Show
Variabel Costing adalah metode perhitungan harga pokok produksi yang hanya memperhitungkan biaya produksi variabel. Untuk keperluan perencanaan laba dan pengambilan keputusan jangka pendek, manajemen perusahaan memerlukan informasi biaya menurut perilakunya. Oleh karena itu timbul konsep variabel costing yang tidak memperhitungkan semua biaya produksi sebagai komponen harga pokok produksi. Apa manfaat informasi akuntansi yang dihasilkan oleh metode variabel costing ini? Yuks ikuti pembahasannya berikut ini… 01: Pengumpulan Biaya Metode Variabel CostingA: Jenis BiayaMenurut perilaku dalam hubungannya dengan pembahasan aktivitas, biaya dapat dibagi menjadi 3 (tiga) golongan, yaitu:
Biaya tetap adalah biaya yang dalam kisar perubahan aktivitas tertentu tidak berubah dengan adanya perubahan volume aktivitas. Biaya variabel adalah biaya yang berubah sebanding dengan perubahan volume aktivitas. Sedangkan Biaya semi variabel adalah biaya yang mengandung unsur tetap dan unsur variabel, yang berubah tidak sebanding dengan perubahan volume aktivitas. Jika perusahaan menggunakan variabel costing dalam akuntansi biaya produksinya. Maka biaya produksi dan biaya non produksi perlu dipisahkan menurut perilakunya dalam hubungannya dengan perubahan volume aktivitas. Dalam rekening buku besar perlu disediakan rekening-rekening kontrol untuk menampung dan memisahkan biaya tetap dan biaya variabel. Oleh karena itu, jika metode variabel costing diterapkan dalam akuntansi biaya, dalam buku besar perlu disediakan rekening-rekening kontrol berikut ini:
B: Sistem Pencatatan AkuntansiRekening Biaya Overhead Pabrik Variabel yang Dibebankan untuk mencatat biaya overhead pabrik variabel yang dibebankan kepada produk atas dasar tarif yang ditentukan di muka. Jurnal untuk mencatat biaya overhead pabrik yang dibebankan pada produk atas dasar tarif yang ditentukan di muka adalah sebagai berikut: [Debit] Barang Dalam Proses – Biaya Overhead Pabrik Rp xxx Biaya Overhead Pabrik yang sesungguhnya terjadi dicatat pertama kali dalam rekening Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya. Jurnal variabel costing untuk mencatat Biaya Overhead Pabrik yang sesungguhnya terjadi adalah sebagai berikut: [Debit] Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya Rp xxx Pada akhir periode akuntansi, biaya overhead pabrik dianalisis perilakunya, misalnya dengan menggunakan metode regresi. Tujuannya adalah untuk memisahkan ke dalam biaya overhead pabrik tetap dan biaya overhead pabrik variabel. Baca juga bagaimana produksi cetak sablon. Berdasarkan analisis tersebut:Biaya overhead pabrik sesungguhnya kemudian dipindahkan dari rekening biaya overhead pabrik sesungguhnya ke dalam rekening biaya overhead pabrik variabel sesungguhnya, dan biaya overhead pabrik tetap sesungguhnya. Jurnal variabel costing untuk mencatat biaya overhead pabrik yang sesungguhnya terjadi adalah sebagai berikut: [Debit] Biaya Overhead Pabrik Variabel Sesungguhnya Rp xxx [Debit] Biaya Overhead Pabrik Tetap Sesungguhnya Rp xxx [Kredit] Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya Rp xxx Pencatatan biaya pemasaran dan biaya administrasi & umum dianalisis perilakunya untuk dipisahkan ke dalam biaya yang berperilaku tetap dan biaya yang berperilaku variabel. Berdasarkan analisis tersebut, biaya pemasaran kemudian