Tarian yang merupakan wujud syukur masyarakat setiap kali panen adalah tari

Tarian yang merupakan wujud syukur masyarakat setiap kali panen adalah tari

Hanna Vivaldi

Tari Piring, Tari Tradisional Sumatera Barat. (Foto: kabarananh.com)

Tari piring merupakan tari tradisional dari Minangkabau, Sumatera Barat. Dalam bahasa Minangkabau, tari ini disebut dengan tari piriang. Sesuai dengan namanya, pertunjukan tari ini menggunakan piring.

Asal-usul Tari Piring

Dulunya, tari piring digunakan dalam ritual ucapan syukur kepada dewa-dewa. Tarian dilakukan setelah mendapatkan panen yang berlimpah. Ritual ini dilakukan dengan membawa sajian makanan yang diletakkan di dalam piring sambil melangkah dengan gerakan tertentu.

Kemudian agama Islam masuk ke daerah Minangkabau sehingga tari piring ini tidak lagi digunakan sebagai ritual persembahan kepada dewa-dewa. Agar tarian ini tetap lestari, tarian ini digunakan sebagai sarana hiburan masyarakat. Tarian ini sering ditampilkan dalam pernikahan maupun acara perayaan lainnya. Lama-kelamaan unsur ritual dalam tarian ini pun hilang.

Gerakan Tari Piring

Tari piring memiliki 3 jenis gerakan, yaitu tupai bagaliuk (tupai bergeliuk), bagalombang (bergelombang), dan aka malik (akar melilit). Musik pengiring tarian ini adalah musik talempong dan saluang. Jumlah penarinya berjumlah ganjil, tiga sampai tujuh orang penari. Pakaian yang digunakan penari adalah pakaian yang berwarna cerah nuansa merah dan kuning keemasan.

Tarian yang merupakan wujud syukur masyarakat setiap kali panen adalah tari

Tari Piring, Tari Tradisional Sumatera Barat. (Foto: kabarananh.com)

Penari menari di atas pecahan piring. (Foto: minangtourism.com)

Gerakan tari piring dimulai dengan meletakkan dua buah piring di atas kedua telapak tangan. Piring-piring tersebut diayunkan secara cepat tanpa terlepas dari genggaman tangan. Pertunjukan yang paling menarik dari tarian ini adalah pada saat penarinya melemparkan piring ke atas. Ini menggambarkan kegembiraan atas hasil panen yang melimpah. Lalu piring tersebut akan jatuh dan pecah ke lantai. Ini menyebabkan pecahan kacanya tersebar di sekitar penari. Penari tetap melakukan gerakan tari di atas pecahan piring. Sungguh ajaib karena kaki penari tidak mengalami luka-luka padahal tidak menggunakan alas kaki saat menginjak pecahan kaca.

Tari Piring Mendunia

Tari piring sudah dikenal keistimewaannya ke seluruh penjuru dunia. Tarian ini turut dipentaskan dalam tur festival kebudayaan nusantara. Tidak hanya di dalam negeri, tetapi sampai ke luar negeri. Tari ini pernah dipentaskan dalam festival budaya nusantara di Malaysia, Singapura, Serbia, serta beberapa negara di Eropa.

Tahukah kamu – Hari Tari Internasional diperingati setiap tanggal 29 April. Yuk, cari tahu mengenai 6 tari tradisional dari Indonesia yang paling populer:

Tarian yang merupakan wujud syukur masyarakat setiap kali panen adalah tari

Tari Saman merupakan tarian tradisional yang berasal dari Suku Gayo, Aceh. Tarian satu ini sudah mendunia dan pada tahun 2011 telah ditetapkan oleh UNESCO sebagai “Representative List of the Intangible Cultural Heritage of Humanity”. Tarian ini dibawakan oleh sekelompok penari yang berjumlah ganjil dan biasanya ditampilkan saat memperingati peristiwa adat penting dan juga untuk merayakan hari kelahiran Nabi Muhammad SAW.

Tarian yang merupakan wujud syukur masyarakat setiap kali panen adalah tari

Tarian yang berasal dari daerah Uluwatu, Bali ini ditampilkan oleh sekitar 70 orang penari laki-laki yang duduk melingkar dengan kedua tangan diangkat. Kata kecak sendiri muncul karena penarinya sambil menyerukan “cak cak cak” berulang kali. Tari Kecak termasuk sebagai jenis seni drama yang menggambarkan cerita tokoh Ramayana.

Tarian yang merupakan wujud syukur masyarakat setiap kali panen adalah tari

Tari Jaipong adalah tarian tradisional yang lahir pada tahun 1976 di daerah Karawang, Jawa Barat. Tarian ini merupakan gaburangan dari pencak silat, tari Ronggeng, dan tari Ketuk Tilu. Tari Jaipong dapat dibawakan secara perorangan maupun kelompok. Tarian ini menggambarkan karakteristik perempuan Sunda yang pemberani, pekerja keras, dan romantis.

