sedekah kepada Suami, Perempuan Mendapat Dua Pahala Sekaligus )

Jika dilihat secara hakiki, maka hukum bekerja di dalam Islam adalah wajib dan ibadah sebagai bukti pengabdian serta rasa syukur dalam memenuhi panggilan Ilahi supaya bisa menjadi yang terbaik sebab bumi sendiri diciptakan sebagai ujian untuk mereka yang memiliki etos paling baik. “Sesungguhnya Kami telah menciptakan apa-apa yang ada di bumi sebagai perhiasan baginya, supaya Kami menguji mereka siapakah yang terbaik amalnya”. (Al-Kahfi : 7)

Rasulullah SAW bersadda: “Bekerja mencari yang halal itu suatu kewajiban sesudah kewajiban beribadah”. (HR. Thabrani dan Baihaqi)

Baca juga: Begini Kedudukan Sedekah dari Kekayaan Hasil Korupsi dan Sumber Haram Lainnya Selanjutnya: “Bahwa Allah sangat mencintai orang-orang mukmin yang suka bekerja keras dalam usaha mencari mata pencaharian”. (HR. Tabrani dan Bukhari)

“Dari ‘Aisyah (istri Rasulullah), Rasulullah SAW bersabda : “Seseorang bekerja keras ia akan diampuni Allah”. (HR. Tabrani dan Bukhari)

Islam sangat menghargai pekerjaan, bahkan jika kiamat semakin mendekat dan kita belum menikmati hasil dari pekerjaan, maka kita juga tetap diberikan perintah untuk tetap bekerja dalam rangka mewujudkan penghargaan terhadap pekerjaan itu sendiri. (Baca juga: Hiasan Rumah dalam Islam: Ini Lambang Kemewahan dan Kemusyrikan yang Dilarang Ibnu Abbas RA berkata, Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda, ‘Barang siapa yang merasakan keletihan pada sore hari, karena pekerjaan yang dilakukan oleh kedua tangannya, maka ia dapatkan dosanya diampuni oleh Allah SWT pada sore hari tersebut.” (HR. Imam Tabrani, dalam Al-Mu’jam Al-Ausath VII/ 289)

Abu Hurairah RA berkata, bahwa Rasulullah SAW bersabda, ‘Sesungguhnya di antara dosa-dosa itu terdapat suatu dosa yang tidak dapat diampuni dengan salat, puasa, haji dan juga umrah.” Sahabat bertanya, “Apa yang bisa menghapuskannya wahai Rasulullah?”. Beliau menjawab, “Semangat dalam mencari rizki”. (HR. Thabrani, dalam Al-Mu’jam Al-Ausath I/38)

Ibnu Umar RA bersabda, ‘Sesungguhnya Allah SWT mencintai seorang mu’min yang bekerja dengan giat”. (HR. Imam Tabrani, dalam Al-Mu’jam Al-Aushth VII/380)

Hadis riwayat Bukhari , “Tidak ada seseorang yang memakan satu makanan pun yang lebih baik dari makanan hasil usaha tangannya (bekerja) sendiri. Dan sesungguhnya Nabi Allah Daud AS memakan makanan dari hasil usahanya sendiri.” (HR. Bukhari)

Hadits riwayat Ahmad juga menyebutkan, “Sesungguhnya Allah menyukai hamba yang bekerja dan terampil. Siapa yang bersusah payah mencari nafkah untuk keluarganya maka ia serupa dengan seorang mujahid di jalan Allah.” (Baca juga: Patung dan Bimbingan Islam dalam Mengabadikan Orang Besar )

Tidak Halal
Syaikh Yusuf Qadhari dalam Halal dan Haram dalam Islam mengatakan tidak halal juga seorang muslim hanya menggantungkan dirinya kepada sedekah orang, padahal dia masih mampu berusaha untuk memenuhi kepentingan dirinya sendiri dan keluarga serta tanggungannya.

Baca juga: Loyalis Amien Rais Sebut Banyak yang Ingin Gabung PAN Reformasi

Dan yang sangat ditentang oleh Nabi serta diharamkannya terhadap diri seorang muslim, yaitu meminta-minta kepada orang lain dengan mencucurkan keringatnya. Hal mana dapat menurunkan harga diri dan karamahnya padahal dia bukan terpaksa harus minta-minta.

Kepada orang yang suka minta-minta padahal tidak begitu memerlukan, Rasulullah SAW pernah bersabda sebagai berikut: "Orang yang minta-minta padahal tidak begitu memerlukan, sama halnya dengan orang yang memungut bara api." (Riwayat Baihaqi dan Ibnu Khuzaimah dalam sahihnya)

Dan sabdanya pula: "Barangsiapa meminta-minta pada orang lain untuk menambah kekayaan hartanya tanpa sesuatu yang menghajatkan, maka berarti dia menampar mukanya sampai hari kiamat, dan batu dari neraka yang membara itu dimakannya. Oleh karena itu siapa yang mau, persedikitlah dan siapa yang mau berbanyaklah." (Riwayat Tarmizi)

Baca juga: BLT Karyawan Tahap II Cair untuk 1,9 Juta Rekening, Pemilik Norek Bank Swasta Juga Dapat Lho!

Dan sabdanya pula: "Senantiasa minta-minta itu dilakukan oleh seseorang di antara kamu, sehingga dia akan bertemu Allah, dan tidak ada di mukanya sepotong daging." (Riwayat Bukhari dan Muslim)

Suara yang keras ini dicanangkan oleh Rasulullah, demi melindungi harga diri seorang muslim dan supaya seorang muslim membiasakan hidup yang suci serta percaya pada diri sendiri dan jauh dari menggantungkan diri pada orang lain.

Apakah orang malas berdosa?

Kemalasan (bahasa Inggris: sloth, bahasa Latin: acedia) adalah salah satu dosa dari antara tujuh dosa pokok.

Apakah Allah membenci orang malas?

Dari kedua Hadis tersebut, menurut Ustad Ikrom, Muslim bisa melihat jika Allah SWT sangat membenci orang (hamba-Nya) yang banyak bicara dan malas bekerja.

Apa penyebab malas dalam Islam?

Dari hadist di atas menunjukkan bahwa setiap orang akan semangat dalam mencapai sesuatu. Dan di antara sebab malas (dalam ibadah) adalah karena terlalu berlebihan dalam suatu amalan yang dikerjakan sehingga akan memunculkan rasa bosan kemudian menjadi kemalasan.

Orang malas karena apa?

Rasa malas biasanya disebabkan oleh kurangnya motivasi untuk melakukan sesuatu. Ini bisa Anda atasi dengan menetapkan target atau tujuan. Meski begitu, target yang tidak realistis malah membuat Anda kewalahan. Akibatnya, ini akan memadamkan semangat dan keinginan untuk menyelesaikan aktivitas tersebut.