dipindahkan dari rekening Biaya Pemasaran ke dalam rekening Biaya Pemasaran Variabel dan Biaya Pemasaran Tetap. Begitu juga dengan biaya administrasi dan umum. ***Jurnal untuk mencatat biaya pemasaran dan biaya administrasi & umum menurut perilakunya adalah sebagai berikut: Biaya Pemasaran Variabel …. Rp xxx [Debit] Biaya Pemasaran Tetap …. Rp xxx [Debit] Beban Administrasi & Umum Variabel …. Rp xxx [Debit] Beban Administrasi & Umum Tetap …. Rp xxx [Debit] Biaya Pemasaran …… Rp xxx [Kredit] Beban Administrasi & Umum ….. Rp xxx [Kredit] Berikut ini gambar yang melukiskan pencatatan biaya overhead pabrik yang dibebankan dan biaya overhead pabrik yang sesungguhnya terjadi dalam metode variabel costing. Pencatatan biaya overhead pabrik dalam metode variabel costing.Berikut ini diberikan contoh pengumpulan dan penyajian biaya dalam perusahaan yang menggunakan metode variabel costing. Dan yang menggunakan metode harga pokok pesanan dalam pengumpulan biaya produksinya. C: Contoh Soal Biaya ProduksiContoh soal variabel costing #1:PT Bening Fahima Jaya memproduksi berdasarkan pesanan. Akuntansi biaya produksinya menggunakan metode harga pokok pesanan dan penentuan harga pokok produknya menggunakan metode variabel costing. Persediaan awal produk dalam proses dapat dilihat berikut ini: Tabel: Harga Pokok Persediaan Produk dalam Proses AwalTransaksi biaya dalam Januari 2020 adalah sebagai berikut: Transaksi biaya #1:Pemakaian bahan baku bulan Januari adalah sebagai berikut:
Jurnal untuk mencatat pemakaian bahan baku tersebut adalah sebagai berikut: Jurnal variabel costing #1:[Debit] Barang Dalam Proses – Biaya Bahan Baku Rp 12.000 Transaksi Biaya #2:Biaya tenaga kerja bulan Januari 2020:
Jurnal untuk mencatat biaya tenaga kerja tersebut adalah sebagai berikut: Jurnal variabel costing #2:Barang Dalam Proses – Biaya TK Rp 25.000 [Debit] Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya Rp 35.000 [Debit] Beban Pemasaran Rp 15.000 [Debit] Biaya Adm & Umum Rp 15.000 [Debit] Gaji dan Upah Rp 85.000 [Kredit] Transaksi Biaya #3:Biaya overhead pabrik variabel dibebankan kepada produk dengan tarif yang dihitung sebagai berikut: Taksiran biaya overhead pabrik variabel setahun = Rp 500.000 Tarif biaya overhead pabrik variabel : = 500.000/250.000 Biaya overhead pabrik variabel yang dibebankan pada produksi bulan Januari 2020 adalah sebagai berikut: Tabel: Biaya overhead pabrik yang dibebankan pada produkJurnal untuk mencatat biaya overhead pabrik yang dibebankan pada produk tersebut adalah sebagai berikut: Jurnal variabel costing #3:[Debit] Barang Dalam Proses – Biaya Overhead Pabrik Rp 50.000 Transaksi Biaya #4:Biaya overhead pabrik sesungguhnya selain biaya tenaga kerja tidak langsung yang terjadi dalam bulan Januari 2020. Tabel: Biaya overhead pabrik sesungguhnya selain biaya tenaga kerja tidak langsungBiaya komersial tetap yang terjadi dalam bulan Januari 2020 terdiri dari:
Total biaya komersial tetap = Rp 10.000 + Rp 16.000 = Rp 26.000 Jurnal untuk mencatat unsur biaya overhead pabrik selain biaya tenaga kerja tidak langsung yang sesungguhnyaterjadi dalam bulan Januari 2020 adalah sebagai berikut: Jurnal variabel costing #4:Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya Rp 60.000 [Debit] Beban Administrasi dan Umum Rp 10.000 [Debit] Biaya Pemasaran Rp 16.000 [Debit] Persediaan Bahan Penolong Rp 18.000 [Kredit] Persediaan Bahan Habis Pakai Kantor Rp 10.000 [Kredit] Akumulasi Penyusutan Rp 15.000 [Kredit] Pembayaran Asuransi Rp 14.000 [Kredit] Kas Rp 29.000 [Kredit] Transaksi Biaya #5:Kartu harga pokok tiap pesanan yang diproses dalam bulan Januari 2020 yang diisi berdasarkan data yang telah diuraikan di atas, dilaporkan sebagai berikut: A: Kartu Harga Pokok Pesanan #102:Pesanan 102 telah diserahkan kepada pemesan dengan harga jual Rp 32.400 Persediaan Produk JadiB: Kartu Harga Pokok Pesanan #106:Pesanan #106 sudah diserahkan kepada pemesan dengan harga jual Rp 40.000 Kartu Harga Pokok PesananC: Kartu Harga Pokok Pesanan #132:Pesanan #132 telah selesai diproduksi dan diserahkan kepada pemesan dengan harga jual 128.000 Kartu Harga Pokok PesananD: Kartu Harga Pokok Pesanan #133:Pesanan #133 telah selesai diproduksi, tapi belum diserahkan kepada pemesan. Kartu Harga Pokok PesananE: Kartu Harga Pokok Pesanan #134:Pesanan #134 masih dalam proses pada akhir bulan Januari 2020. Kartu Harga Pokok PesananJurnal untuk mencatat produk yang selesai diproduksi dalam bulan Januari 2020 adalah sebagai berikut: Jurnal variabel costing #5:Persediaan Produk Jadi Rp 69.100 [Debit] Barang Dalam Proses – Biaya Baku Rp 8.800 [Kredit] Barang Dalam Proses – Biaya Tenaga Kerja Rp 20.100 [Kredit] Barang Dalam Proses – Biaya Overhead Pabrik Rp 40.200 [Kredit] Harga pokok produk jadi dihitung sebagai berikut: Tabel: Harga pokok produk jadiJurnal untuk mencatat penyerahan produk kepada pemesan adalah sebagai berikut: Jurnal variabel costing #6:[Debit] Piutang Dagang Rp 200.400 [Debit] Harga Pokok Penjualan Rp 50.100 Note:Hasil penjualan bulan Januari 2020 dihitung sebagai berikut: 1: Pesanan #102 = Rp 32.400 2: Pesanan #105 = Rp 40.000 3: Pesanan #132 = Rp 128.000 Total hasil penjualan = Rp 200.400 Harga pokok produk yang dijual dihitung sebagai berikut: 1: Pesanan #102 = Rp 8.100 2: Pesanan #105 = Rp 10.000 3: Pesanan #132 = Rp 32.000 Total harga pokok produk yang dijual = Rp 50.100 Jurnal untuk mencatat produk dalam proses pada akhir bulan Januari 2020 adalah sebagai berikut: Jurnal variabel costing #7:Persediaan Produk Dalam Proses Rp 25.800 [Debit] Barang Dalam Proses – Biaya Bahan Baku Rp 6.000 [Kredit] Brg Dalam Proses – Biaya Tenaga Kerja Rp 6.600 [Kredit] Barang Dalam Proses – Biaya Overhead Pabrik Rp 13.200 [Kredit] Transaksi #6:Jurnal untuk memisahkan unsur biaya variabel dan biaya tetap dalam biaya overhead pabrik yang sesungguhnya terjadi, biaya pemasaran, dan biaya administrasi & umum adalah sebagai berikut: Jurnal variabel costing #8:[Debit] Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya Variabel Rp 46.000 [Debit] Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya Tetap Rp 49.000 [Kredit] Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya Rp 95.000 Note:Variabel:Biaya tenaga kerja tidak langsung = Rp 15.000 Bahan penolong = Rp 18.000 Biaya Listrik dan air = Rp 13.000 Total = Rp 46.000 Tetap:Biaya tenaga kerja tidak langsung = Rp 20.000 Beban depresiasi aktiva tetap = Rp 15.000 Biaya asuransi pabrik = Rp 14.000 Total = Rp 49.000 Jurnal variabel costing #9:[Debit] Biaya Pemasaran Tetap Rp 31.000 Note: Biaya pemasaran tetap tersebut terdiri dari biaya tenaga kerja Rp 15.000, dan biaya iklan Rp 16.000 Jurnal variabel