Apakah ekonomi syariah dapat berkembang secara optimal di Indonesia?

Indonesia hingga saat ini telah menjadi salah satu negara yang memiliki perkembangan penerapan ekonomi syariah yang baik. Hal ini tentu saja didorong oleh faktor populasi Muslim yang mayoritas di Indonesia dan menjadi yang terbesar di dunia. Dua aspek yang berkontribusi penting akan tumbuh dan berkembangnya ekonomi syariah di Indonesia adalah pada sektor sosial dan keuangan mikronya. World Giving Index menyebutkan bahwa Indonesia menjadi salah satu negara yang paling dermawan dalam menyumbangkan donasi berbentuk tunai, bahkan praktik pengelolaan dana sosial Islam melalui lembaga filantropi Islam dan masjid-masjid sudah sangat menyebar dan menjadi bagian penting dari pembangunan dan penciptaan kesejahateraan di Indonesia. Pada sisi lainnya, sektor keuangan mikro syariah juga terus tumbuh melalui koperasi-koperasi dan lembaga pembiayaan mikro syariah, khususnya BMT, lembaga keuangan mikro syariah yang murni lahir dengan kekhasan Indonesia yang memiliki dua fungsi, yaitu fungsi amil (Baitul Maal) dan fungsi pembiayaan (Baitut Tamwil). Akan tetapi, meski perkembangan dan praktik BMT sudah sangat meluas di Indonesia, ditandai dengan sudah berdirinya sekitar 4.500 unit BMT di seluruh Indonesia (PBMT, 2018), masih banyak masalah dan tantangan yang dihadapi oleh sektor ini, khususnya terkait sustainability lembaga, sehingga kebermanfaatannya dalam mengentaskan kemiskinan dan memandirikan ekonomi masyarakat menjadi tidak optimal.

Didasari oleh latar belakang tersebut, Komite Nasional Keuangan Syariah (KNKS) saat ini sedang bekerja untuk secara komprehensif memetakan seluruh permasalahan dan tantangan yang dihadapi BMT, mengkaji ulang praktiknya di lapangan, untuk kemudian menyusun strategi yang tepat dalam mengembangkan sektor keuangan mikro syariah melalui peran BMT agar terjadi perbaikan dan menjadi lebih kuat. Berbagai proses tersebut nantinya akan disusun menjadi sebuah dokumen Roadmap Pengembangan BMT di Indonesia. Direncanakan roadmap ini akan menjadi acuan KNKS bersama dengan seluruh stakeholder ekonomi syariah dalam mengembangkan keuangan mikro syariah sebagai bagian dari upaya peningkatan inklusifitas keuangan syariah yang berujung pada peningkatan kesejahteraan masyarakat.

Merdeka.com - Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk muslim terbanyak di dunia. Namun, perkembangan ekonomi syariah di Indonesia belum terlalu signifikan. Sebab, Indonesia masih menghadapi berbagai tantangan dalam mengembangkan ekonomi dan keuangan syariah.

Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI), Dody Budi Waluyo, mengungkapkan salah satunya adalah peran Indonesia yang lebih banyak menjadi konsumen daripada produsen. "Memburuknya posisi Indonesia di arena industri halal global. Indonesia lebih merupakan konsumen daripada produsen," kata dia dalam pembukaan forum 5th International Islamic Monetary Economics and Finance Conference (IIMEFC) 2019, sebagai rangkaian Indonesia Sharia Economic Festival (ISEF) 2019, di JCC Senayan, Jakarta, Selasa (12/11).

Selain itu, optimalisasi sektor sosial yaitu Zakat' Infaq, Sadaqah dan Waqaf (ZISWAF) masih rendah untuk mendukung pembangunan. "Terbatasnya peran sektor keuangan syariah dalam pembiayaan pembangunan, termasuk rendahnya kapasitas perbankan syariah," ujarnya.

Berkenaan dengan semua tantangan tersebut, Dody berharap konferensi ini dapat menjadi platform bagi para peneliti dari kalangan akademisi dan kebijakan, untuk menyediakan dan melakukan implementasi kebijakan yang lebih baik dengan mengumpulkan ide dan pemikiran dari semua peserta.

"Sejalan dengan itu, melalui Jurnal Ekonomi Moneter dan Keuangan Islam (JIMF), Bank Indonesia mengundang para sarjana dari seluruh dunia dengan pikiran luar biasa mereka untuk berkontribusi dalam Konferensi jurnal ini dan dalam pengembangan ekonomi nasional melalui ekonomi dan keuangan Islam sektor juga," ujarnya.

Diharapkan juga bahwa jurnal ini dapat berperan sebagai salah satu penyedia utama akses cepat ke makalah berkualitas tinggi dan platform berkelanjutan untuk berbagi studi akademisi, peneliti, dan praktisi; menyebarluaskan pengetahuan dan penelitian di berbagai bidang ekonomi Islam, moneter, dan keuangan; mendorong dan menumbuhkan penelitian di bidang ekonomi, moneter, dan keuangan Islam; dan menjembatani kesenjangan antara teori dan praktik di bidang ekonomi Islam, moneter dan keuangan.

"Saya juga sangat yakin bahwa semua ide dan pemikiran yang disusun dalam Jurnal Ekonomi Moneter dan Keuangan Islam (JIMF) akan meningkatkan kontribusi kami dalam merumuskan kebijakan yang dapat membawa kita lebih dekat ke manfaat penuh ekonomi syariah sebagai mesin baru untuk berkelanjutan dan pertumbuhan yang inklusif," tutupnya.

