Apa saja yang anda lakukan ketika ta ziah

Jemaah membawa jenazah Ustaz Arifin Ilham untuk disalatkan di Masjid Az Zikra, Sentul, Bogor, Kamis (23/5/2019). Sesuai wasiat yang telah disampaikan semasa hidup, anak tertua Ustaz Arifin Ilham, Alvin Faiz bertindak sebagai imam. Salat dimulai sekitar pukul 17.33 WIB. (Kapanlagi.com/Budy Santoso)

Liputan6.com, Jakarta Takziah adalah istilah yang sudah tidak asing di telinga orang Indonesia. Setiap ada orang yang meninggal, maka kerabat, tetangga, rekan kerja, dan teman-teman orang yang meninggal tersebut berdatangan untuk melayat. Hal ini dikenal juga dengan sebutan takziah.

Namun, takziah bukan sekadar menengok orang yang meninggal tersebut. Takziah memiliki berbagai tujuan lainnya yang baik untuk orang yang meninggal ataupun keluarga yang ditinggalkan. Takziah bertujuan untuk mendorong keluarga yang ditinggalkan untuk senantiasa bersabar. 

Selain itu, takziah juga ditujukan untuk membesarkan dan menghibur hati orang-orang yang ditinggalkan. Salah satu tujuan paling penting tentunya adalah untuk mendoakan dan memohon ampunan bagi orang yang meninggal tersebut

Berikut Liputan6.com rangkum dari berbagai sumber, Selasa (7/12/2021) tentang takziah adalah.

Ilustrasi salat, Muslim, Islam. (Foto oleh Monstera dari Pexels)

Seperti Liputan6.com kutip dati Kemenag Banjarnegara, menurut Abdul Aziz Dahlan (2006:1769) takziah berasal dari kata ‘azza-yu’azzi-ta’ziah, yang artinya menghibur dan menyebarkan. Dalam hal ini, arti takziah adalah menyebarkan orang-orang yang ditinggal wafat keluarga mereka dengan menceritakan hal-hal yang dapat menghibur dan meringankan kesedihan mereka.  

Sementara itu, menurut istilah, takziah adalah menyuruh bersabar, membuat keluarga mayit terhibur dan bersabar dengan sesuatu yang bisa meringankan musibah yang mereka terima.  (Abu Bakar Jabir, 2003:391). Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), takziah adalah kunjungan (ucapan) untuk menyatakan turut berdukacita atau belasungkawa. Takziah adalah hal menghibur hati orang yang mendapat musibah.

Dengan beberapa pengertian takziah tersebut, dapat disimpulkan bahwa takziah adalah bentuk empati seseorang dalam membantu beban kesedihan, seperti datang secara langsung menghibur serta mendoakan bersama. Bentuk empati ini juga berpengeruh membuat orang yang sedang terkena musibah untuk sabar, bahwa ia akan mendapat pahala atas kesabarannya, serta mengajaknya agar rida kemudian mendoakan orang yang meninggal.

Hukum takziah adalah sunah bagi semua orang, baik laki-laki maupun perempuan, anak kecil ataupun orang dewasa. Dasar hukum dari pernyataan ini antara lain adalah hadis Nabi Muhammad SAW yang diriwayatkan oleh Imam Ibnu Majah dan Iman al-Baihaki:

“Tidak ada seorang Mukmin pun yang bertakziah kepada saudaranya yang mendapat suatu musibah, kecuali Allah SWT akan mengenakan kepadanya pakaian kemuliaan pada hari kiamat.”

Bentuk Takziah

Takziah biasanya dilakukan dengan mengunjungi rumah orang yang meninggal dan menguatkan hati serta menghibur orang yang ditinggalkan. Tentunya, takziah bukan sekadar datang menengok orang yang meninggal saja.

Di antara bentuk takziah adalah ucapan Rasulullah SAW kepada salah seorang putrinya yang diminta tolong seseorang untuk menemuinya dan menyampaikan bahwa putra orang tersebut telah meninggal dunia serta mengharap beliau agar datang. Nabi pun mengirim orang buat menyampaikan salam serta mengucapkan:

“Sesungguhnya Allah berhak atas apa yang dia ambil, baginya apa yang telah dia berikan, dan segala sesuatu mempunyai ajal tertentu disisi-Nya. Maka bersabarlah dan simpanlah (pahala kesabaranmu) disisi Allah.” (HR.Bukhari).  

