Valium dan barbiturat merupakan golongan obat-obatan yang dapat memberikan efek

Golongan obat: Benzodiazepin

Merek dagang diazepam: Diazepam, Stesolid, Valdimex, Nozepav, Valisanbe, Valium, Analsik, Metaneuron, Neurodial, Neurindo, Proneuron, Potensik, Opineuron, Neuroval, Trazep, Yekalgin.

Apa itu diazepam?

Melansir situs Medicine, diazepam adalah obat golongan benzodiazepin yang bekerja di otak dan saraf (sistem saraf pusat) untuk menghasilkan efek tenang.

Obat ini tersedia dalam beberapa bentuk sediaan yaitu:

  • tablet,
  • suspensi,
  • emulsi,
  • oral solution bebas gula,
  • injeksi, dan
  • rectal solution (cairan yang dimasukkan lewat dubur).

Adapun kekuatan obatnya terdiri dari 2,5 mg, 5 mg, dan 10 mg.

Fungsi diazepam

Obat ini bekerja dengan meningkatkan efek bahan kimia tertentu di otak. Obat ini dapat digunakan untuk terapi penyakit-penyakit meliputi:

  • ansietas.
  • insomnia.
  • sindrom putus alkohol akut.
  • epilepsi.
  • kejang demam.
  • spasme otot.

Kegunaan diazepam

Obat ini dapat digunakan pada orang dewasa maupun anak-anak. Pada orang dewasa digunakan untuk tujuan-tujuan berikut.

  • Terapi jangka pendek (14 hari) untuk kecemasan yang parah yang mungkin terjadi sendiri atau dengan insomnia (sulit tidur) atau dengan masalah kesehatan mental lainnya.
  • Dalam kasus spastisitas tertentu pada palsi serebral (kelumpuhan otak) dan perawatan spasme otot lainnya.
  • Mengontrol spasme otot (kejang) pada tetanus.
  • Terapi pengobatan beberapa bentuk epilepsi.
  • Meredakan gejala putus alkohol akut.

Adapun pada anak-anak, obat ini memiliki kegunaan berikut.

  • Untuk mengobati mimpi buruk atau tidur berjalan pada anak-anak.
  • Mengontrol spasme otot (kejang) pada penyakit tetanus.
  • Untuk mengontrol ketegangan dan iritabilitas pada kasus tertentu spastisitas pada cerebral palsy.

Selain fungsi-fungsi di atas, diazepam bisa diberikan sebelum operasi untuk membantu relaksasi dan menyebabkan kantuk pada orang dewasa dan anak-anak.

Dosis diazepam

Dosis obat ini perlu disesuaikan dengan tujuan terapi pengobatan, sediaan, dan kategori usia. Berikut penjelasannya.

1. Dosis untuk diazepam oral

Dosis diazepam oral (obat minum) perlu disesuaikan dengan kategori usia dan kegunaannya.

Dosis untuk dewasa

Berikut dosisnya untuk dewasa menurut kegunaan.

  • Untuk mengatasi gangguan kecemasan atau masalah kesehatan mental lainnya: 2mg-30mg setiap hari, dalam dosis terbagi.
  • Insomnia yang berhubungan dengan kecemasan: 5mg-15mg di jam tidur.
  • Spastisitas pada cerebral palsy: 2mg-60mg setiap hari, dalam dosis terbagi.
  • Untuk mengontrol kejang otot: 2mg-15mg setiap hari, dalam dosis terbagi.
  • Untuk membantu mengontrol kejang otot seperti pada tetanus: dosis yang Anda berikan akan tergantung pada berat badan Anda dan akan didasarkan pada 3 sampai 10 mg/kg berat badan setiap hari.
  • Epilepsi: 2mg-60mg per hari, dalam dosis terbagi.
  • Gejala putus alkohol: 5mg-20mg, yang dapat diulang setelah 2 sampai 4 jam jika diperlukan.
  • Sebelum operasi: 2mg-20mg.