2 dari 2 halaman

Apakah ekonomi syariah dapat berkembang secara optimal di Indonesia?

Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati, mengakui bahwa Indonesia masih cukup tertinggal sebagai negara ekonomi islam terbaik di dunia. Bahkan, Indonesia belum mampu masuk 10 besar Global Islamic Economy Index.

Padahal kata Sri Mulyani, Indonesia merupakan pemain terbesar dalam sektor ekonomi Islam. Sayangnya, kelebihan tersebut belum dapat dimanfaatkan secara optimal untuk mendorong perekonomian negara.

"Di dalam ekonomi islam, indeks dihitung berdasarkan indikator lain yakni industri berbasis syariah. Dalam sektor itu, kita harus akui Indonesia masih sangat tertinggal," ujar Ani.

Berdasarkan peta keseluruhan industri halal dunia, omzet yang dihasilkan setiap tahun mencapai USD 2,1 triliun. Dari total tersebut, Indonesia memegang angka cukup besar dan itu datang dari sektor makanan dan minuman halal yang mencapai USD 174 miliar. Namun dirinya menyayangkan, angka itu hanya datang dari satu pemain yakni Indofood.

Maka dari itu, Bendahara Negara ini menekankan seluruh pihak harus mulai duduk bersama membenahi ekosistem ekonomi Islam di Nusantara. Fondasi yang sudah terbangun harus semakin dikuatkan untuk menopang industri syariah ke depannya.

"Salah satu yang menjadi hambatan utama dalam pengembangan ekonomi Islam di Indonesia adalah minimnya sumber daya manusia di sektor tersebut. Jumlah penduduk kita banyak tapi kualitas kita belum sampai atas. Ini adalah cerminan secara umum. Maka dari itu kita perlu melakukan investasi agar SDM kita unggul," tandasnya.

(mdk/bim)

Baca juga:
Ekonomi Syariah Bisa Menjadi Obat 'Penyakit' Defisit Transaksi Berjalan
Bank Indonesia Nilai Ekonomi Syariah Cocok Jadi Penangkal Dampak Gejolak Global
ISEF 2019 Diharap Bisa Wujudkan Indonesia Sebagai Rujukan Ekonomi Syariah Dunia
Wapres Ma'ruf Amin Ingin Percepat Perkembangan Ekonomi Syariah
Temui Wapres Ma'ruf, Tokopedia Bahas Layanan Berbasis Syariah
Bank Muamalat dan Islamic Development Bank Temui Wapres Maruf, Bahas Apa?
Wapres Ma'ruf Amin Ajak Santri Jadi Penggerak Ekonomi

Apakah ekonomi syariah dapat berkembang secara optimal di Indonesia?

Apakah ekonomi syariah dapat berkembang secara optimal di Indonesia?
Lihat Foto

SHUTTERSTOCK

Ilustrasi Indonesia

JAKARTA, KOMPAS.com - Indonesia sebagai negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia memiliki potensi tinggi untuk mengembangkan sektor ekonomi syariah.

Sektor ekonomi syariah meliputi banyak industri seperti perbankan syariah, keuangan nonbank, pasar modal, rumah sakit Islam, perhotelan, pariwisata, halal food, fashion dan masih banyak lagi.

Berdasarkan laporan The State of The Global Islamic Economy 2020, Indonesia kini berada di posisi ke-4, meningkat dari posisi ke-5 di tahun 2019 dan tahun sebelumnya yang menempati posisi ke-10.

“Sistem perekonomian syariah dapat menjadi alternatif dari sistem perbankan konvensional karena sistem ini mempunyai daya resistansi yang cukup kuat terhadap krisis keuangan global seperti sekarang. Dengan penduduk muslim terbesar di dunia, Indonesia selanjutnya bisa menjadi pelopor ekonomi syariah dunia,” ujar CEO/Managing Partner Grant Thornton Indonesia Johanna Gani dalam keterangan tertulisnya, Sabtu (12/12/2020).

 Baca juga: Soal Vaksinasi Covid-19, Erick Thohir: Tidak Ada Pemaksaan

Indonesia juga disebutkan memimpin dalam hal jumlah kesepakatan investasi yang diperoleh di seluruh sektor ekonomi Islam yang tercakup dalam laporan tersebut. Tentunya hal tersebut menjadi kabar baik di tengah perjuangan ekonomi melawan dampak Covid-19.

Di tengah pandemi Covid-19 ini, berdasarkan Laporan Ekonomi dan Keuangan Syariah 2019 yang diterbitkan oleh Bank Indonesia, kinerja ekonomi syariah secara umum lebih tinggi dibandingkan PDB nasional yakni dengan pertumbuhan mencapai 5,72 persen.

Bank Indonesia menyebutkan bahwa ekonomi syariah menunjukkan kinerja yang berdaya tahan pada 2019 dengan potensi besar yang untuk terus berkembang ke depan, termasuk dapat turut mendukung upaya menghadapi dampak pandemi Covid-19.

Pangsa pasar syariah yang besar dan terus bertumbuh di Indonesia adalah modal penting dalam pengembangan ekonomi dan keuangan syariah nasional sebagai salah satu motor penggerak perekonomian.

Salah satu langkah pemerintah untuk memperkuat kelembagaan keuangan syariah di dalam negeri adalah dengan melakukan merger tiga bank BUMN syariah, yakni Bank Syariah Mandiri, BRI Syariah, dan BNI Syariah, di mana BRI Syariah lah yang akan menjadi surviving entity dalam penggabungan ini.

Baca juga: Harbolnas 12.12, Ini Tips Agar Belanja Online Tetap Hemat