TRIBUNNEWSWIKI.COM - Tari Remo adalah tarian tradisional dari Jawa Timur yang menggambarkan keberanian seorang pangeran yang berjuang di medan perang. Show
Tarian ini sering ditampilkan dalam pergelaran kesenian Ludruk sebagai pengantar pertunjukan. Selain itu, Tari Remo ini juga ditampilan sebagai tarian selamat datang dalam menyambut tamu besar yang datang ke sana. Tarian ini sangat terkenal di Jawa Timur dan menjadi salah satu ikon kesenian tari di sana. Tari Remo ini umumnya dibawakan oleh para penari laki–laki dengan gerakan yang menggambarkan seorang pangeran yang gagah berani. Namun seiring dengan perkembangannya, Tari Remo ini tidak hanya dibawakan oleh penari pria saja, tetapi juga penari wanita. Ini memunculkan Tari Remo berjenis lain yang biasa disebut Tari Remo Putri. [1] Baca: Tari Balumpa Menurut sejarah, Tari Remo berasal dari sebuah desa di Jombang, yaitu Desa Ceweng, Kecamatan Diwek. Tarian ini diciptakan oleh para seniman jalanan pada masa lalu dengan mengusung tema atau cerita pangeran gagah dan berani. Seni tari ini telah ada sejak tahun 1930-an bersamaan dengan kesenian ludruk yang sedang berkembang pesat. Tari Remo bercerita tentang perjuangan seorang pangeran di tengah pertempuran. Hingga saat ini tarian asli Jawa Timur ini digunakan sebagai sarana komunikasi antarmasyarakat. Pada masa awalnya, tarian ini diperkenalkan melalui penampilan keliling para seniman tari. Tari ini berkembang dan ditampilkan dalam acara-acara tertentu, termasuk pembukaan pentas ludruk. Tari Remo sangat berkaitan dengan pertunjukkan ludruk. Bahkan, tarian ini dapat dikenal luas di daerah luar Jombang karena selalu dipentaskan ketika ludruk akan dimulai. Pada akhirnya beberapa daerah mengadaptasi jenis tarian ini. Dulu Tari Remo hanya dilakukan oleh penari pria, sesuai dengan tema yang diusung oleh tari ini. Akan tetapi, saat ini banyak penari Remo wanita yang juga melakukannya. Meski dilakukan oleh penari wanita, pakaian tari tetapi busana pria. Selain di Jombang, Tari Remo juga berkembang di daerah lain di sekitar Jawa Timur. Perkembangan tersebut berkaitan dengan akulturasi adat budaya. Oleh sebab itu, tidak heran jika ada Tari Remo dengan Gaya Surabayanan, Gaya Sawunggaling, Gaya Jombang, Gaya Malangan, dan sebagainya. [2] Baca: Tari Gong Gerakan dalam Tari Remo lebih mengutamakan gerakan kaki yang rancak dan dinamis. Dalam pertunjukannya penari dilengkapi dengan gelang lonceng kecil yang dipasang pada pergelangan kaki. Dengan demikian, saat penari melangkah atau menghentakkan kakinya maka lonceng kecil tersebut akan berbunyi. Gerakan tersebut biasanya dipadukan dengan iringan musiknya sehingga suara lonceng tersebut dapat berpadu dengan musik pengiring. Selain gerakan kaki, yang menjadi karakterisitik gerakan Tari Remo adalah gerakan selendang atau sampur, gerakan kepala, ekspresi wajah, dan kuda – kuda penari. [1] Baca: Tari Dinggu Busana penari remo bermacam–macam dan setiap daerah memiliki ciri khas tersendiri, di antaranya Gaya Sawunggaling, Surabayan, Malangan, dan Jombangan. Busana Tari Remo pada dasarnya menggunakan ikat kepala berwarna merah, baju lengan panjang, celana sepanjang lutut, kain batik pesisiran, setagen yang diikat di pinggang, keris yang diselipkan di belakang, selendang pada bahu dan pada pinggang, dan gelang lonceng yang dikenakan pada pergelangan kaki. Namun, Tari Remo gaya putri mempunyai busana yang berbeda dengan gaya busana Tari Remo yang asli, yaitu memakai sanggul, mekak