Apa yang diketahui tentang pembelajaran berbasis bimbingan

Konsep Dasar Pembelajaran Berbasis Bimbingan dan Konseling

Untuk mengetahui definisi dari pembelajaran berbasis bimbingan, maka sebelumnya kita perlu mengetahui mengapa pembelajaran harus berbasis bimbingan dan mengetahui apa itu pembelajaran dan apa itu bimbingan.

Secara filosofis, manusia memiliki potensi untuk dikembangkan seoptimal mungkin. Potensi itu sendiri adalah laten power, yakni kekuatan, kemampuan, keunggulan, keunikan yang belum tampak, belum menjadi prestasi, belum mewujud dalam bentuk perilaku. Sedangkan perkembangan optimal adalah perkembangan yang sesuai dengan potensi yang dimiliki. Prestasi (achievment) sesuai dengan yang diprediksikan.

Secara psikologis manusia itu bersifat unik, memiliki kebebasan, kemerdekaan untuk mengembangkan keunikannya. Dilihat dari segi manusia sebagai makhluk sosial, dalam kehidupan sosial budaya akan terjadi perubahan sistem nilai dalam kehidupan sosial budaya. Nilai menjadi hal yang penting, oleh karenanya bimbingan dan konseling membantu individu memelihara, menginternalisasikan, memperhalus, dan memaknai nilai sebagai landasan dan arah mengembangkan diri.

Hal lain yang menjadi alasan perlunya bimbingan adalah kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Peserta didik memerlukan bantuan dari pembimbing untuk menyesuaikan minat dan kemampuan mereka terhadap kesempatan dunia kerja yang cenderung semakin berubah dan meluas.

  2.1.1 Konsep Bimbingan

Secara harfiah istilah “guidance” dari akar kata “guide” berarti : (1) mengarahkan (to direct), (2) memandu (to pilot), (3) mengelola (to manage), dan (4) menyetir (to steer). Banyak pengertian bimbingan dikemukakan oleh para ahli diataranya Shertzer dan Stone (1971:40) mengartikan bimbingan sebagai proses pemberian bantuan kepada individu agar mampu memahami diri dan lingkungannya).”

Sedangkan Sunaryo Kartadinata (1998: 3) mengartikannya sebagai “proses membantu individu untuk mencapai perkembangan optimal”. Sementara Rochman Natawidjaja (1987: 37) mengartikan bimbingan sebagai suatu proses pemberian bantuan kepada individu yang dilakukan secara berkesinambungan, supaya individu tersebut dapat memahami dirinya, sehingga dia sanggup mengarahkan dirinya dan dapat bertindak secara wajar, sesuai dengan tuntutan dan keadaan lingkungan sekolah, keluarga, masyarakat dan kehidupan pada umumnya. Dengan demikian dia akan dapat menikmati kebahagiaan hidupnya, dan dapat memberi sumbangan yang berarti kepada kehidupan masyarakat pada umumnya. Bimbingan membantu individu mencapai perkembangan optimal sebagai makhluk sosial.

Dari definisi diatas maka dapat disimpulkan bahwa  bimbingan adalah suatu proses berkesinambungan sebagai upaya membantu untuk memfasilitasi individu agar berkembang secara optimal. Membantu merupakan sesuatu yang tidak dirasakan sebagai paksaan, dan makna bantuan dalam bimbingan menunjukan bahwa yang aktif dalam mengembangkan diri, mengatasi masalah, atau mengambil keputusan adalah individu atau peserta didik sendiri, pembimbing hanya sebagai fasilitator. Istilah bantuan dalam bimbingan juga dapat dimaknai sebagai upaya untuk :

a)        Menciptakan lingkungan (fisik, psikis, sosial dan spiritual) yang kondusif bagi perkembangan siswa.

b)        Memberikan dorongan dan semangat.

c)        Mengembangkan keberanian bertindak dan bertanggung jawab.

d)       Mengembangkan kemampuan untuk memperbaiki dan mengubah perilakunya sendiri.

Perkembangan optimal adalah perkembangan yang sesuai dengan potensi individu dan sistem nilai tentang kehidupan yang baik dan benar. Perkembangan optimal merupakan kondisi dinamik, dimana individu mampu mengenal dan memahami diri, berani menerima kenyataan diri secara subyektif, mengarahkan diri sesuai dengan kemampuan, kesempatan dan sistem nilai dan melakukan pilihan dan mengambil keputusan atas tanggung jawab sendiri.

2.1.2 Konsep Pembelajaran

Pembelajaran adalah penyediaan sistem lingkungan yang mengakibatkan terjadinya proses belajar pada diri siswa. Sumber lain menyebutkan pembelajaran merupakan upaya yang dilakukan pendidik agar peserta didik belajar atau membelajarkan diri. Belajar yang dimaksud adalah proses perubahan perilaku sebagai akibat dari pengalaman. Perubahan disini sebagai hasil pembelajaran bersifat positif dan normatif.

