Apa sebutan komunikatif language teaching dalam bahasa indonesia

Apa sebutan komunikatif language teaching dalam bahasa indonesia

Loading Preview

Sorry, preview is currently unavailable. You can download the paper by clicking the button above.

Pendekatan Komunikatif dalam Bahasa Inggris berarti Communicative Approach atau Communicative Language Teaching (CLT). Pendekatan adalah pandangan tentang sesuatu, yang biasanya berupa dugaan yang saling berkaitan dengan sifat bahasa, belajar dan mengajar (Antony, 1963 dalam Buku Brown, 2001:14). Sedangkan komunikatif (Communicative) diartikan sebagai kemampuan berkomunikasi dengan baik (Collins, 2015). Jadi, pendekatan komunikatif adalah pendekatan yang digunakan dalam proses belajar-mengajar bahasa untuk berkomunikasi dengan baik.

Apa sebutan komunikatif language teaching dalam bahasa indonesia

Pendekatan komunikatif ingin menekankan fungsi bahasa sebagai alat komunikasi dalam proses interaksi antarmanusia.

Oleh karena itu, Pendekatan komunikatif bertujuan untuk membuat kompetensi komunikatif sebagai tujuan pembelajaran bahasa dan mengembangkan prosedur-prosedur bagi pembelajaran empat keterampilan berbahasa (menyimak, membaca, berbicara, dan menulis). Pendekatan ini lahir akibat ketidakpuasan para praktisi atau pengajar bahasa yang hanya mengutamakan penguasaan tata bahasa, mengesampingkan kemampuan berkomunikasi sebagai bentuk akhir yang diharapkan dari belajar bahasa (Richards & Rodgers, 2001: 64). Jadi, pendekatan komunikatif ingin menekankan fungsi bahasa sebagai alat komunikasi dalam proses interaksi antarmanusia. Komunikasi di sini juga bisa berupa komunikasi lisan maupun tertulis.

Strategi belajar-mengajar dalam pendekatan komunikatif didasarkan pada cara belajar pelajar harus aktif, yang sekarang dikenal dengan istilah Student Centered Learning (SCL). Cara belajar aktif merupakan perkembangan dari teori Dewey Learning by Doing (1854—1952) (Pannen, dkk.2001:42). Dewey sangat tidak setuju dengan rote learning ‘belajar dengan menghafal’. Dewey menerapkan prinsip-prinsip learning by doing, yaitu siswa perlu terlibat dalam proses belajar secara aktif dalam proses belajar-mengajar.

DAFTAR PUSTAKA

Brown, H, D. 2001. Teaching by Principles: An Interactive Approach to Language Pedagogy. London: Longman.

Collins English Dictionary. 2015. Dictionary Online. http://www.thefreedictionary.com/communicative diakses pada tanggal 29 oktober 2015.

Pannen, P dkk. 2001. Mengajar di Perguruan Tinggi: Konstruktivisme dalam Pembelajaran. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional.

Richards, J, C & Rodgers, T, S. 2001. Approaches and Methods in Language Teaching. New York: Cambridge University Press.

Communicative Languange Teaching (CLT) – Penjelasan Lengkap! – Communicative Language Teaching (CLT), sering sekali digembor-gemborkan oleh para tenaga pengajar bahasa yang merasa tidak cocok dengan cara pengajaran bahasa yang terjadi belakangan ini. Namun, sebenarnya apakah yang dimaksud dengan CLT ini? Berikut ini adalah penjelasannya!

Communicative Language Teaching (CLT) adalah sebuah pendekatan dalam pengajaran bahasa asing yang lebih menekankan konsep interaksi, baik dalam proses maupun tujuan dari proses pembelajaran tersebut. Secara historis, CLT ini muncul sebagai respon terhadap Metode Audio-Lingual (ALM), yang dianggap tidak tepat dalam pembelajaran bahasa.

Metode ini berangkat dari paham bahwa bahasa adalah suatu alat untuk berkomunikasi bukan sekedar seperangkat aturan. Oleh karena itu, pengajaran bahasa seharusnya berpegang teguh pada pemahaman tersebut, yaitu belajar bahasa adalah belajar menggunakan bahasa bukan mempelajari tentang bahasa tersebut.