hitam yang menutup dada, rapak yang menutupi bagian pinggang sampai lutut, dan satu selendang yang disematkan di bahu. [1] Baca: Tari Bidu Pementasan tari sulit dilepaskan dari musik sebagai pengiringnya. Musik pengiring tari berfungsi menyelaraskankan gerakan tari dengan tempo. Pada Tari Remo suara lonceng gelang kaki yang digunakan penari akan berpadu dengan musik pengiring. Jenis alat musik pengiring Tari Remo adalah gamelan dengan jenis irama atau gendhing jula-juli atau tropongan. [2] Baca: Tari Payung (TribunnewsWiki.com/Rakli)
Bagaimana kabar Anda hari ini sobat pembaca blog The Jombang Taste? Pada tulisan sebelumnya kita sudah membahas asal-usul kesenian Ludruk dari Jawa Timur. Masih satu paket dengan pementasan Ludruk ada tari Ngremo. Bagaimana sejarah dan awal mula tumbuhnya kesenian Ngremo di Jawa Timur? Ayo cari tahu sejarahnya! Tari Ngremo, disebut juga Tari Remo, merupakan bagian utama dalam sebuah pementasan ludruk. Tari Remo atau Tari Ngremo dijadikan sebagai pembuka dalam pementasan seni pertunjukan tradisional ludruk, pertunjukan seni kuda lumping, dan pagelaran seni wayang kulit. Tari Remo dapat ditarikan dengan gaya wanita maupun gaya pria, baik ditampilkan secara bersama-sama ataupun bergantian. Perkembangan tarian tradisional dari Jawa Timur ini dipercaya berawal dari tahun 1930-an saat kesenian ludruk berkembang pesat. Konon ceritanya, kata ‘beskalan’ berasal dari kata bakalan yang pada masa lalu dipertunjukkan di jalanan layaknya pengamen. Pada mulanya tari Beskalan dibawakan oleh laki-laki yang memakai baju perempuan. Namun kini telah banyak perempuan yang mempertunjukkan kebolehan menari Ngremo. Penelusuran Sejarah Tari NgremoTari Beskalan sebenarnya hampir serupa dengan Tari Ngremo. Dan jenis Ngremo putri pun, termasuk gaya beskalan, banyak dikenal di berbagai wilayah di Jawa Timur. Tari Beskalan ini kemudian berkembang menjadi cikal bakal tari Ngremo modern seperti yang kita kenal saat ini. Hendricus Supriyanto, salah satu seniman Jawa Timur, mencoba menggali sejarah dan asal usul Tari Remo dengan mewawancarai narasumber yang masih hidup sampai tahun 1988. Hendricus Supriyanto menyatakan bahwa ludruk sebagai teater rakyat dimulai tahun 1907 oleh Pak Santik, warga yang tinggal di Desa Ceweng, Kecamatan Diwek, Kabupaten Jombang. Bermula dari kesenian ngamen yang berisi syair dan tabuhan sederhana, Pak Santik berteman dengan Pak Pono dan Pak Amir berkeliling mengamen dari desa ke desa. Pak Pono memakai pakaian wanita dan wajahnya dirias coretan-coretan agar tampak lucu. Dari sinilah penonton menyebut pertunjukan tersebut sebagai ‘Wong Lorek’. Karena variasi bahasa, maka kata Lorek berubah menjadi Lerok. Ciri Khas Pakaian Penari RemoPenari Remo menggunakan beberapa kostum, antara lain sawonggalingan atau gaya Surabaya. Pakaian tari Remo gaya Surabaya terdiri dari bagian atas hitam dengan model pakaian khas abad ke-18, ditambah celana beludru hitam dengan hiasan emas dan kain batik di pinggang dengan hiasan sabuk dan keris. Sedangkan di paha kanan terdapat selendang menggantung sampai mata kaki. Tari Remo merupakan tarian sambutan selamat datang khas Jawa Timur. Tari Ngremo menggambarkan karakter dinamis masyarakat Jawa Timur. Tari ini merefleksikan sebagai gambaran keberanian seorang pangeran kerajaan. Tari Remo juga menjadi bagian dari pembukaan seni pagelaran wayang kulit dan jaran kepang (kuda lumping). Tarian Ngremo diiringi dengan musik gamelan dalam suatu