Dari pernyataan diatas, maka pembelajaran berbasis bimbingan itu sangatlah penting untuk diterapkan karena pembelajaran yang baik, tidak hanya berorientasi pada pencapaian kognitif saja akan tetapi dapat menghasilkan sebuah output berupa lahirnya perubahan perilaku siswa atau peserta didik yang positif dan normatif. Maka dari itu, pembelajaran seyogyanya berlandaskan pada prinsip-prinsip bimbingan yaitu yang didasarkan pada:

a)        Needs assesment (sesuai dengan kebutuhan).

b)        Dikembangkan dalam suasana membantu (helping relationship) :

1.        Empati

2.        Keterbukaan

3.        Kehangatan psikologis

4.        Relistis

c)        Bersifat memfasilitasi.

d)       Berorientasi pada :

1.        Learning to be : belajar menjadi.

2.        Learning to learn : belajar untuk belajar.

3.        To work : belajar untuk bekerja dan berkarir

4.        And to live together : belajar untuk hidup bersama

5.        Tujuan utama perkembangan potensi secara optimal.

2.2  Model-model Pembelajaran Berbasis Bimbingan dan konseling.

Untuk membelajarkan siswa sesuai dengan cara-gaya belajar mereka sehingga tujuan pembelajaran dapat dicapai dengan optimal ada berbagai model pembelajaran. Dalam prakteknya, kita (guru) harus ingat bahwa tidak ada model pembelajaran yang paling tepat untuk segala situasi dan kondisi. Oleh karena itu, dalam memilih model pembelajaran yang tepat haruslah memperhatikan kondisi siswa, sifat materi bahan ajar, fasilitas-media yang tersedia, dan kondisi guru itu sendiri.

Berikut ini disajikan beberapa model pembelajaran, untuk dipilih dan dijadikan alternatif sehingga cocok untuk situasi dan kondisi yang dihadapi. Akan tetapi sajian yang dikemukakan pengantarnya berupa pengertian dan rasional serta sintaks (prosedur) yang sifatnya prinsip, modifikasinya diserahkan kepada guru untuk melakukan penyesuaian, penulis yakin kreativitas para guru sangat tinggi.

A.      Koperatif (CL, Cooperative Learning).

Pembelajaran koperatif sesuai dengan fitrah manusia sebagai makhluk sosial yang penuh ketergantungan dengan orang lain, mempunyai tujuan dan tanggung jawab bersama, pembagian tugas, dan rasa senasib. Dengan memanfaatkan kenyatan itu, belajar berkelompok secara koperatif, siswa dilatih dan dibiasakan untuk saling berbagi (sharing) pengetahuan, pengalaman, tugas, tanggung jawab. Saling membantu dan berlatih beinteraksi-komunikasi-sosialisasi karena koperatif adalah miniature dari hidup bermasyarakat, dan belajar menyadari kekurangan dan kelebihan masing-masing.

Jadi model pembelajaran koperatif adalah kegiatan pembelajaran dengan cara berkelompok untuk bekerja sama saling membantu mengkontruksi konsep, menyelesaikan persoalan, atau inkuiri. Menurut teori dan pengalaman agar kelompok kohesif (kompak-partisipatif), tiap anggota kelompok terdiri dari 4 – 5 orang, siswa heterogen (kemampuan, gender, karekter), ada control dan fasilitasi, dan meminta tanggung jawab hasil kelompok berupa laporan atau presentasi.

Sintaks pembelajaran koperatif adalah informasi, pengarahan-strategi, membentuk kelompok heterogen, kerja kelompok, presentasi hasil kelompok, dan pelaporan.

B.       Kontekstual (CTL, Contextual Teaching and Learning).

Pembelajaran kontekstual adalah pembelajaran yang dimulai dengan sajian atau tanya jawab lisan (ramah, terbuka, negosiasi) yang terkait dengan dunia nyata kehidupan siswa (daily life modeling), sehingga akan terasa manfaat dari materi yang akan disajkan, motivasi belajar muncul, dunia pikiran siswa menjadi konkret, dan suasana menjadi kondusif – nyaman dan menyenangkan. Prinsip pembelajaran kontekstual adalah aktivitas siswa, siswa melakukan dan mengalami, tidak hanya menonton dan mencatat, dan pengembangan kemampuan sosialisasi.