Karakteristik utama dari CLT adalah adanya kombinasi antara aspek-aspek bahasa secara fungsional dan struktural. Secara fungsional, CLT menekankan pada bagaimana bahasa tersebut digunakan, sedangkan secara struktural, CLT, menakankan pada sistem atau aturan bahasa. Meskipun begitu, dalam aplikasinya porsi fungsional lebih besar daripada porsi struktural karena pengajaran-pengajaran tentang aturan bahasa tidak diberikan secara langsung, melainkan tersirat dalam proses belajar.

Teori Pengajaran CLT

Menurut pendekatan komunikatif , agar proses pembelajaran dapat berlangsung  harus ditekankan pada pentingnya variabel-variabel di bawah ini :

Komunikasi : kegiatan yang melibatkan komunikasi nyata untuk mempromosikan pembelajaran .
Tugas : kegiatan di mana bahasa digunakan untuk melaksanakan tugas-tugas yang bermakna dan mendukung proses pembelajaran .
Makna : bahasa yang bermakna dan otentik untuk meningkatkan motivasi siswa dalam belajar .

Tujuan CLT

CLT memiliki beberapa tujuan yang ingin dicapai, antara lain :

  • Siswa bisa menggunakan bahasa sebagai alat untuk berkomunikasi.
  • Siswa bisa menggunakan bahasa sebagai alat untuk mengekspresikan sesuatu.
  • Siswa bisa menggunakan expresi-expresi bahasa dengan tepat ketika  berkomunikasi.

Pengaplikasian CLT

Dalam pengaplikasiannya di dalam kelas, CLT menggunakan setiap kegiatan yang melibatkan interaksi autentik, baik antara guru dan murid maupun antara murid dan murid. Ada dua bentuk kegiatan dalam kelas CLT, di antaranya adalah:

Kegiatan komunikasi fungsional

Kegiatan yang bertujuan untuk mengembangkan kemampuan (skill) dan fungsi bahasa tertentu, tetapi tetap melibatkan komunikasi.

Contoh:

  • Cara mengeksrpresikan pendapat
  • Cara menyampaikan kritik dan saran
  • Cara menanyakan waktu
  • Cara meminta dan memberiakan arah, dan lain-lain.

Kegiatan interaksi sosial

Kegiatan yang menekankan pada penggunaan bahasa tersebut.

Contoh:

  • Percakapan dan diskusi
  • Dialog
  • Bermain peran (role play).
  • Interviews
  • Information gap
  • Games
  • Language exchanges
  • Surveys,
  • Pair work
  • Learning by teaching

Keunggulan CLT

  1. CLT adalah appraoch holistik. Pendekatan ini tidak hanya fokus pada silabus struktural tradisional, tetapi juga mempertimbangkan dimensi komunikatif bahasa.
  2. CLT menyajkan gairah dan motivasi kepada siswa di dalam kelas.
  3. CLT adalah pembelajar yang menekankan pada kepentingan dan kebutuhan para peserta didik.
  4. Dalam dunia ini, di mana komunikasi informasi dan teknologi informasi telah sangat maju, CLT dapat memainkan peran penting sebagai pendidik.

Kelemahan CLT

  1. Metode ini sulit diterapkan di dalam kelas yang sangat ramai.
  2. Guru harus menjadi orang yang memiliki pengetahuan yang sangat luas dalam bahasa asing dan bahasa ibu.
  3. Penggunaan bahan ajar yang tidak memadai dan sesuai dapat merusak proses pembelajaran.
  4. Pengetahuan teoritis guru harus sangat baik dalam hal praktek
  5. Kemampuan pemantauan guru harus sangat baik.
  6. Pengajaran tentang aspek struktural bahasa (grammar) sangat sulit dipraktekan dalam metode ini.
  7. Pendekatan CLT hanya berfokus pada kelancaran tapi tidak pada ketepatan.
  8. Peserta didik yang lemah dan tidak bisa menggunakan bahasa target akan terus melakukan kesalahan dan akhirnya menyerah.
  9. Pendekatan CLT sangat tepat untuk kelas interemediate dan advance, tetapi untuk pemula (basic) pendekatan ini tidak tepat.