costing #10:[Debit] Biaya Administrasi dan Umum Tetap Rp 20.000 Note: Biaya administrasi dan umum tetap tersebut terdiri biaya tenaga kerja Rp 10.000, dan biaya iklan Rp 10.000 Transaksi Biaya #7:Jurnal untuk menutup rekening biaya overhead pabrik variabel yang Dibebankan ke rekening Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya Variabel adalah sebagai berikut: Jurnal variabel costing #11:[Debit] Biaya Overhead Pabrik Variabel yang Dibebankan Rp 50.000 Transaksi Biaya #8:Jurnal untuk mencatat pembebanan lebih atau kurang biaya overhead pabrik bulan Januari 2020 adalah sebagai berikut: Jurnal variabel costing #12:[Debit] Pembebanan Kurang/ Lebih Biaya Overhead Pabrik Rp 4.000 02: Penyajian Laporan Laba Rugi Metode Variabel CostingJika perusahaan menggunakan metode variabel costing dalam akuntansi biayanya. Untuk menyajikan Laporan Laba Rugi bagi kepentingan pihak luar perlu dilakukan perubahan unsur biaya yang diperhitungkan ke dalam:
Perubahan ini tidak perlu dicatat dalam catatan akuntansi. Tapi hanya dilakukan untuk mengubah laporan laba rugi yang disusun menurut metode variabel costing ke dalam laporan laba rugi menurut metode full costing. Untuk mengubah laporan laba rugi metode variabel costing ke dalam laporan laba rugi full costing, diperlukan tiga langkah perubahan berikut ini: Langkah Pertama:Persediaan awal produk dalam proses dan persediaan awal produk jadi ditambah harga pokoknya dengan biaya overhead pabrik tetap. Untuk itu perlu diketahui jumlah biaya overhead pabrik sesungguhnya yang terjadi dalam periode akuntansi sebelumnya. Jumlah ini dibagi dengan dasar pembebanan akan diperoleh biaya overhead pabrik tetap per unit dasar pembebanan. Biaya overhead pabrik tetap per unit ini dikalikan dengan kuantitas dasar pembebanan yang terdapat dalam persediaan awal akan diperoleh tambahan harga pokok persediaan awal. Langkah kedua:Biaya produksi menurut metode variabel costing yang semula hanya membebankan biaya produksi variabel saja perlu di-adjust dengan menambahkan biaya overhead pabrik tetap sesungguhnya. Langkah ketiga:Persediaan akhir produk dalam proses dan persediaan akhir produk jadi ditambah harga pokoknya dengan biaya overhead pabrik tetap. Untuk itu biaya overhead pabrik tetap sesungguhnya yang terjadi dalam metode akuntansi sekarang dibagi dengan dasar pembebanan untuk menghitung biaya overhead pabrik tetap per unit dasar pembebanan. Biaya overhead pabrik tetap per unit ini dikalikan dengan kuantitas dasar pembebanan yang terdapat dalam persediaan akhir akan diperoleh tambahan harga pokok persediaan akhir. 03: Manfaat Metode Variabel CostingDengan menyajikan informasi biaya yang dikelompokkan sesuai dengan perilakunya dalam hubungannya dengan perubahan aktivitas perusahaan. Laporan Keuangan yang disusun berdasar metode variabel costing adalah bermanfaat bagi manajemen untuk:
Yuks dijabarkan satu-per-satu… Manfaat Variabel Costing #1: Perencanaan Laba Jangka PendekUntuk kepentingan perencanaan laba jangka pendek, manajemen perusahaan memerlukan informasi biaya yang dipisahkan. Pemisahan biaya tersebut menurut perilaku biaya dalam hubungannya dengan perubahan volume kegiatan. Dalam jangka pendek, biaya tetap tidak berubah dengan adanya perubahan volume aktivita. Sehingga hanya biaya variabel yang perlu dipertimbangkan oleh manajemen dalam pengambilan keputusan. Oleh karena itu, metode variabel costing adalah menghasilkan laporan laba rugi yang menyajikan informasi biaya variabel yang terpisah dari informasi biaya tetap, dapat memenuhi kebutuhan manajemen untuk perencanaan laba jangka pendek. Laporan Laba Rugi variabel costing menyajikan dua ukuran penting, yaitu:
Cara untuk menghitung dua ukuran tersebut adalah dengan menghitung Rasio Laba Kontribusi dan Operating Leverage seperti berikut ini:
Laba Bersih: = (c) – (d) = Rp 40 – Rp 30 = Rp 10 Rasio Laba Kontribusi:= Laba Kontribusi : Hasil Penjualan Operating Leverage: = Laba Kontribusi : Laba Bersih = 40 : 10 ♣Perencanaan laba jangka pendek dilakukan oleh manajemen pada saat penyusunan anggaran. Dalam proses penyusunan anggaran tersebut, manajemen berkepentingan untuk menguji pengaruh setiap alternatif yang akan dipilih terhadap laba perusahaan. Karena dalam jangka pendek biaya tetap tidak berubah. Maka informasi yang relevan dengan perencanaan laba jangka pendek adalah informasi yang berdampak terhadap hasil penjualan dan biaya variabel. Yang keduanya merupakan komponen untuk menghitung laba kontribusi dan rasio laba kontribusi. Misalnya dalam penyusunan anggaran, manajemen puncak mempertimbangkan rencana untuk menaikkan harga jual produk sebesar 10%. Rencana kenaikan itu diperkirakan tidak akan mengurangi kuantitas produk yang akan dijual. Jika biaya variabel dan biaya tetap tidak mengalami perubahan.Maka pengaruh kenaikan harga jual tersebut terhadap laba jangka pendek dapat dengan mudah dihitung. Untuk menghitungnya adalah dengan cara mengalikan rasio laba kontribusi dengan persentase kenaikan harga jual tersebut. Jika rasio laba kontribusi sebesar 40%. Maka laba bersih akan naik 4% (40% x 10%) karena adanya rencana kenaikan harga jual sebesar 10% tersebut. Dengan rasio laba kontribusi, manajemen dapat dengan mudah mempertimbangkan alternatif yang menyangkut biaya tetap. Misalnya rasio laba kontribusi sebesar 40%. Dan manajemen puncak memperkirakan dengan menaikkan anggaran biaya iklan sebesar Rp 11.000.000 akan menaikkan hasil penjualan sebesar Rp 35.000.000. Alternatif ini dapat diuji kelayakannya dengan perhitungan berikut ini:
Dengan adanya pemisahan biaya tetap dan biaya variabel dalam laporan laba rugi metode variabel costing. Hal ini memungkinkan manajemen melakukan analisis hubungan antara biaya, volume, dan laba. Manfaat Variabel Costing #2: Pengendalian BiayaVariabel costing adalah menyediakan informasi yang lebih baik untuk mengendalikan period costs dibandingkan informasi yang dihasilkan oleh full costing. Dalam metode full costing, biaya overhead pabrik tetap diperhitungkan dalam tarif biaya overhead pabrik dan dibebankan sebagai unsur biaya produksi. Oleh karena itu, manajemen kehilangan perhatian terhadap period costs (biaya overhead pabrik tetap) tertentu yang dapat dikendalikan. Di dalam variabel costing, period costs yang terdiri dari biaya yang berperilaku tetap yang dikumpulkan. Dan disajikan secara terpisah dalam laporan laba rugi sebagai pengurang terhadap laba kontribusi. Biaya tetap ini dapat dikelompokkan ke dalam 2 (dua) golongan, yaitu:
Discretionary fixed costs adalah biaya yang berperilaku tetap karena kebijakan manajemen. Biaya ini dalam jangka pendek dapat dikendalikan oleh manajemen. Sebagai contoh:Biaya iklan instagram yang ditetapkan sebesar Rp 3.000.000 per bulan. Committed fixed costs adalah biaya yang timbul dari pemilikan pabrik, peralatan, dan organisasi pokok. Perilaku Committed fixed costs ini dapat ditentukan secara jelas dengan cara mengamati biaya yang tetap terjadi jika aktivitas perusahaan dihentikan sama sekali. Committed fixed costs adalah semua biaya yang tetap dikeluarkan, yang tidak dapat dikurangi guna mempertahankan kemampuan perusahaan dalam memenuhi tujuan jangka panjang perusahaan. Contoh Committed fixed costs dalam biaya depresiasi, sewa, asuransi, dan gaji karyawan inti. Dalam jangka pendek Committed fixed costs tidak dapat dikendalikan oleh manajemen perusahaan. Dengan dipisahkannya biaya tetap dalam kelompok tersendiri dalam laporan laba rugi variabel costing. Maka manajemen dapat memperoleh informasi dicretionary fixed costs terpisah dari committed fixed costs. Sehingga pengendalian biaya tetap dalam jangka pendek dapat dilakukan oleh manajemen. Manfaat Variabel Costing #3: Pengambilan KeputusanVariabel costing adalah menyajikan data yang bermanfaat untuk pembuatan keputusan jangka pendek. Dalam pembuatan keputusan jangka pendek yang menyangkut mengenai perubahan volume kegiatan. Period costs tidak relevan karena tidak berubah dengan adanya perubahan volume kegiatan. Variabel costing khususnya bermanfaat untuk penentuan harga jual jangka pendek. Perhatikan contoh variabel costing berikut ini:PT Melenia memproduksi dan menjual produk A. Biaya per satuan produk A adalah sebagai berikut:
Jumlah biaya variabel = (a) + (b) + (c) + (d) = Rp 850 Biaya tetap = Rp 150 Harga pokok produk A per satuan = Rp 850 + Rp 150 = Rp 1.000 ♣PT Melenia menerima pesanan sebanyak 1.000 satuan produk A di luar penjualan rutin. Harga yang diminta oleh pemesan adalah Rp 900 per satuan. Menurut metode full costing, harga jual yang diminta oleh pemesan tersebut akan menghasilkan rugi bruto sebesar Rp 100 per satuan (Rp 900 – Rp 1000). Sehingga menurut metode full costing, pesanan khusu tersebut akan ditolak. Namun jika pabrik masih mempunyai kapasitas yang belum dipakai, menurut metode variabel costing , pesanan tersebut akan diterima. Karena pesanan khusus tersebut masih dapat menghasilkan laba kontribusi sebesar Rp 50 per satuan (Rp 900 – Rp 850). Jika pesanan sebanyak 1.000 satuan produk A tersebut diterima.Menurut metode variabel costing perusahaan akan memperoleh tambahan laba konstribusi sebesar: = 1.000 x (Rp 900 – Rp 850) Jika biaya tetap diharapkan konstan, berarti tambahan laba kontribusi tersebut akan menaikkan laba bersih sebesar Rp 50.000 Ditinjau dari sudut penerimaan harga, perbedaan pokok antara full costing dan variabel costing adalah terletak pada konsep penutupan biaya (concept of cost recovery). Menurut metode full costing, harga jual harus dapat menutup total biaya, termasuk biaya tetap. Dalam metode variabel costing, bila harga jual tersebut telah tidak menghasilkan laba kontribusi guna menutup biaya tetap adalah lebih baik. Daripada harga jual yang tidak menghasilkan laba kontribusi sama sekali. Perhatikan contoh variabel costing berikut ini:Berikut ini contoh penggunaan informasi variabel costing untuk pengambilan keputusan membeli atau membuat sendiri. Dalam contoh ini uraian lebih ditekankan pada peranan pemisahan biaya produksi ke dalam biaya tetap dan biaya variabel (metode variabel costing) dalam pengambilan keputusan membeli atau membuat sendiri. PT Milenial Jaya selama ini memproduksi suku cadang nomor 4965 yang merupakan salah satu suku cadang produk rakitannya. Biaya standar per satuan suku cadang tersebut adalah sebagai berikut:
Rata-rata pemakaian suku cadang tersebut per bulan adalah sebanyak 60.000 satuan. Dalam suatu rapat penyusunan anggaran, Bagian Pembelian mengajukan usul agar perusahaan membeli saja suku cadang tersebut, dari pemasok untuk kepentingan penghematan biaya. Bagian Pembelian menyatakan pada jumlah pembelian sebanyak rata-rata kebutuhan selama sebulan suku cadang tersebut dapat dibeli dengan harga Rp 700 per satuan. Jika suku cadang tersebut dibeli dari pemasok luar, tidak diperlukan peralatan tambahan. Tapi hanya menaikkan biaya administrasi dan umum sebesar Rp 100.000 per bulan. Dan tambahan biaya pergudangan sebesar Rp 25 per satuan. Fasilitas produksi yang semula digunakan untuk memproduksi suku cadang tersebut masih dapat digunakan untuk memproduksi suku cadang yang lain. Kepala Bagian Produksi melaporkan bahwa, jika produksi suku cadang tersebut dihentikan tidak akan berakibat pada biaya overhead pabrik tetap. ♣Secara sepintas tampak seolah-olah dengan membeli suku cadang tersebut dari pemasok luar akan menimbulkan penghematan biaya sebesar Rp 85 per satuan (Rp 810 – Rp 725). Atau sebesar: = 60.000 unit x Rp 85) – Rp 100.000) Tapi dalam peristiwa ini sesungguhnya tidak ada penghematan biaya. Sebagian dari biaya standar sebesar Rp 180 per satuan tersebut adalah biaya overhead pabrik yang berperilaku tetap. Dengan penghentian produksi suku cadang tersebut, tidak akan mempunyai pengaruh terhadap biaya overhead pabrik tetap tersebut. Jadi dalam pengambilan keputusan membeli atau membuat sendiri suku cadang tersebut, biaya overhead pabrik tetap tersebut adalah biaya tidak relevan. Hanya biaya-biaya variabel saja, yaitu:
Yang relevan dalam keputusan ini. Sehingga pengambilan keputusan membeli atau membuat sendiri suku cadang nomor 4965 sebaiknya didasarkan pada analisis berikut ini: #1: Jika membeli:
Jumlah pengeluaran uang per bulan jika alternatif membeli dipilih: (a) + (b) + (c) = Rp 43.600.000 #2: Jika Tetap memproduksi sendiri:
Biaya tambahan setelah pajak perseroan per bulan, jika alternatif membeli suku cadang 4965 dipilih: = (Rp 43.600.000 – Rp 40.200.000) – Rp 850.000 ♣Dari perhitungan di atas dapat disimpulkan bahwa alternatif tetap memproduksi sendiri suku cadang yang seharusnya dipilih. Karena alternatif membeli dari pemasok luar akan menimbulkan biaya tambahan setelah pajak perseroan per bulan sebesar Rp 2.550.000. Dalam informasi yang disajikan pada analisis di atas, telah diperhitungkan pajak penghasilan dikenakan atas laba perusahaan. Jika alternatif membeli dari pemasok luar dipilih, terjadi penurunan laba sebesar Rp 3.400.000. Sehingga alternatif tersebut akan menimbulkan penghematan pajak (tax saving) sebesar: = 25% x Rp 3.400.000 Dengan demikian dalam pengambilan keputusan itu, adanya penghematan pajak sebesar Rp 850.000 harus dikurangkan dari biaya tambahan sebesar Rp 3.400.000 per bulan tersebut. 04: Kelemahan Metode Variabel CostingAda 4 (empat) kelemahan metode variabel costing adalah: Kelemahan Variabel Costing #1:Pemisahan biaya-biaya ke dalam biaya variabel dan tetap sebenarnya sulit dilaksanakan, karena jarang sekali suatu biaya benar-benar variabel dan benar-benar tetap. Suatu biaya yang digolongkan sebagai biaya variabel jika memenuhi kriteria berikut ini:
Sedangkan biaya tetap dapat dibagi menjadi dua kelompok, yaitu:
Namun perlu diketahui bahwa dalam jangka panjang semua biaya adalah berperilaku variabel. Kelemahan Variabel Costing #2:Metode variabel costing adalah dianggap tidak sesuai dengan prinsip akuntansi yang lazim, sehingga laporan keuangan untuk kepentingan pajak dan masyarakat umum harus dibuat atas dasar metode full costing. Menurut pendukung full costing, jika biaya overhead pabrik tetap tidak diperhitungkan dalam harga pokok persediaan. Dan harga pokok penjualan akan menghasilkan informasi harga pokok produk yang tidak wajar. Biaya overhead pabrik tetap, seperti halnya dengan biaya overhead pabrik variabel diperlukan untuk memproduksi. Dan oleh karena itu, menurut metode full costing harus dibebankan sebagai biaya produksi. Metode variabel costing memang lebih ditujukan untuk memenuhi informasi bagi kepentingan intern perusahaan. Kelemahan ini dapat diatasi dengan mudah oleh metode variabel costing adalah dengan cara mengubah laporan laba rugi variabel costing ke dalam laporan laba rugi full costing. Kelemahan Variabel Costing #3:Dalam metode variabel costing, naik turunnya laba dihubungkan dengan perubahan-perubahan dalam penjualannya. Untuk perusahaan yang aktivitas usahanya bersifat musimam, variabel costing akan menyajikan kerugihan yang berlebih-lebihan dalam periode-periode tertentu. Sedangkan dalam periode lainnya akan menyajikan laba yang tidak normal. Misalkan perusahaan JAS HUJAN yang menjual produknya dalam beberapa bulan menjelang atau selama musim hujan. Untuk satu atau dua bulan menjelang atau selama musim hujan, laporan laba rugi metode variabel costing akan menunjukkan laba. Sedangkan bulan-bulan lain akan menunjukkan kerugian, karena tidak ada biaya tetap yang ditunda pembebanannya sebagai harga pokok persediaan. Dalam keadaan demikian, laporan laba rugi bulanan yang disajikan berdasarkan metode variabel costing adalah diragukan manfaatnya. Bila dibandingkan dengan laporan laba rugi yang disusun atas dasar metode full costing. Kelemahan Variabel Costing #4:Tidak diperhitungkannya biaya overhead pabrik tetap dalam persediaan dan harga pokok persediaan akan mengakibatkan nilai persediaan lebih rendah. Sehingga akan mengurangi modal kerja yang dilaporkan untuk tujuan-tujuan analisis keuangan. 05: KesimpulanMetode variabel costing adalah metode alternatif untuk menghitung harga pokok produksi di samping metode full costing. Dengan dipisahkan informasi biaya menurut perilaku dalam hubungannya dengan perubahan volume aktivitas, metode ini mampu menghasilkan informasi yang bermanfaat bagi manajemen dalam:
Hal ini dimungkinkan, karena dalam jangka pendek, biaya tetap tidak relevan, karena tidak terpengaruh oleh pengambilan keputusan yang dilakukan oleh manajemen. Jika biaya tetap terpengaruh dalam pengambilan keputusan jangka pendek, metode variabel costing dapat menyajikan dampak keputusan tersebut terhadap biaya tetap dan laba. Demikian yang dapat saya sampaikan mengenai materi dan makalah variable costing. Semoga bermanfaat. Terima kasih. *** |