gending. Instrumen gamelan terdiri dari saron, bonang, gender, gambang, slentem, siter, ketuk, seruling, kempul, kenong, dan gong. Tari Remo menggunakan musik irama slendro.Tari Ngremo biasanya menggunakan irama gending jula-juli Suroboyo tropongan. Kadang-kadang diteruskan dengan lagu walang kekek, gedong rancak, krucilan maupun kreasi baru lainnya. Mudah-mudahan artikel sejarah tari ngremo dari Jawa Timur ini bisa membuka wawasan Anda untuk mengenal kekayaan budaya Nusantara lebih baik. Ayo cintai budaya negeri sendiri! Referensi: Medali MGMP Kabupaten Jombang
Indonesia merupakan negara dengan kekayaan adat budaya yang melimpah, salah satunya adalah seni tari tradisional yang ada di masing-masing daerah. Gerakan dalam tarian dari setiap daerah memiliki ciri khas yang berbeda antara satu dan lainnya. Misalnya Tari Remo yang berasal dari Jawa Timur dan sering dijadikan sebagai tarian dalam upacara penyambutan tamu di Kota Jombang dan sekitarnya. Mengenal Tari RemoTarian Remo atau Ngremo adalah jenis tarian yang bisa dilakukan oleh laki-laki dan wanita. Biasanya dipentaskan ketika acara penyambutan tamu agung dan pejabat. Gerakan penari Remo diiringi oleh musik tradisional Gamelan. Sedangkan pakaian penari Remo antar daerah dapat berbeda-beda, menyesuaikan baju adat Surabaya, Lamongan, Jombang, Remo Putri dan Sawunggaling. Selain digunakan untuk menyambut tamu, tarian ini juga sering disebut sebagai Tari Ludruk karena awalnya berfungsi sebagai pembuka kesenian Ludruk. Tari Remo mempunya nilai sejarah dan filosofi pada setiap gerakannya. Oleh sebab itu, tarian ini menjadi salah satu jenis tari yang unik. Sejarah dan PerkembanganMenurut sejarah, Tari Remo berasal dari sebuah desa di Jombang, yaitu Desa Ceweng, Kecamatan Diwek. Tarian ini diciptakan oleh para seniman jalanan pada masa lalu dengan mengusung tema atau cerita pangeran gagah dan berani. Seni tari ini telah ada sejak tahun 1930-an bersamaan dengan kesenian ludurk yang sedang berkembang pesat. Tari Remo bercerita tentang perjuangan seorang pangeran di tengah pertempuran. Hingga saat ini tarian asli Jawa Timur ini digunakan sebagai sarana komunikasi antar masyarakat. baca juga: Suku Kanibal Di Dunia, Salah Satunya Dari Indonesia! Di masa awalnya, tarian ini diperkenalkan dengan cara penampilan keliling oleh para seniman tari. Kemudian berkembang dan ditampilkan dalam acara-acara tertentu, termasuk pembukaan pentas ludruk. Tari Remo sangat berkaitan dengan pertunjukkan ludruk. Bahkan tarian ini dapat dikenal luas di daerah luar Jombang karena selalu dipentaskan ketika ludruk akan dimulai. Hingga akhirnya beberapa daerah mengadaptasi jenis tarian ini. Dulu Tari Remo hanya dilakukan oleh penari pria, sesuai dengan tema yang diusung oleh tari ini. Akan tetapi saat ini banyak penari Remo wanita yang juga melakukannya. Meski dilakukan oleh penari wanita, namun pakaian tari tetapi busana pria. Selain di Jombang, Tari Remo juga berkembang di daerah lain disekitar Jawa Timur. Perkembangan tersebut berkaitan dengan akulturasi adat budaya. Oleh sebab itu tidak heran jika ada Tari Remo dengan Gaya Surabayanan, Gaya Sawunggaling, Gaya Jombang, Gaya Malangan dan sebagainya. Makna dan Filosofi Tari RemoPada setiap tari mengandung unsur-unsur seni, filosofi dan makna pada gerakannya. Gerakan Tari Remo seperti gerakan gedrug atau menghentak bumi merupakan simbol kesadaran manusia atas kehidupan yang di ada di muka bumi. Sedangkan gerakan gendewa pada tarian ini