Apa kabar Bapak Ibu Guru semua. Senang rasanya bisa bertemu Anda di Website TiangInfo ini. Senang pula kita bisa berbagi informasi penting dalam dunia pendidikan. Karena info- info pendidikan khususnya perkembangan Research saat ini akan membantu Bapak dan Ibu Guru sebagai pendidik menambah wawasan, dengan harapan dapat mengamalkannya dalam kehidupan belajar mengajar Bapak dan Ibu di dalam kelas.

Baiklah, kita mulai topik bahasan yang akan kita angkat pada kesempatan pertama ini.

Bapak dan Ibu Guru tentu pernah mendengar istilah CLT, bukan ? ... Jika belum pernah, apa itu CLT lalu apa manfaatnya dalam pembelajaran ? ... Namun, bagi Bapak dan Ibu yang sudah paham apa itu CLT jangan kabur ya .. Karena sebuah Research yang sebentar lagi akan kita bahas ini mungkin bisa menambah atau memperkuat pengetahuan Bapak dan Ibu dalam hal CLT.

Apa sebutan komunikatif language teaching dalam bahasa indonesia

CLT adalah kepanjangan dari Communicative Language Teaching. Metode ini sangat erat kaitannya pembelajaran bahasa kedua yang menitik beratkan pada kemampuan komunikatif anak didik. Pembelajaran dengan menggunakan metode CLT ini sangat populer digunakan sejak tahun 90an.

Dari definisi diatas sudah bisa ditebak, CLT itu cocok untuk diaplikasikan pada pembelajaran Bahasa kedua; seperti Bahasa inggris ataupun bahasa kedua lain seperti Bahasa Arab atau Mandarin di sekolah Bapak dan Ibu mengajar.

Dalam proses belajar yang Bapak dan Ibu jalankan nanti, CLT ini bertujuan agar peserta didik diberikan kesempatan untuk berinteraksi dan berkomunikasi dalam kelas. Kita contohkan dalam pembelajran Bahasa Inggris. Bila seorang Guru ingin menerapkan metode ini, Guru tersebut bisa melakukannya dengan cara memfasilitasi, memediasi dan mengarahkan anak – anak agar bisa melakukan aktifitas komunikasi dalam Bahasa Inggris.

Peran guru dalam hal ini adalah sebagai mediator yang mengarahkan muridnya di dalam kelas mengenai hal apa yang akan dijadikan topik percakapan nantinya. Saat proses pembelajaran berjalan, Guru juga harus bisa memasukkan materi- materi baru untuk mendukung keberhasilan metode ini. Guru harus bisa membaca topik apa yang cocok pada murid A, topik apa untuk murid B, dan seterusnya.

Jadi, campur tangan Guru dalam metode ini adalah pada saat si anak akan diberikan “topik apa” pada saat mereka belajar, agar mereka termotifasi untuk berkomunikasi. Oleh karena itu, Bapak dan Ibu sudah harus punya persiapan mengenai hal tersebut. Agar saat memulai  aktifitas belajar mengajar berjalan dengan lancar. Disamping itu, ada hal lain juga yang harus diketahui. Hal yang kedua ini, berkaitan dengan campur tangan guru pada saat pemilihan aktivitas apa yang paling tepat nantinya agar keberhasilan metode maksimal. Apakah nanti Bapak dan Ibu menggunakan aktivitas Role Play, Pair Group, atau Games. Semua kembali pada pilihan Guru, mau menggunakan aktivitas yang mana saat mengajar nanti.

Yang perlu dicatat adalah, anak- anak harus memegang peran yang dominan dalam CLT ini. Buatlah mereka nyaman dengan aktivitas dan topik yang di angkat dalam belajarnya. Sehingga anak- anak menemukan zonanya masing- masing dan lebih mudah dalam menguasi materi pembelajaran.

Setelah memahami apa itu CLT dan apa manfaatnya dalam belajar mengajar. Ada sebuah pertanyaan yang mungkin Bapak dan Ibu Guru miliki.

Semisal, “Faktor apa yang mempengaruhi kesuksesan metode ini dalam mengajar ?” atau, “Apa saja kesulitan dalam kemaksimalan CLT dalam pembelajaran ?”