Ada tujuh indikator pembelajaran kontekstual sehingga bisa dibedakan dengan model lainnya, yaitu modeling (pemusatan perhatian, motivasi, penyampaian kompetensi-tujuan, pengarahan-petunjuk, rambu-rambu, contoh), questioning (eksplorasi, membimbing, menuntun, mengarahkan, mengembangkan, evaluasi, inkuiri, generalisasi), learning community (seluruh siswa partisipatif dalam belajar kelompok atau individual, minds-on, hands-on, mencoba, mengerjakan), inquiry (identifikasi, investigasi, hipotesis, konjektur, generalisasi, menemukan), constructivism (membangun pemahaman sendiri, mengkonstruksi konsep-aturan, analisis-sintesis), reflection (reviu, rangkuman, tindak lanjut), authentic assessment (penilaian selama proses dan sesudah pembelajaran, penilaian terhadap setiap aktvitas-usaha siswa, penilaian portofolio, penilaian seobjektif-objektifnya dari berbagai aspek dengan berbagai cara).

C.       Pembelajaran Langsung (DL, Direct Learning).

Pengetahuan yang bersifat informasi dan prosedural yang menjurus pada keterampilan dasar akan lebih efektif jika disampaikan dengan cara pembelajaran langsung. Sintaknya adalah menyiapkan siswa, sajian informasi dan prosedur, latihan terbimbing, refleksi, latihan mandiri, dan evaluasi. Cara ini sering disebut dengan metode ceramah atau ekspositori (ceramah bervariasi).

D.      Pembelajaran Berbasis masalah (PBL, Problem Based Learning).

Kehidupan adalah identik dengan menghadapi masalah. Model pembelajaran ini melatih dan mengembangkan kemampuan untuk menyelesaikan masalah yang berorientasi pada masalah otentik dari kehidupan aktual siswa, untuk merangsang kemampuan berpikir tingkat tinggi. Kondisi yang tetap hatrus dipelihara adalah suasana kondusif, terbuka, negosiasi, demokratis, suasana nyaman dan menyenangkan agar siswa dapat berpikir optimal.

Indikator model pembelajaran ini adalah metakognitif, elaborasi (analisis), interpretasi, induksi, identifikasi, investigasi, eksplorasi, konjektur, sintesis, generalisasi, dan inkuiri

E.       Problem Solving.

Dalam hal ini masalah didefinisikan sebagai suatu persoalan yang tidak rutin, belum dikenal cara penyelesaiannya. Justru problem solving adalah mencari atau menemukan cara penyelesaian (menemukan pola, aturan, .atau algoritma). Sintaknya adalah: sajikan permasalahan yang memenuhi kriteria di atas, siswa berkelompok atau individual mengidentifikasi pola atau aturan yang disajikan, siswa mengidentifkasi, mengeksplorasi,menginvestigasi, menduga, dan akhirnya menemukan solusi.

F.        Problem Posing.

Bentuk lain dari problem posing adalah problem posing, yaitu pemecahan masalah dengan melalui elaborasi, yaitu merumuskan kembali masalah menjadi bagian-bagian yang lebih simple sehingga dipahami. Sintaknya adalah: pemahaman, jalan keluar, identifikasi kekeliruan, menimalisasi tulisan-hitungan, cari alternative, menyusun soal-pertanyaan.

G.      Problem Terbuka (OE, Open Ended).

Pembelajaran dengan problem (masalah) terbuka artinya pembelajaran yang menyajikan permasalahan dengan pemecahan berbagai cara (flexibility) dan solusinya juga bisa beragam (multi jawab, fluency). Pembelajaran ini melatih dan menumbuhkan orisinilitas ide, kreativitas, kognitif tinggi, kritis, komunikasi-interaksi, sharing, keterbukaan, dan sosialisasi. Siswa dituntut untuk berimprovisasi mengembangkan metode, cara, atau pendekatan yang bervariasi dalam memperoleh jawaban, jawaban siswa beragam. Selanjutnya siswa juga diminta untuk menjelaskan proses mencapai jawaban tersebut. Dengan demikian model pembelajaran ini lebih mementingkan proses daripada produk yang akan membentuk pola pikir, keterpasuan, keterbukaan, dan ragam berpikir.

Sajian masalah haruslah kontekstual kaya makna secara matematik (gunakan gambar, diagram, table), kembangkan permasalahan sesuai dengan kemampuan berpikir siswa, kaitkan dengan materi selanjutnya, siapkan rencana bimibingan (sedikit demi sedikit dilepas mandiri).

Sintaknya adalah menyajikan masalah, pengorganisasian pembelajaran, perhatikan dan catat respon siswa, bimbingan dan pengarahan, membuat kesimpulan.

H.      Probing-prompting.

Teknik probing-prompting adalah pembelajaran dengan cara guru menyajikan serangkaian pertanyaan yang sifatnya menuntun dan menggali sehingga terjadi proses berpikir yang mengaitkan pengetahuan setiap siswa dan pengalamannya dengan pengetahuan baru yang sedang dipelajari. Selanjutnya siswa mengkonstruksi konsep-prinsip-aturan menjadi pengetahuan baru, dengan demikian pengetahuan baru tidak diberitahukan.

