Apa maksud sajak dalam ilmu balaghah

This item is published by Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya

Show

Rofiah, Rofiah (2013) SAJAK DALAM SURAT NUH. Undergraduate thesis, UIN Sunan Ampel Surabaya.

Abstract

Dalam pembuatan skripsi ini, penulis menggali beberapa nilai-nilai sastra dalam Al Quran. Dimana yang menjadi kajian obyeknya adalah surat Nuh. Hal ini akan kami paparkan tentang kajian ilmu badi yang didalamnya terdapat unsur-unsur sajak yaitu tentang keindahan-keindahan lafadz.Surat Nuh adalah salah satu surat dalam al quran yang terdiri dari 28 ayat yang isinya mengisahkan tentang nabi Nuh dan kaumnya. Adapun sajak adalah cocoknya huruf akhir dua fashilah atau lebih. Sajak yang paling baik adalah yang bagian-bagian kalimatnya seimbang.

metode yang digunakan penulis adalah metode Deskriptif Analisis, yaitu dengan mengumpulkan buku-buku atau kitab-kitab yang ada hubungannya dengan obyek penelitian, sedangkan jenis penelitiannya adalah kualitatif yang dimaksudkan untuk memaparkan pembagian sajak dalam ilmu balaghah khususnya dalam ilmu (badi) di dalam surat Nuh. sajak yang ditemukan di dalam surat Nuh terdiri dari sajak Mutharraf, sajak murasha, sajak mutawazy dan saja mutawazan. Sajak mutharraf 14 tempat di, Sajak murasha terdiri dari 2 tempat, Sajak Mutawazy ada 1 tempat, dan mutawazan ada 2 tempat.

Statistic

Downloads from over the past year. Other digital versions may also be available to download e.g. from the publisher's website.

Apa maksud sajak dalam ilmu balaghah
View Item


Apa maksud sajak dalam ilmu balaghah

Ketika sekolah dasar, tentu kita pernah mempelajari sajak, salah satu bab dalam pelajaran Bahasa Indonesia. Teringat kembali bagaimana para guru membimbing kita untuk mencermati mana puisi yang berakhiran AB AB dan yang tidak. Ya, kita ternyata berjumpa lagi dengan materi ini di dalam Ilmu Balaghâh.

Sajak dalam pengertian Bahasa Indonesia sendiri mirip sekali, bahkan hampir sama dengan versi arabnya. Bisa saja terjadi peng-adopsian Bahasa dari arab, yaitu as-Saj’u kepada sajak.

Pengertia sajak dalam Bahasa Indonesia, yaitu karya sastra yang penyajiannya dilakukan dalam baris-baris yang teratur dan terikat. Sajak ini sangat mementingkan keselarasan bunyi bahasa, baik itu kesamaan bunyi maupun kekontrasan.

Sajak dalam Bahasa Indonesia pun perkembangannya sudah pesat. Pembagiannya lumayan banyak dan bervariasi, seperti sajak awal, sajak akhir dan lain-lain. Namun dalam pembahasan Ilmu Balaghah, kita hanya mendapatkan sajak yang terletak di akhir kalimat saja.

Mengenai definisi sajak atau السجع, dalam kitab al-Balaghâh al-Wâdhihah disebutkan:

السَّجْعُ:َ وَافُقُ الْفَاصِلَتَيْن في الْحَرْفِ الأخِير، وأَفْضَلهُ ما تسَاوَتْ فِقَرُهُ.

Saja’ adalah cocoknya huruf akhir dua fashilah atau lebih. Sajak yang paling baik adalah yang bagian-bagian kalimatnya seimbang/sama. Contohnya:

عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ رضى الله عنه أَنَّ النَّبِىَّ صلى الله عليه وسلم قَالَ «مَا مِنْ يَوْمٍ يُصْبِحُ الْعِبَادُ فِيهِ إِلاَّ مَلَكَانِ يَنْزِلاَنِ فَيَقُولُ أَحَدُهُمَا اللَّهُمَّ أَعْطِ مُنْفِقًا خَلَفًا، وَيَقُولُ الآخَرُ اللَّهُمَّ أَعْطِ مُمْسِكًا تَلَفًا»

Dari Abu Hurairah RA, bahwasannya Nabi Saw bersabda, “Tidak satu hari pun di mana pada pagi harinya seorang hamba ada padanya melainkan dua Malaikat turun kepadanya, salah satu di antara keduanya berkata: ‘Ya Allah, berikanlah pengganti kepada orang yang berinfak dan yang lainnya berkata: ‘Ya Allah, berilah kerusakan (harta) orang yang kikir.”