Pada orang lanjut usia atau lemah, dokter akan memberikan dosis yang jauh lebih rendah yaitu kurang dari setengah dosis dewasa. Begitupun pada orang yang memiliki masalah pernapasan, hati, atau ginjal.

Dosis untuk remaja dan anak-anak

Berikut dosis yang dianjurkan menurut tujuan terapinya.

  • Mimpi buruk (night terror) dan tidur sambil berjalan: 1mg-5mg sebelum tidur.
  • Untuk kejang otot yang berhubungan dengan tetanus, dosisnya tergantung pada berat badan. Biasanya 3 sampai 10 mg/kg berat badan setiap hari.
  • Spastisitas pada palsi serebral: 2mg-40mg setiap hari, dalam dosis terbagi.
  • Sebelum operasi: 2mg-10mg.

2. Dosis diazepam rektal

Secara umum dosisnya sebesar 0,25 – 0,5 mg/kg (berat badan). Namun, ini perlu disesuaikan dengan usia pasien dan kondisi kesehatannya.

Penggunaan obat ini hanya boleh diberikan pada orang dewasa dan anak-anak dengan berat badan lebih dari 10 kg. Berikut dosis yang dianjurkan.

  • Anak-anak usia 1 sampai 3 tahun (10-15kg): satu tabung 5 mg.
  • Anak di atas usia 3 tahun (lebih dari 15 kg): satu tabung 10mg
  • Dewasa: dua tabung 10 mg.

Sediaan rektal ini adalah obat sekali pakai yang hanya diberikan pada kondisi darurat, bukan untuk terapi jangka panjang.

3. Dosis diazepam injeksi

Untuk diazepam injeksi, dokter dan perawat yang akan menentukan dosis dan waktu pemberiannya yang tepat untuk Anda.

Kemungkinan dokter atau perawat akan memberikan injeksi dalam dosis yang kecil. Namun, bila Anda merasa dosis yang diberikan terlalu banyak, sebaiknya sampaikan kepada mereka.

Aturan pakai diazepam

Aturan pakai obat ini perlu disesuaikan dengan jenis sediaan yang Anda konsumsi.

1. Aturan minum diazepam oral

Konsumsi obat ini tepat sesuai dosis yang diberikan. Jangan tingkatkan dosis atau minum lebih sering.

Valium merupakan nama lain dari diazepam, yaitu salah satu jenis obat benzodiazepin yang mempengaruhi sistem saraf otak dan memberikan efek menenangkan. Obat ini umumnya digunakan sebagai obat penenang, anti depresi, mengatasi insomnia serta kejang-kejang.

Overdosis valium bisa berakibat fatal. Konsumsi valium disarankan tidak lebih dari 4 minggu. Jika berlebihan, maka obat ini bisa mengakibatkan kecanduan, gangguan organ dalam, kebingungan, halusinasi, dan bahkan muncul keinginan untuk bunuh diri.

3. Ativan

Ativan merupakan salah satu obat yang mengandung lorazepam, yang biasa digunakan untuk mengatasi gejala-gejala gangguan kecemasan yang parah dan insomnia. Lorazepam termasuk dalam golongan obat benzodiazepin yang bekerja pada otak dan sistem saraf pusat untuk menghasilkan efek menenangkan.

Karena itu, ansiolitik ini juga sering digunakan sebagai sedatif sebelum pasien menjalani operasi ringan, misalnya operasi gigi, serta mengatasi kejang epilepsi. Obat ini hanya boleh dikonsumsi sesuai resep dokter untuk jangka pendek karena dapat memicu gejala putus obat.

4. Librium

Librium adalah salah satu obat yang mengandung chlordiazepoxide, yang merupakan obat penenang. Biasanya obat ini digunakan untuk meredakan gejala kecemasan, termasuk rasa gugup atau cemas. Obat ini juga biasanya diberikan kepada pasien yang akan menjalani operasi untuk mengurangi kecemasan. Obat jenis ini juga sering digunakan untuk mengatasi gejala putus alkohol.