Tarian yang merupakan wujud syukur masyarakat setiap kali panen adalah tari

Sesuai namanya, tarian ini menggunakan properti berupa piring-piring yang diayung-ayunkan selama penampilan. Tari Piring merupakan tarian tradisional yang berasal dari Sumatera Barat. Konon, tarian ini dibawakan untuk sesembahan bagi para dewa sebagai wujud rasa syukur atas panen yang melimpah.

Tarian yang merupakan wujud syukur masyarakat setiap kali panen adalah tari

Tarian tradisional asal Jawa Barat ini sering dikaitkan dengan hal berbau mistis dan ilmu kebatinan yang kuat. Tari Reog Ponorogo menceritakan tentang perang antara kerajaan Kediri dengan kerajaan Ponorofo yang saling mengadu ilmu hitam. Hal ini ditunjukkan dengan para penarinya yang kerasukan saat mementaskan tarian ini.

Tarian yang merupakan wujud syukur masyarakat setiap kali panen adalah tari

Tari Tor-Tor merupakan tarian tradisional yang berasal dari suku Batak Toba, Sumatera Utara. Pada zaman dahulu, tarian ini termasuk tarian yang sacral untuk upacara tertentu, biasaya sebagai bentuk persembahan bagi roh leluhur. Tari Tor-Tor diiringi dengan tabuhan alat musik tradisional Mangondangi dari Sumatera Utara.

Tarian yang merupakan wujud syukur masyarakat setiap kali panen adalah tari
Tari Piring

Para penari menginjak pecahan kaca piring dalam suatu acara budaya di Kabupaten Sijunjung, Sumatera Barat.

Nama asliTari PiringAsal
Tarian yang merupakan wujud syukur masyarakat setiap kali panen adalah tari
Sumatera Barat, Indonesia

Tarian yang merupakan wujud syukur masyarakat setiap kali panen adalah tari

Tari piring di Pesisir Selatan.

Tarian yang merupakan wujud syukur masyarakat setiap kali panen adalah tari

Pertunjukan tari piring.

Tari piring (Jawi: تاري ڤيريڠ; Minangkabau: Tari Piriang) adalah tarian tradisional Minangkabau yang menampilkan atraksi menggunakan piring. Para penari mengayunkan piring di tangan mengikuti gerakan-gerakan cepat yang teratur, tanpa satu pun piring terlepas dari tangan. Gerakannya diambil dari langkah dalam silat Minangkabau atau silek.[1]

Tari ini dipopulerkan oleh Huriah Adam. Saat ini, tari piring dipertunjukkan untuk penyambutan tamu terhormat atau pembukaan upacara adat. Bersama dengan tari saman, pendet, dan jaipong, tari ini menjadi tarian populer Indonesia yang kerap ditampilkan di ajang promosi pariwisata dan kebudayaan Indonesia.[2]

Sejarah

Tarian yang merupakan wujud syukur masyarakat setiap kali panen adalah tari

Penari tari piring yang tengah memijak piring pecah

Secara tradisional, tari ini berasal dari Solok, Sumatra Barat.[3] Menurut legenda awal kemunculannya, Tari Piring ini berfungsi sebagai tarian dalam upacara kesuburan. Tarian ini juga menjadi salah satu bentuk seni tradisional yang banyak sekali menyimpan nilai-nilai estetis yang cukup tinggi dan mengandung nilai-nilai kebudayaan leluhur yang sangat mendalam.[4] Tari ini juga merupakan ritual ucapan rasa syukur masyarakat setempat kepada dewa-dewa setelah mendapatkan hasil panen yang melimpah ruah. Ritual dilakukan dengan membawa sesaji dalam bentuk makanan yang diletakkan di dalam piring sembari melangkah dengan gerakan yang dinamis.[butuh rujukan]

Setelah masuknya agama Islam ke Minangkabau, tari piring tidak lagi digunakan sebagai ritual ucapan rasa syukur kepada dewa-dewa.[5] Akan tetapi, tari tersebut digunakan sebagai sarana hiburan bagi masyarakat banyak yang ditampilkan pada acara-acara keramaian.

Ciri Khusus

Gerakan

Gerakan tari piring pada umumnya adalah meletakkan dua piring di atas dua telapak tangan. Penari mengayunkan piring dalam gerakan-gerakan yang cepat, diselingi dengan mendentingkan piring atau dua cincin di jari penari terhadap piring yang dibawanya. Pada akhir tarian, biasanya piring-piring yang dibawakan oleh para penari dilemparkan ke lantai dan para penari akan menari di atas pecahan-pecahan piring.

Jumlah penari tari piring biasanya berjumlah ganjil yang terdiri dari tiga sampai tujuh orang. Para penari mengenakan pakian berwarna cerah dengan nuansa warna merah dan kuning keemasan serta tutup kepala.

Tarian ini diiringi oleh kombinasi alat musik talempong dan saluang. Tempo alunan musik awalnya lembut dan teratur, kemudian lama-kelamaan berubah menjadi lebih cepat.