Dari hadis tersebut kita mendapatkan kalimat:

اللَّهُمَّ أَعْطِ مُنْفِقًا خَلَفًا وَأَعْطِ مُمْسِكًا تَلَفًا

Akhiran dari kedua susunan pokok kalimat ini akhirannya sama. Contoh lainnya

وقال أعرابيٌّ ذَهَبَ بابنه السَّيْل: اللهُمَّ إنْ كنْتَ قَدْ أبْلَيْتَ، فَإنَّكَ طَالَمَا قَدْ عَافَيْتَ

Seorang Arab Badui yang anaknya hanyut dibawa banjir berkata, “Ya Allah, jika engkau telah membinasakannya, maka sesungguhnya telah sangat lama Engkau menyehatkannya.”

Demikian beberapa contoh dari kalimat yang berakhiran sajak. Untuk karangan berbahasa Indonesia sendiri, dapat kita temukan banyak sekali karya-karya kumpulan sajak. Tentunya tak hanya sajak yang berada di akhir kalimat saja. Semoga bermanfaat


Melati, Melati (2018) Sajak di kitab diiwani syafi’i. Skripsi, Tarbiyah dan Keguruan.

ABSTRAK

Melati. 2018 Sajak di kitab diiwani syafi’i, Skripsi, Jurusan Pendidikan Bahasa Arab, Fakultas Tarbiyah dan Keguruan. Pembimbing I: Dr. H. Faisal Mubarak Lc. MA. Pembingbing II: Hasbullah, S.Ag, M.H.I Kata Kunci : Sajak, Kitab Diiwani Syafi’i. Peneliti menyajikan penelitian tentang saja’ karena sebagian Ulama berbeda pendapat tentang keberadaan saja’, maka dari itu peneliti tertarik untuk membahas saja’yang ada dalam Kitab Diiwani Syafii khususnya. Al-Saja’ mengkaji keindahan kalimat dari lafadz yang terkandung didalamnya. Adapun Al-Saja’ adalah kesesuaian pada dua fasilah di huruf akhir. Dan pula banyak dipakai dalam syai’r dan Al-qur’anul Kariim, dan ini menunjukkan bahwa syai’r dan bahasa Alqur’an sangat indah. Berdasarkan pandangan inilah peneliti mengkaji Al-Saja’ Kitab Diiwani Syafi’i. Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: Apa saja macam-macam saja’ Diiwani Syafi’i yang telah dikumpulkan dan disahkan doktor.Mujahir Musthofa Bahjat? Apa maksud arti bait- bait syai’r yang mengandung di dalam Kitab Diiwani Syafi’i yang telah dikumpulkan dan disahkan doktor.Mujahir Musthofa Bahjat?. Dan tujuan dari penelitian ini adalah: untuk mengetahui macam macam saja’ di Kitab Diiwani Syafi’i yang telah dikumpulkan dan disahkan doktor.Mujahir Musthofa Bahjat,dan untuk mengetahui jenis- jenis saja’yang terkandung di Kitab Diiwani Syafi’i yang telah dikumpulkan dan disahkan doktor.Mujahir Musthofa Bahjat. Bentuk penelitian ini berupa kajian kepustakaan, dan dengan menggunakan pendekatan kualitatif, dan penelitian ini menganalisis ilmu balaghah tentang saja’, di Diiwani Syafi’i analisis penelitian ini tentang syair- syair yang mengandung saja’ di Diiwani Syafi’i beserta jenisnya,dan data premier yang di perlukan peneliti yaitu setiap bait- bait sya’ir dalam Diiwani Syafi’i, dan data sekunder yaitu kitab-kitab balaghah dan kitab lainnya. Cara yang digunakan peneliti untuk mengumpulkan beberapa data yaitu dengan mengidentifikasikan saja’ dalam Diiwani Syafi’i dari bait pertama sampai akhir dalam kitab ini, kemudian menganalisisnya dengan teknik analisis lafadznya, kemudian analisis 00 balaghi setelah itu menentukan hasilnya. Hasilnya terdapat 80 bait sya’ir yang mengandung saja’, adapun jenis- jenis saja’ dalam kitab ini ialah mutawazi ada 6, mutharof ada 2, murasha ada 2.

Apa maksud sajak dalam ilmu balaghah
View Item


Dalam hal ini bahasa Arab dan bahasa Indonesia memiliki pengartian yang berbeda terhadap kata saja’. Dalam bahasa Arab, saja’ merupakan salah satu bagian dari ilmu balaghah. Saja’ yang berarti adalah kesamaan huruf akhir pada dua fashilah atau susunan kalimat. Yang dimaksud fashilah bisa bait, ayat, kalimat, atau penggalan kalimat. Sedangkan dalam bahasa Indonesia, sajak dengan tambahan huruf ‘k’ adalah gubahan sastra yang sangat mementingkan keselarasan bunyi bahasa, baik kesepadanan bunyi, kekontrasan, maupun kesamaan (KBBI V).