Untuk menjawab pertanyaan diatas, sebuah Research yang berjudul “Teachers’ Perspectives of the use of CLT in ELT Classrooms: A Case of Soran District of Northern Iraq” mencoba menjawabnya. Dari judul Research ini bisa kita artikan begini “Pandangan Guru Terhadap Penggunaan CLT dalam Pembelajaran Bahasa Inggris: Sebuah Tinjauan Studi di Wilayah Soran Bagian Utara Irak”.

Research ini dilakukan oleh seorang Doktor di Universitas Gaziantep Tuki, bidang Ilmu Pendidikan, Mehmed Kilic, Ph.D, bersama dengan seorang rekannya Serwan Husain Taha Sherwani, MA. Research ini dipublikasikan dalam Jurnal Internasional, Arab World English Journal (AWEJ) Volume 8. Nomor 3. Tahun 2017.

Penelitian ini bertujuan untuk menggali Sikap Guru Terhadap Implementasi CLT pada Sekolah Menengah Atas (SMA) di Wilayah Soran Bagian Utara Irak dan Menemukan Kesulitan apa saja Dalam Implementasinya serta Menemukan Cara Untuk Keberhasilan Implementasi CLT.

Terdapat 58 orang Guru yang menjadi objek Research. Mereka di berikan kuesioner untuk mengurkur Sikap mereka terhadap CLT. Sikap yang dimaksud dalam Research ini adalah Kecenderungan (perasaan), Aggapan, dan Pemikiran Guru tersebut terhadap CLT. Kuesioner terdiri dari 24 pernyataan yang harus di jawab. 24 pernyataan itu terbagi dalam 5 bagian prinsip CLT; Pentingnya Grammar, Kerjasama (kelompok), Kualitas dan Jumlah Kesalahan yang di Koreksi, Peran Guru dalam Kelas, dan Peran Siswa dalam Proses Belajar.

Guna memperdalam hasil temuannya. Para peneliti melakukan wawancara secara random pada 6 orang Guru yang sudah menjawab kuesioner yang diberikan. Tujunnya untuk memgetahui kondisi nyata pengalaman Guru- Guru tersebut dalam mengimplementasikan CLT.

Secara kuantitatif (data kuesioner) Research ini berkesimpulan, pada umumnya para guru memiliki sikap yang positif terhadap CLT. Lengkapnya, berdasarkan 5 prinsip CLT yang disebutkan sebelumnya. Guru memiliki penilaian yang lemah terhadap pentingnya Grammar serta Kualitas dan Jumlah Kesalahan yang dikoreksi dalam CLT. Pada saat yang sama Mereka punya Sikap yang moderat pada Kerjasama/Group, Peran Guru dalam Kelas, serta Peran Siswa dalam Proses Belajar.

Sedangkan secara Kualitatif, Research ini menemukan bahwa Sistem Pendidikan memiliki pengaruh yang mendasar terhadap implementasi CLT. Selain itu, jumlah siswa dalam kelas, upah yang rendah, minimnya pelatihan, bantuan yang minim, dan kurikulum pendidikan juga mempengaruhi secara signifikan pada implementasi CLT. Lebih jauh lagi para Guru mengatakan bahwa kefasihan Guru dan Murid juga sangat berpengaruh pada metode CLT ini. Terakhir, partisipan dari Research menyebutkan CLT cocok digunakan pada ESL (English as a Second Language) dari pada diajarakan pada siswa EFL (English as a Foreign Language). Artinya, CLT cocok di implementasikan jika siswa tersebut menggunakan Bahasa Inggris sebagai bahasa utamanya (ESL), dari pada di implementasikan pada siswa yang tidak menggunakan Bahasa Inggris sebagai bahasa utamanya (EFL).

Di Indonesia sendiri, siswa kita masuk pada kategori EFL. Yang berarti CLT kurang cocok apabila di implementasikan dalam pengajaran. Karena siswa kita menggunakan Bahasa Indonesia sebagai bahasa utamanya. Merujuk pada temuan ini, siswa kita akan kesulitan dalam berkomunikasi nantinya jika CLT di gunakan.

Bagaimana menurut Bapak Ibu Guru ? ..

Cocok atau tidak CLT ini kita pakai dalam mengajar ? ..