Dengan model pembelajaran ini proses tanya jawab dilakukan dengan menunjuk siswa secara acak sehingga setiap siswa mau tidak mau harus berpartisipasi aktif, siswa tidak bisa menghindar dari proses pembelajaran, setiap saat ia bisa dilibatkan dalam proses tanya jawab. Kemungkinan akan terjadi suasana tegang, namun demikian bisa dibiasakan. Untuk mengurangi kondisi tersebut, guru hendaknya serangkaian pertanyaan disertai dengan wajah ramah, suara menyejukkan, nada lembut. Ada canda, senyum, dan tertawa, sehingga suasana menjadi nyaman, menyenangkan, dan ceria. Jangan lupa, bahwa jawaban siswa yang salah harus dihargai karena salah adalah cirinya dia sedang belajar, ia telah berpartisipasi.

2.3  Prinsip-Prinsip Model Pembelajaran Berbasis Bimbingan dan konseling.

Tugas guru di sekolah tidak hanya mengajar, banyak tugas yang yang harus dikerjakan, ia harus membuat perencanaan pengajaran yang sistematis untuk setiap pelajaran yang akan diberikan. Kemudian dari rencana itu ia melaksanakan pengajaran dan membuat evaluasi dari proses dan hasil pengajaran yang dilaksanakan. Didalam pelaksanannya itu, guru tidak hanya memberikan pengajaran, akan tetapi guru juga harus memberikan bimbingan kepada siswanya agar mereka mencapai perkembangan yang sesuai dengan kemampuannya.

Bimbingan ketika mengajar yang dapat dilakukan oleh guru berupa menjelaskan tujuan dan manfaat pelajaran, cara belajar, mata pelajaran yang diberikan, dorongan untuk berprestasi, membantu mengatasi kesulitan yang dihadapi individu, penyelesaian tugas, memberikan fasilitas belajar, dan lain-lain. Berikut ini ada bebrapa prinsip-prinsip bimbingan yang harus diketahui oleh guru sebagai pengajar sekaligus pembimbing.

A.      Proses membantu individu.

B.       Bertitik tolak pada individu yang dibimbing.

C.       Didasarkan pada pemahaman atas keragaman individu yang  dibimbing.

D.      Pada batas tertentu perlu ada refera.

E.       Dimulai dengan identifikasi atas kebutuhan individu.

F.        Diselenggarakan secara luwes dan fleksibel.

G.      Sejalan dengan visi dan misi lembaga.

H.      Dikelola oleh orang yang memiliki keahlian di bidang bimbingan.

I.         Ada sistem evaluasi yang digunakan.

Dalam memberikan bimbingan belajar, guru hendaknya memperhatikan beberapa hal berikut ini :

Bimbingan belajar diberikan kepada semua siswa. Semua siswa baik yang pandai, cukup, ataupun kurang membutuhkan bimbingan dari guru, sebab secara potensial semua siswa bisa mempunyai masalah.

Sebelum memberikan bantuan, guru terlebih dahulu harus berusaha memahami kesulitan yang dihadapi siswa, meneliti faktor-faktor yang melatarbelakangi kesulitan tersebut.

Bimbingan belajar yang diberikan guru hendaknya disesuaikan dengan masalah serta faktor-faktor yang melatarbelakanginya, bantuan hendaknya disesuaikan dengan jenis masalah serta tingkat kerumitan masalah.

Bimbingan belajar hendaknya menggunakan teknik yang bervariasi. Karena perbedaan individual siswa, perbedaan jenis dan kerumitan masalah yang dihadapi siswa, perbedaan individual guru serta kondisi sesaat, maka dalam memberikan bimbingan belajar guru hendaknya menggunakan teknik bimbingan yang bervariasi.

Dalam memberikan bimbingan belajar hendaknya guru bekerja sama dengan staf sekolah lain. Bimbingan belajar merupakan tanggung jawab semua guru serta staf sekolah lainnya. Agar bimbingan berjalan efektif dan efisien diperlukan kerjasama yang harmonis antara staf sekolah dalam membantu mengatasi kesulitan siswa.


Orang tua adalah pembimbing belajar siswa dirumah. Penanggung jawab utama siswa adalah orang tuanya. Karena keterbatasan kemampuannya, orang tua melimpahkan sebagian dari tanggung jawabnya kepada sekolah, tetapi tidak berarti mereka lepas sama sekali dari tanggung jawab tersebut. Orang tua dituntut untuk memberikan bimbingan belajar di rumah. Agar ada keserasian antara bimbingan belajar yang diberikan guru disekolah dengan orang tua dirumah maka diperlukan kerjasama antara kedua belah pihak.


Page 2