Ilustrasi Berdoa Credit: freepik.com

Takziah adalah kegiatan yang cukup dekat dengan budaya masyarakat Indonesia. Walaupun hukumnya sunah, beberapa ulama menyebutkan bahwa kegiatan melayat ini sangat dianjurkan untuk dilakukan oleh umat Islam. Hal ini untuk menguatkan orang yang terkena musibah tersebut. Seperti yang disebutkan sebelumnya, takziah adalah kegiatan yang bukan sekadar mengunjungi atau menengok orang yang meninggal saja. Namun, takziah memiliki beberapa adab yang perlu kamu pahami sebagai muslim.

Seperti Liputan6.com kutip daro Pemdes Jatiluhur, menurut Imam Al Ghazali, takziah tidak hanya sekedar berkunjung, saat melayat atau takziah terdapat sejumlah adab yang harus diperhatikan oleh umat Islam.

Hal tersebut selaras dengan apa yang dirisalahkan oleh Imam Al Ghazali tentang empat adab orang bertakziah yang artinya: “Adab orang bertakziah, yakni menghindari sebanyak mungkin hal-hal yang tidak pantas atau tabu, menampakkan rasa duka, tidak banyak berbicara, tidak mengumbar senyum sebab bisa menimbulkan rasa tidak suka.”

Penjelasan adab takziah adalah sebagai berikut:

Menghindari hal-hal yang tabu

Adab takziah yang pertama adalah menghindari hal-hal yang tabu. Perhatikan cara berpakaian dan berdandan, jangan yang terlalu menor dan selalu menjunjung tinggi asas kesopanan serta kepatutan.

Menunjukkan rasa duka yang mendalam

Selain itu, saat bertakziah kamu hendaknya menunjukkan rasa duka yang mendalam. Setiap orang yang melayat atau bertakziah dianjurkan untuk secara tulus mengucapkan belasungkawa dengan menampakkan raut duka.

Jangan banyak berbicara dalam suasana duka

Saat bertakziah jangan banyak berbicara dalam suasana duka. Ajaklah pihak yang berduka berbicara seperlunya, begitu pula dengan orang-orang yang bertakziah lainnya.

Jangan mengumbar senyum

Adab takziah yang terakhir adalah janganlah mengumbar senyum. Hal ini disebabkan karena mengumbar senyum saat melayat bisa menimbulkan perasaan tidak suka. Jadi alangkah baiknya jika orang-orang yang melayat menahan diri untuk mengumbar senyum.

Apa saja yang anda lakukan ketika ta ziah

Ilustrasi Ilustrasi

takziah atau melayat adalah mengunjungi orang yang sedang tertimpa musibah kematian salah seorang keluarga atau kerabat dekatnya. Orang laki-laki yang bertakziah disebut mu’azziyin, sedangkan yang perempuan disebut mu’azziyat. Para ulama umumnya memiliki pendapat yang sama bahwa hukum bertakziah adalah sunnah. Oleh karena itu setiap orang Islam sangat dianjurkan bertakziah untuk menguatkan jiwa atau suasana batin orang yang sedang tertimpa musibah agar memiliki kesabasaran dan ketabahan menerima musibah tersebut.

Terkaiat dengan takziah, Imam al-Ghazali dalam risalahnya berjudul Al-Adab fid Din dalam Majmu'ah Rasail al-Imam al-Ghazali (Kairo, Al-Maktabah At-Taufiqiyyah, halaman 437), menyebutkan ada empat adab orang bertakziah sebagai berikut: 

آداب المعزّي: خفض الجناح، وإظهار الحزن، وقلة الحديث، وترك التبسم فإنه يورث الحقد. 