Pada dasarnya, obat psikotropika memiliki manfaat yang baik dalam dunia kesehatan dan ilmu pengetahuan. Namun, penggunaan psikotropika yang tidak sesuai aturan sering kali membawa dampak buruk bagi penggunanya. Mulai dari kecanduan hingga yang terparah dapat menyebabkan kematian. 

Selain berbahaya bagi kesehatan, penyalahgunaan psikotropika juga dapat dikenakan sanksi dan hukuman berupa pidana dan denda. Hal tersebut sudah diatur dalam pasal 59 Undang-undang Republik Indonesia No.5 tahun 1997 tentang psikotropika.

“Barangsiapa yang menggunakan, memproduksi, mengedarkan, mengimpor, memiliki, menyimpan, membawa psikotropika golongan I dengan tidak semestinya akan dipidana 4-15 tahun penjara dan denda Rp150.000.000-Rp750.000.000.”

Sebelum membahas lebih jauh mengenai psikotropika dan dampaknya. Mari kenali apa yang dimaksud dengan psikotropika.  

Apa itu Psikotropika?

Psikotropika adalah kategori obat yang dapat mengobati berbagai kondisi. Psikotropika bekerja dengan menyesuaikan tingkat neurotransmitter atau dengan cara merangsang susunan saraf pusat sehingga menyebabkan perubahan pada aktivitas mental, perilaku yang disertasi halusinasi, ilusi, gangguan cara berpikir seseorang. Selain itu, psikotropika dapat menyebabkan perubahan perasaan secara tiba-tiba dan menimbulkan kecanduan pada penggunanya. 

Berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia No. 5 tahun 1997,  psikotropika adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis bukan narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku. 

Jenis-Jenis Psikotropika

Psikotropika merupakan jenis obat-obatan yang bisa ditemukan di apotek, namun penggunaan obat ini harus menggunakan resep dokter karena jika obat ini disalahgunakan dapat menimbulkan efek samping yang berbahaya seperti merusak organ tubuh, hingga menyebabkan kematian. Psikotropika memiliki beberapa jenis sebagai berikut:

  • Sedatin
  • Rohypnol
  • Valium
  • Amphetamine
  • Metakualon
  • Phenobarbital
  • Shabu-shabu
  • Ekstasi

Golongan psikotropika

Penggunaan psikotropika yang tidak sesuai resep dokter dapat menyebabkan penggunanya mengalami kecanduan. Berdasarkan tingkat risiko kecanduan yang dihasilkan, psikotropika dibagi menjadi empat golongan, yaitu: 

Obat psikotropika golongan 1

Psikotropika golongan satu merupakan obat-obatan dengan daya adiktif, yang memiliki potensi tinggi menyebabkan kecanduan.  Selain itu, obat-obatan psikotropika golongan ini masuk dalam obat terlarang yang penyalahgunaannya bisa dikenakan sanksi hukum. Psikotropika golongan satu contohnya adalah ekstasi, STP, dan LSD.  

Obat psikotropika golongan 2

Psikotropika golongan dua merupakan obat-obatan yang memiliki risiko ketergantungan di bawah psikotropika golongan satu. Obat yang masuk dalam golongan ini biasa digunakan untuk pengobatan berbagai penyakit, sehingga jika penggunaan psikotropika golongan dua tidak sesuai dengan resep dokter dapat menimbulkan kecanduan. Psikotropika golongan dua contohnya adalah sabu, amfetamin, ritalin, dan metilfenidat.

Obat psikotropika golongan 3

Psikotropika golongan tiga merupakan obat-obatan dengan daya adiktif sedang dan umumnya digunakan untuk penelitian dan pengobatan. Psikotropika golongan tiga contohnya adalah pentobarbital, flunitrazepam, buprenorsina, dan lumibal.

