Ketiga tokoh tersebut dinilai memiliki peran sejarah dan peran kebangsaan yang sangat nyata dalam melahirkan negara Republik Indonesia. Ketiganya yakni, Abdoel Kahar Moezakir, Ki Bagus Hadikusumo, dan Kasman Singodimejo. “Walaupun mereka kami yakin tidak memerlukan penghargaan negara, tetapi sudah sewajarnyalah negara memberikan gelar pahlawan nasional bagi mereka bertiga,” kata Din. Abdul Kahar Muzakir merupakan anggota Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) dan juga rektor Universitas Islam Indonesia yang pertama. Ki Bagus Hadikusumo juga merupakan tokoh BPUPKI dan juga mantan Ketua PP Muhammadiyah. Sementara, Kasman Singodimejo merupakan Ketua Komite Nasional Indonesia Pusat yang menjadi cikal bakal dari DPR. Muktamar Muhammadiyah yang dimulai kemarin akan berlangsung hingga Jumat, 7 Agustus mendatang. Din mengatakan, pada muktamar kali ini Muhammadiyah ingin mengukuhkan komitmen terhadap Indonesia, negara yang ikut didirikan oleh Muhammadiyah. Menurut dia, Muhammadiyah memiliki komitmen yang tinggi terhadap negara Pancasila.”Dalam muktamar ini, ingin kita kukuhkan lagi negara Pancasila sebagai darul ahdi wa syahadah, negara kesepakatan dan negara kesaksian. Muhammadiyah siap bersama warga bangsa yang lain untuk mengisi negara Pancasila untuk mencapai cita-cita nasional yang telah ditetapkan oleh pendiri bangsa ini,” jelas Din. Selain dihadiri oleh Presiden Joko Widodo, pembukaan Muktamar Muhammadiyah juga dihadiri oleh sejumlah tokoh di antaranya, Menteri Agama Lukman Hakim Syaifuddin, Ketua MPR RI Zulkifli Hasan, anggota DPD RI AM Fatwa, Gubernur Sulawesi Selatan Syahrul Yasin Limpo, pimpinan DPR RI, tokoh partai politik, ketua organisasi keagamaan, perwakilan organisasi internasional dan perwakilan duta negara sahabat. Acara pembukaan ini dihadiri oleh puluhan ribu warga Muhammadiyah yang berasal dari berbagai wilayah di Indonesia. Di hadapan para hadirin, Presiden Joko Widodo mengajak Muhammadiyah dan Aisyiyah menjadi contoh untuk membangun masyarakat yang hidup damai, rukun dan beragama. Menurutnya, Muhammadiyah telah lama menyuarakan hal itu dan memiliki tanggung jawab untuk membangun keIndonesiaan yang berkeadilan sosial dan menghargai perbedaan. “Insya Allah, Muhammadiyah dan Aisyiyah mampu menjadi motor penggerak kemajuan bangsa,” katanya. Page 213 Formatur Warga Muhammadiyah dari seluruh Indonesia baru akan memilih formatur lewat pemungutan suara pada rangkaian Muktamar ke-47, Rabu 5 Agustus 2015. Sekitar tiga ribu peserta akan menentukan pilihannya terhadap 39 calon tetap hasil sidang tanwir, untuk menetapkan 13 formatur periode 2015-2020. Para formatur tersebut yang kemudian bermusyawarah menentukan siapa yang pantas menjadi Ketua Umum Pengurus Pusat Muhammadiyah. Namun, sebelum hari pemilihan, mulai mencuat sejumlah nama-nama yang dianggap ideal sebagai formatur. Daftar berisi 13 nama itu tersebar dalam bentuk poster dan disebarkan melalui sejumlah media sosial. Termasuk ke grup whatsapp panitia humas muktamar. Poster terdiri dari tiga gambar yang memuat nama, foto disertai profil nama-nama calon formatur. Masing-masing diberi judul, “13 Calon PP Muhammadiyah 2015-2020. Daftar yang beredar kebetulan berisi nama-nama yang termasuk dalam 39 calon tetap formatur Pengurus Pusat Muhammadiyah. Masing-masing dilabeli sebagai pakar. Mereka adalah H Abdul Mu’ti (pakar pendidikan), dr. Agus Taufiqurrahman (pakar kesehatan), Anwar Abbas (pakar ekonomi Islam), Busyro Muqaddas (pakar hukum), Prof H Dadang Kahmad (pakar sosiologi agama), H Dahlan Rais (pakar pendidikan). Selanjutnya, daftar berisi nama Prof Suyatno (pakar pendidikan), Haedar Nashir (pakar sosiologi), H Hajriyanto Y. Thohari (pakar sosial politik), KH Alwi Uddin (pakar pendidikan Islam), Rizal Sukma (pakar hubungan internasional), Prof Syafiq A. Mughni (pakar sejarah peradaban Islam), dan Prof Yunahar Ilyas (pakar ulumul quran). Pada salah satu poster, pembuatnya mencantumkan bahwa Muhammadiyah membutuhkan pimpinan yang bisa memenuhi enam kategori. Kategori antara lain: Ulama yang berpandangan maju dan terbuka; Intelektual yang memihak pada kemanusiaan; Profesional dan ahli manajemen; Ideolog dan organisatoris Muhammadiyah; Berwawasan global dan memiliki jaringan internasional yang luas dan kuat; serta memiliki visi penguatan cabang dan