Gerakan dalam tari piring ini merupakan salah satu unsur penting untuk menjadikan tarian menjadi bentuk yang bermutu. Tari Piring ini bersumber dari beberapa gerakan, seperti: Gerakan dasar pencak silat, Gerakan alang babega, gerakan tupai bagaluik, gerakan bungo kambang, dan lain sebagainya. Tidak hanya itu tari piring juga sering kali menggambil berbagai gerakan kehidupan sehari-hari, seperti : gerak bacamin, gerak basiang, gerak buai anak, gerak mangompu suto, gerak malunyah, gerak maiinjak piriang, gerak bagolek dan gerak manyemba lalok.

Alat Musik

Tarian yang merupakan wujud syukur masyarakat setiap kali panen adalah tari

Talempong Paciak

Tarian yang merupakan wujud syukur masyarakat setiap kali panen adalah tari

Alat musik: Pupuik Batang Padi

Jenis alat musik yang digunakan adalah: Talempong pacik, talempong sendiri adalah alat musik pukul khas Minangkabau yang terbuat dari campuran tembaga dan kuninganyang akan berbunyi jika dipukul dengan sepasang kayu. Disebut dengan talempong pacik karena dalam memainkan alat musik ini dengan dipegang.[6] Ada tiga jenis talempong pacik :

  1. Talempong jantan
  2. Talempong betina
  3. Talempong Pangawin

Pupuik batang padi : Pupuik batang padi ini merupakan instrumen bernada tunggal. Namun dengan beberapa modifikasi yaitu dengan melubangi batang padi di beberapa titik yang berfungsi layaknya lubang pada seruling, alat musik ini dapat mengeluarkan alunan irama yang unik.[7]

Gandang (Gendang Minang) : Istilah gendang dalam bahasa Minang adalah gandang (dalam bahasa Batak gondang), bentuknya sama dengan yang ada di daerah lain, seperti di Melayu, Batak, Sunda, Jawa, dll. Cara memainkan adalah sama juga, yaitu sisi lingkaran kecil di sebelah kiri dan yang lebih besar ada di sebelah kanan. Namun cara memukul antara masing-masing daerah sangat berbeda, yaitu di Minang tergantung dari jenis rentak lagu.

Semua aspek musikal tersebut seolah-olah sedang menciptakan suasana yang menarik dan lasuah didengar.

Perkembangan Tari Piring

Perkembangan budaya Tari Piring dalam masyarakat Minangkabau masa kini telah mengalami pergeseran nilai dan fungsi. Pada masa kini Tari Piring tidak hanya dikelola oleh daerah tetapi juga oleh masyarakat minangkabau yang hidup di rantau. Tujuan utama masyarakat perantauan mengembangkan Tari Piring ini adalah untuk menjaga eksitensi dan sebagai bagian dari warisan dan identitas budaya masyarakat Minangkabau.

Nilai dan aspek dari Tari Piring itu sendiri telah bergeser dari masa ke masa, baik di daerah maupun di perantauan. Perubahan itu dapat dilihat seperti nilai dari pelengkap upacara adat yang kini juga dialih fungsikan sebagai pertunjukan hiburan, hal ini dapat dilihat dari banyaknya sanggar-sanggar tari daerah yang bekerja sama dengan agensi hiburan. Meskipun begitum perkembangan ini tetap tidak mematikan peranan Tari Piring sebagai identitas asli budaya Minangkabau.

Meskipun banyak ide garapan dan corak dari bentuknya lahir dari pemikiran seorang koreografer individual moderen, namuan secara esensi baik masyarakat di rantau maupun di Sumatera Barat tetap menyatakan bahwa Tari Piring yang telah berkembang secara kualitas tersebut disebut Tari Piring asli Minangkabau.[8]

Referensi

  1. ^ http://www.malaycivilization.com.my/omeka/files/original/940b566db9cc4287982e6e5c80a643b6.pdf
  2. ^ "Indonesian students recognized at Llangollen International Eisteddfod 2017". The Jakarta Post. 12 July 2017. 
  3. ^ http://www.tandfonline.com/doi/abs/10.1080/17411912.2014.926632?journalCode=remf20#.U7T_tShy5So
  4. ^ syahrial (2002). "Tari Piring Padang Magek". Institut Seni Indonesia Surakarta. Vol.1 No.2. 
  5. ^ "Tari Piring – Seni Tari dari Minangkabau Sumatra Barat". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2012-01-28. Diakses tanggal 2011-09-24. 
  6. ^ "Warisan Budaya Takbenda | Beranda". warisanbudaya.kemdikbud.go.id. Diakses tanggal 2021-07-24. 
  7. ^ "Pupuik Batang Padi, Instrumen Tiup Sederhana Pengiring Ritual". Indonesia Kaya. Diakses tanggal 2021-07-24. 
  8. ^ indrayuda (September 2013). "Popularitas Tari Piring sebagai Identitas Budaya Minangkabau". Universitas Negeri Padang. Vol. 23 No. 3. [pranala nonaktif permanen]

Lihat pula

  • Tari pasambahan
  • Tari Idang
  • Tari Rantak
  • Tari Pasambahan

Pranala luar

Tarian yang merupakan wujud syukur masyarakat setiap kali panen adalah tari

  • Tari piring (berkelompok) di Youtube
  • Tari Piring di Youtube

Diperoleh dari "https://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Tari_piring&oldid=20660106"