Obat psikotropika golongan 4

Psikotropika golongan empat merupakan obat-obatan dengan daya adiktif ringan yang biasanya digunakan untuk pengobatan. Psikotropika golongan empat contohnya adalah diazepam, nitrazepam, lexotan, pil koplo, obat penenang, dan obat tidur.

Kelas dan Nama Psikotropika 

Kelas Contoh
Antipsikotik yang khas chlorpromazine (Thorazine) fluphenazine (Prolixin) haloperidol (Haldol) perphenazine (Trilafon) thioridazine (Mellaril)
antipsikotik atipikal aripiprazole (Abilify) clozapine (Clozaril) iloperidone (Fanapt) olanzapine (Zyprexa) paliperidone (Invega) quetiapine (Seroquel) risperidone (Risperdal) ziprasidone (Geodon)
Antikecemasan alprazolam (Xanax) clonazepam (Klonopin) diazepam (Valium) lorazepam (Ativan)
Stimulan amphetamine (Adderall, Adderall XR) dexmethylphenidate (Focalin, Focalin XR) dextroamphetamine (Dexedrine) lisdexamfetamine (Vyvanse) methylphenidate (Ritalin, Metadate ER, Methylin, Concerta)
Antidepresan serotonin reuptake inhibitor selektif (SSRI) citalopram (Celexa) escitalopram (Lexapro) fluvoxamine (Luvox) paroxetine (Paxil), sertraline (Zoloft)
Serotonin-norepinefrin reuptake inhibitor (SNRI) antidepresan atomoxetine (Strattera) duloxetine (Cymbalta) venlafaxine (Effexor XR) desvenlafaxine (Pristiq)
Antidepresan monoamine oksidase inhibitor (MAOI) isocarboxazid (Marplan) phenelzine (Nardil) tranylcypromine (Parnate) selegiline (Emsam, Atapryl, Carbex, Eldepryl, Zelapar)
Antidepresan trisiklik amitriptyline amoxapine desipramine (Norpramin),imipramine (Tofranil) nortriptyline (Pamelor), protriptyline (Vivactil)
Mood Stabilisator carbamazepine (Carbatrol, Tegretol, Tegretol XR) divalproex sodium (Depakote) lamotrigine (Lamictal) lithium (Eskalith, Eskalith CR, Lithobid)

Efek Obat Psikotropika

Penggunaan psikotropika dalam dunia kesehatan selama sesuai dengan resep dokter masih terbilang aman dan diperbolehkan. Namun, jika zat psikotropika disalahgunakan secara berlebihan dan tidak sesuai dengan resep dokter, maka hal tersebut dapat berakibat buruk pada kesehatan. Selain memberikan efek kecanduan, psikotropika juga memiliki efek samping lainnya jika digunakan secara berlebihan, yaitu:

Depresan 

Zat psikotropika dapat memberikan efek tenang karena psikotropika bekerja dengan menekan sistem saraf pusat. Jika psikotropika digunakan secara berlebihan, maka penggunanya dapat tidur lama, tidak sadarkan diri, hingga menyebabkan kematian. Salah satu psikotropika yang memberi efek depresan adalah putaw.

Stimulan

Psikotropika dapat membuat fungsi tubuh bekerja lebih tinggi dan bergairah, sehingga penggunanya lebih terjaga. Hal ini mengakibatkan kerja organ tertentu menjadi lebih berat. Apabila si pengguna tidak memakai obat-obatan tersebut dapat menyebabkan badan menjadi lemah. Untuk mengembalikan kondisi tubuh agar tetap prima, biasanya ia akan menggunakan lagi. Hal ini menyebabkan pengguna mengalami kecanduan. Contoh psikotropika yang memberi efek stimulan adalah sabu-sabu dan ekstasi. 

Halusinogen

Efek halusinogen mengakibatkan penggunanya merasakan halusinasi yang berlebihan. Salah satu contoh psikotropika yang dapat mengakibatkan halusinogen adalah ganja.