ranting, serta pembinaan AMM. Sejauh ini belum diketahui dari mana sumber serta siapa yang pertama kali menyebarkan poster tersebut. Koordinator humas dan media panitia lokal, Husni Yunus memperkirakan bahwa poster berisi daftar nama tersebut merupakan bagian upaya kampanye calon tertentu. “Kerjaan tim sukses,” kata Husni di Makassar, Senin 3 Agustus 2015. Ketua tim pemilihan tanwir Muhammadiyah, Dahlan Rais menyatakan bahwa 39 kandidat yang terpilih dalam sidang jelang muktamar, Ahad lalu, baru berstatus calon tetap. Di antara mereka ada yang akan tersisih sehingga menyisakan 13 nama peraih suara terbanyak dalam muktamar. Sejauh ini, semua calon disebut masih memiliki peluang yang sama besar untuk terpilih. “Yang teratas pada sidang tanwir belum tentu masuk formatur, apalagi menjadi ketua umum,” kata dia. (tem/met) Page 3Ketiga tokoh tersebut dinilai memiliki peran sejarah dan peran kebangsaan yang sangat nyata dalam melahirkan negara Republik Indonesia. Ketiganya yakni, Abdoel Kahar Moezakir, Ki Bagus Hadikusumo, dan Kasman Singodimejo. “Walaupun mereka kami yakin tidak memerlukan penghargaan negara, tetapi sudah sewajarnyalah negara memberikan gelar pahlawan nasional bagi mereka bertiga,” kata Din. Abdul Kahar Muzakir merupakan anggota Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) dan juga rektor Universitas Islam Indonesia yang pertama. Ki Bagus Hadikusumo juga merupakan tokoh BPUPKI dan juga mantan Ketua PP Muhammadiyah. Sementara, Kasman Singodimejo merupakan Ketua Komite Nasional Indonesia Pusat yang menjadi cikal bakal dari DPR. Muktamar Muhammadiyah yang dimulai kemarin akan berlangsung hingga Jumat, 7 Agustus mendatang. Din mengatakan, pada muktamar kali ini Muhammadiyah ingin mengukuhkan komitmen terhadap Indonesia, negara yang ikut didirikan oleh Muhammadiyah. Menurut dia, Muhammadiyah memiliki komitmen yang tinggi terhadap negara Pancasila.”Dalam muktamar ini, ingin kita kukuhkan lagi negara Pancasila sebagai darul ahdi wa syahadah, negara kesepakatan dan negara kesaksian. Muhammadiyah siap bersama warga bangsa yang lain untuk mengisi negara Pancasila untuk mencapai cita-cita nasional yang telah ditetapkan oleh pendiri bangsa ini,” jelas Din. Selain dihadiri oleh Presiden Joko Widodo, pembukaan Muktamar Muhammadiyah juga dihadiri oleh sejumlah tokoh di antaranya, Menteri Agama Lukman Hakim Syaifuddin, Ketua MPR RI Zulkifli Hasan, anggota DPD RI AM Fatwa, Gubernur Sulawesi Selatan Syahrul Yasin Limpo, pimpinan DPR RI, tokoh partai politik, ketua organisasi keagamaan, perwakilan organisasi internasional dan perwakilan duta negara sahabat. Acara pembukaan ini dihadiri oleh puluhan ribu warga Muhammadiyah yang berasal dari berbagai wilayah di Indonesia. Di hadapan para hadirin, Presiden Joko Widodo mengajak Muhammadiyah dan Aisyiyah menjadi contoh untuk membangun masyarakat yang hidup damai, rukun dan beragama. Menurutnya, Muhammadiyah telah lama menyuarakan hal itu dan memiliki tanggung jawab untuk membangun keIndonesiaan yang berkeadilan sosial dan menghargai perbedaan. “Insya Allah, Muhammadiyah dan Aisyiyah mampu menjadi motor penggerak kemajuan bangsa,” katanya.
Berdiri sejak 18 November 1912 lalu, Muhammadiyah memiliki peranan penting bagi Republik Indonesia. Dengan umur yang lebih tua dari Indonesia, Muhammadiyah sedari lama menjadi penjaga bangsa dari rongrongan penjajah dan kolonialisme. Sebagai organisasi Islam besar, Muhammadiyah melahirkan kader-kader yang jadi penggerak bagi Republik. Gerakan Muhammadiyah bertumpu pada semangat membangun tatanan sosial dan pendidikan agar masyarakat lebih maju serta terdidik. Mulai dari bapak Republik, Ir Soekarno, hingga ulama karismatik Buya Hamka, merupakan kader-kader organisasi yang didirikan oleh KH Ahmad Dahlan pada 108 tahun yang lalu itu. Nah, hari ini tepat 10 November yang dikenal dengan Hari Pahlawan Nasional, melalui momentum ini sudah selayaknya kita juga mengenang jasa para pahlawan yang lahir dari organisasi yang memiliki ratusan sekolahan, pesantren dan universitas di seluruh negeri tersebut. Dilansir dari website Kompas berikut ini 12 Pahlawan Nasional dari Muhammadiyah yang memiliki peranan besar dalam memerdekakan, sekaligus menjaga Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). 12 Pahlawan Nasional dari organisasi Muhammadiyah
|