Artinya: “Adab orang bertakziah, yakni menghindari sebanyak mungkin hal-hal yang tidak pantas atau tabu, menampakkan rasa duka, tidak banyak berbicara, tidak mengumbar senyum sebab bisa menimbulkan rasa tidak suka.”

Dari kutipan di atas dapat diuraikan keempat adab orang bertakziah sebagai berikut:

Pertama, menghindari sebanyak mungkin hal-hal yang tidak pantas atau tabu. Bertakziah sudah pasti berbeda dengan menghadiri pesta perkawinan. Oleh karena itu cara kita berpakaian dalam bertakziah tidak sebaiknya disamakan dengan cara kita menghadiri pesta perkawinan yang cenderung glamor. Demikian pula cara kita bersolek atau berdandan juga tidak sebaiknya terlalu menor atau memakai parfum yang terlalu kuat baunya. Suasana takziah adalah suasana berkabung dan bukan suasana bersuka cita. Hendaknya cara kita berpakaian dan berdandan sewajarnya saja dengan tetap menjunjung tinggi asas kepatutan dan kesopanan. 

(Baca juga: Makruh Berbusana Hitam ketika Melayat)

Kedua, menampakkan rasa duka. Setiap kematian seseorang pasti menimbulkan perasaan duka yang mendalam terutama bagi keluarga atau kerabat dekat yang ditinggalkannya. Oleh karena itu orang yang bertakziah dianjurkan untuk ikut merasakan rasa duka itu dengan menampakkan wajah duka sambil mengucapkan secara tulus rasa bela sungkawa. Sangat baik apabila ungkapan bela sungkawa itu diikuti dengan doa semoga tabah dan sabar menerima musibah yang memang sudah merupakan suratan takdir dari Allah SWT. 

(Baca juga: Doa takziah)

Ketiga, tidak banyak berbicara. Dalam suasana duka, orang yang sedang tertimpa musibah kematian, biasanya cenderung diam dan tidak ingin diajak berbicara lama-lama. Oleh karena itu orang yang bertakziah jika ingin mengajak berbicara kepada pihak yang sedang berduka cukup seperlunya saja. Demikian pula di antara orang-orang-orang yang bertakziah (mu'azziyin dan mu'azziyat) sebaiknya kalau berbicara satu sama lain cukup seperlunya dan pelan agar tidak menimbulkan suasana berisik. Apa lagi tertawa terbahak-bahak, sungguh hal ini tidak baik dan tidak etis dari sudut mana pun. 

Keempat, tidak mengumbar senyum sebab bisa menimbulkan rasa tidak suka. Poin keempat ini memiliki kaitan erat dengan poin-poin sebelumnya, yakni tidak mendukung ketiganya. Oleh karena itu meskipun dalam keadaan normal senyum termasuk sedekah, tetapi dalam konteks takziah para mu'azziyin dan mu'azziyat sebaiknya bisa menahan diri untuk tidak mengumbar senyum. Tentu saja senyum dalam batas-batas yang wajar masih bisa ditolerir. Intinya adalah senyum memiliki makna kegembiraan yang dalam konteks takziah tidak baik khususnya jika ditujukan kepada pihak yang sedang berduka sebab hal ini sama saja tidak menghormati perasaannya. 

Keempat adab tersebut hendaknya menjadi pedoman bagi umat Islam dalam bertakziah kepada orang lain, baik orang tersebut masih kerabat dekat, tetangga, atau sekedar teman. Hal yang harus selalu diingat adalah bahwa takziah identik dengan ikut berduka. Oleh karena itu jika bermaksud membawa anak-anak yang masih kecil dan suka rewel atau sulit diatur seperti suka teriak-teriak, dan sebagainya, hendaknya dipertimbangkan terlebih dahulu masak-masak sebab hal itu bisa menimbulkan suasana lain yang tidak mendukung suasana duka tersebut. Dalam tradisi masyarakat Jawa anak-anak tidak sebaiknya diajak serta bertakziah kecuali memang sangat terpaksa. 

Muhammad Ishom, dosen Fakultas Agama Islam Universitas Nahdlatul Ulama (UNU) Surakarta. 

Kumpulan Khutbah Menyambut Hari Kemerdekaan