Makhluk gaib, yang disebut juga makhluk halus, makhluk yang tak kasat mata, atau makhluk astral adalah istilah yang digunakan untuk menyebut makhluk hidup yang keberadaannya tidak dapat dijangkau oleh indra manusia. Kata makhluk berasal dari kata bahasa Arab yang berarti "yang diciptakan" dan "ghaib" yang artinya "tidak tampak". Sehingga ghaib disini maksudnya adalah apabila dilihat dari sudut pandang (indra) manusia terhadap makhluk-makhluk tersebut.[1] Di dalam akidah Islam, istilah ghaib mencakup banyak hal seperti kematian, rezeki, jodoh, roh manusia, akhir zaman, dan surga. Beriman kepada yang ghaib adalah salah satu ciri muslim yang bertakwa.[2] Termasuk kedalam hal ghaib adalah makhluk (ciptaan) yang tidak dapat dijangkau indra manusia seperti dari bangsa malaikat dan jin.[3] Di dalam keyakinan Islam dinyatakan keberadaan makhluk-makhluk ghaib tersebut, bahkan sebelum manusia pertama diciptakan, makhluk dari kalangan jin telah terlebih dahulu menghuni Bumi. Akan tetapi dikarenakan perbuatannya yang merusak, sebagian besar dari golongan jin tersebut dihancurkan oleh para malaikat bersama iblis (yang sebenarnya juga dari golongan jin).[4] Kemudian Allah menciptakan manusia untuk menjadi khalifah di Bumi, yang dikemudian waktu manusia dan jin hidup berdampingan di bumi bersama hewan, tumbuhan, dan benda. Karakteristik Makhluk ghaibKarateristik Makhluk ghaib dan perbandingannya dengan Manusia, diantaranya:
Interaksi Makhluk ghaib dengan Manusia
Kesalahan pemahamanDi dalam aqidah Islam tidak dikenal adanya Roh gentayangan, Arwah penasaran[24] maupun indra keenam. Diyakini bahwa setelah perginya para pelayat, mayit di dalam kuburnya akan ditanyai Tiga pertanyaan Kubur oleh malaikat, manusia yang jahat mengalami siksa kubur, sedangkan yang baik mengalami nikmat kubur. Roh orang yang telah meninggal tetap berada di dalam kuburnya menanti datangnya hari kebangkitan. Hal ini kadang kala dimanfaatkan oleh Jin untuk meniru wujud si mayit untuk mengambil keuntungan ataupun sekadar mempermainkan manusia. Begitu pula tentang Indra keenam, bahwasanya Jin tidak dapat dilihat manusia kecuali Jin tersebut sendiri yang menampakkan dirinya. Hanya saja Jin melihat dan memilih orang-orang tertentu untuk dia tampaki, kadang secara reguler. Tujuannya supaya manusia mengira dan meyakini bahwa dia mampu melihat hal ghaib dan mulai menyatakan kepada khalayak bahwa dia mampu mengetahui hal ghaib. Pada akhirnya Jin akan berkomunikasi dengan manusia tersebut dan menipunya, mengaku sebagai arwah orang yang telah mati, atau menawarkan manusia tersebut mencari harta, atau bahkan mengajak kepada perdukunan dan kesyirikan (seperti berkurban binatang untuk selain Allah sebagai syarat terpenuhi hajatnya), dll. KekristenanAlkitab sebagai kitab suci di dalam Kekristenan telah memberikan rujukan kepada banyak jenis makhluk gaib. Beberapa diantaranya ialah dewa-dewa dari beberapa suku, malaikat, iblis, roh jahat, setan dan Lucifer. Keberadaan makhluk gaib ini merupakan hasil emanasi sehingga keberadaannya dapat diterima. Keberadaan makhluk gaib merupakan bagian dari tingkatan makhluk spiritual. Gereja sebagai pemberi doktrin Kekristenan selalu membahas mengenai dewa dan malaikat. Gagasan ini telah ada sejak masa Paulus dari Tarsus dan muridnya yaitu Dionisius dari Areopagus. Selanjutnya, gagasan mengenai makhluk gaib dikembangkan lagi oleh Thomas Aquinas. Pada bidang seni, gagasan makhluk gaib disampaikan oleh Jan van Eyck, sedangkan pada bidang sastra, gagasan ini disampaikan oleh Dante Alighieri.[25]
|