Jenis-jenis saja’ dalam bahasa Arab ada tiga:

1.      Saja’ Mutharraf (السجع المطرف)

هُوَ مَا اخْتَلَفَتْ فَاصِلتاهُ فى الوَزْنِ وَاتَّفَقَتَا فِى الْحَرْفِ الْأخِرِ

Yaitu dua fasilah yang berbeda wazannya tapi sama huruf akhirnya.

ألم نجعل الأرض مهدًا, والجبال أوتادًا

Contoh seperti firman Allah SWT:

Artinya: “Bukankah kami telah menjadikan bumi sebagai hamparan, dan gunung-gunung sebagai pasak?” (An Naba’: 6-7)

Kata مهدًا beda wazan dengan أوتادًا tapi sama-sama diakhiri huruf “da”.

2.    Saja’ Mutawazi (السجع المتوازي)

مَا كَانَ الْإِتِّفَاقُ فِيْهِ فِى الْكَلِمَتَيْنِ الْاَخِرَ تَيْنِ فَقَطْ

yaitu saja’ yang terdapat kesesuaian pada kata terakhirnya saja. Kalau saja’ mutharraf yang sama adalah huruf terakhirnya saja, kalau saja’ mutawazi yang sama adalah kata terakhirnya.

Contoh:

حدائق وأعنبا, وكواعب أترابا

Artinya : “(yaitu) kebun-kebun dan buah anggur, gadis-gadis remaja yang sebaya. (An Naba’ 32-33)

Kata أعنبا dan أترابا terdapat keseimbangan dalam wazannya.

3.   Saja’ Murashsha’ (السجع المرصع)

مَا كَانَ فِيْهِأَلْفَاظ إِحْدَى فِقْرَتَيْنِ كُلُّهَا أَوْ أَكْثَرها مِثْل مَا يُقَابِلُهَامِنَ الْفِقْرَةِ الْأُخْرَى وزنا وتَقْفِيْتًا

yaitu saja’ yang seluruh atau sebagian besar lafadz-lafadzdari salah satu rangkaiannya semisal bandingannya dari rangkaian yang lainya dalam wazan dan kofiahnya.

Contoh:

والسماء ذات الجع, والأرض ذات الصدع

Artinya: “Demi langit yang mengandung hujan, dan bumi yang mempunyai tumbuh-tumbuhan.” (At Tariq: 11-12)

Keseimbangan kata dan wazan terdapat pada kata السماء dengan لأرض, kata ذات dengan ذات, kata الجع dengan الصدع.

وَإِذَا الْجِبَالُ سُيِّرَتْ، وَإِذَا الْعِشَارُ عُطِّلَتْ

Artinya: “dan apabila gunung-gunung dihancurkan, dan apabila unta-unta yang bunting ditinggalkan (tidak diperdulikan).” (QS. At-Takwir: 3-4).

Keseimbangannya terdapat pada kata (الْجِبَالُ) dengan (الْعِشَارُ), dan (سُيِّرَتْ) dengan (عُطِّلَتْ).

Sedangkan sajak dalam bahasa Indonesia dilihat dari segi bunyinya dibagi juga menjadi tiga, yaitu:

1.      Sajak Sempurna
Sebuah sajak dinamakan sajak sempurna apabila seluruh suku akhirnya berriama sama.
Misalnya:
pe-ti 
ha-ti
ra-kit
sa-kit

2.      Sajak Paruh
Sebuah sajak dinamakan sajak tidak sempurna apabila yang bersajak hanya sebagian suku akhirnya.
Misalnya:
ma-lang
ter-bang
pe-ri-gi
ha-ti

3.      Sajak Mutlak
Sebuah sajak dinamakan sajak Mutlak apabila seluruh kata bersajak.
Misalnya:
Mendatang-datang jua
kenangan lama lampau
Menghilang muncul jua
yang dulu sinau-silau
Perhatikan: Kata jua yang diulang dua kali pada tempat yang sama itu bersajak mutlak.

Pada dasarnya sajak dalam bahasa Arab dan sajak dalam bahasa Arab hampir sama, yaitu untuk menunjukkan persamaan kata di akhir suatu fasilah (baris). Jenis sajak yang sedikit mirip yaitu anta saja’ mutharraf dan sajak sempurna. Jenis ini sama-sama menunjukkan silabe di akhir kata yang sama.