Menurut pandangan penulis pribadi, CLT masih bisa terapkan dalam proses belajar mengajar. Hal ini dikarenakan beberapa alasan :

Pertama, dalam konteks pembelajaran bahasa Guru harus bisa memaksimalkan berbagai metode dalam mengajar untuk mencapai tujuan pembelajaran. Termasuk menerapkan metode CLT ini dalam mengajarkan Bahasa Inggris di dalam kelas. CLT masih bisa digunakan dengan memanfaatkan sumber daya yang dimiliki dan juga sumber daya yang ada di sekolah tanpa harus memaksakan kesempurnaan CLT itu sendiri. Contoh, memberikan video percakapan yang Bapak Ibu Guru ambil di Internet agar bisa murid- murid tiru. Ataupun dengan ide kreatif lain yang mungkin Bapak Ibu miliki.

Harapan penulis, paling tidak dengan membaca artikel ini, Guru- Guru bisa sedikit paham dan mau mengamalkannya dengan keterbatasan yang ada. Agar siswa kita lebih cakap dalam berbahasa.

Kedua, dengan melihat dan mengetahui latar belakang dan kemampuan siswa kita, hal ini masih sangat mungkin bahkan cocok digunakan dalam pembelajaran Bahasa untuk melatih siswa dalam melafalkan kosa kata yang ada. Metode seperti ini akan membantu siswa membangun rasa percaya diri dalam berkomunikasi. Peran Guru dalam hal ini dituntut bisa mengarahkan dan membagi siswa pada kelompok- kelompok yang tepat. Agar siswa tidak terkotak- kotak pada kelompok aktif dan kelompok yang tidak aktif. Sehingga nantinya, mereka bisa berkembang menurut kemampuannya masing- masing. Dengan pembagian kelompok yang tepat, maka siswa yang aktif dapat membantu rekannya yang kurang bersemangat. Sehingga proses pembelajaran berjalan dengan baik.

Dua usulan ini ditujukan untuk menjawab masalah minimnya pelatihan dan kecakapan atau kefasihan Guru maupun siswa (jika memang terjadi demikian di Indonesia). Hal seperti ini merupakan kendala yang terjadi saat Guru dan murid berinteraksi. Jadi, menjadi sangat penting untuk menguraikannya secara langsung.

Mengenai kendala lain seperti temuan Research diatas. Mari kita rembuk bersama agar menemukan jawabannya. Karena asumsi/pendapat pribadi rasanya kurang merepresentasikan hal- hal yang bersifat lebih luas.

Terakhir, Research ini pula pada ahirnya menyarankan agar pembagian siswa pada tiap kelas berada dalam jumlah yang proporsional. Agar setiap anak- anak yang belajar, mereka mendapatkan pengajaran yang lebih terarah. Disamping itu, harus diakui, dukungan perlengkapan, dan kurikulum yang mapan juga memberikan sumbangan terhadap kesuksesan CLT di dalam kelas.

Naah, sampai disini kita bisa menyimpulkan bahwa terdapat beberapa hal yang memang menjadi kendala dalam penerapan CLT. Namun, bukan berarti CLT tidak dapat di terapkan dalam proses belajar mengajar Bapak dan Ibu Guru nanti. Selanjutnya, pilihan dan tanggung jawabnya berada di tangan Bapak dan Ibu. Temuan Research diatas pula, semoga, dapat membantu Guru- Guru dalam menemukan pemecahan kendala yang ada agar memberikan pengajaran yang profesional.

Kebelakang kita berharap Pendidikan di Indonesia kiranya dapat mengatasi hal- hal yang menjadi temuan Research tersebut (walaupun temuan ini bukan di negara kita). Disamping itu kesejahteraan Guru Honorer juga ikut menjadi pertimbangan penting bagi pemerintah untuk menunjang profesionalisme dan semangat Guru dalam mengajar. Agar tak hanya metode CLT yang dapat Guru implementasikan namun juga metode- metode lain yang menunjang kebangkitan pendidikan di negara kita.

Demikianlah ulasan Info Research pertama dalam tulisan kali ini. Semoga bermanfaat bagi Bapak dan Ibu Guru.

Sampai Jumpa pada ulasan Info Research Bagian 2 nanti...!

Salam Hangat Penulis ...


Page 2