diartikan sebagai pergerakan manusia yang sangat cepat seperti anak panah yang dilepaskan dari busurnya. Kemudian ada makna dari gerakan tepisan yang mengandalkan kecepatan dan kecekatan tangan dalam bergerak. Selain itu ada pula gerakan menggesek-gesekkan kedua telapak tangan yang bermakna sebagai simbol penyatuan kekuatan yang ada dalam diri manusia. Serta Ngore Remo, yaitu berupa gerakan seperti merias diri terutama bagian rambut. Komposisi Tari RemoAgar kita memahami apa maksud dan arti sebuah tarian, maka harus memahami konsep tariannya. Konsep Tari Remo sendiri terdiri dari pemeran tarian atau penari, gerakan, busana, musik atau gamelan, serta dekorasi panggung. 1. PenariUmumnya Tarian Remo dilakukan oleh laki-laki karena gerakan dalam tarian ini menggambarkan seorang pangeran yang gagah berani tengah berada di medan laga. Sisi kejantanan adalah yang ingin ditonjolkan dalam setiap gerakannya. Namun seiring perkembangan zaman, Tari Remo tidak hanya dilakukan oleh para pria karena banyak penari wanita yang bisa melakukannya. Dari kondisi tersebut maka muncul istilah Tari Remo Putri. Konsep gerakan tarian ini tidak jaug berbeda, akan tetap aura penari laki-laki dan perempuan secara tidak langsung akan terasa. 2. Gerakan Tari RemoCiri khas utama dari gerakan Tarian Remo adalah gerak-gerik kaki yang menghentak secara dinamis. Ketika menari, para penari mengenakan gelang kaki dengan lonceng kecil, sehingga ketika bergerak atau menghentakkan kaki, lonceng tersebut akan berbunyi. Bunyi lonceng dari gelang kaki tersebut dipadukan dengan musim gamelan pengiringnya, sehingga dapat menyatu dan membentuk harmonisasi. Selain gerakan kaki, karakteristik gerakan Tari Remo adalah gerakan sampur dengan selendang, kepala, kuda-kuda serta ekspresi wajah penari. 3. Busana atau KostumPakaian penari Remo sangay beragam tergantung daerahnya, misalnya kostum Tari Remo Gaya Surabaya, Sawunggaling, Malangan, atau Jombangan. Akan tetapi seluruh pakaian tersebut memiliki persamaan, yaitu penari menggunakan ikat kepala berwarna merah, baju lengan panjang, celana setinggi lutut, kain batik corak pesisiran, kain setagen yang dipakai di pinggang, selendang bahu, serta gelang kaki berlonceng. Sedangkan busana penari Remo perempuan agak sedikir berbeda, yaitu rambut penari di sanggul, menggunakan mekak hitam sebagai penutup dada, rapak pada bagian pinggang hingga lutut sertap selendang pada bahu. 4. Musik Pengiring Tari RemoPementasan tari sulit dilepaskan dari musik sebagai pengiringnya. Musik pengiring tari berfungsi unutk menyelarkan gerakan tari dengan tempo. Pada Tari Remo suara lonceng gelang kaki yang digunakan penari akan berpadu dengan musik pengiring. Jenis alat musik pengiring Tari Remo adalah gamelan dengan jenis irama atau gendhing jula-juli atau tropongan. 5. Tata Panggung atau DekorasiMenurut sejarah, tarian ini ditampilkan sebagai tarian pembuka pertunjukan ludruk. Oleh karena itu, desain panggung dan dekorasinya seperti pertunjukkan ludruk. Namun saat ini Tarian Remo juga digunakan untuk menyambut tamu-tamu besar sehingga desan panggung menyesuaikan dengan acara yang diselenggarakan. 6. Tata Rias PenariPenari Remo juga memakai riasan wajah pada bagian alis yang dibuat tebal dan bercabang. Kemudian bagian pipi akan diberi warna merah tebal dengan kumis serta jambang yang dibuat dengan pensil alis. Tata rias tersebut bertujuan agar penampilan penari sesuai dengan konsep gerakan serta makna yang ada dalam Tari Remo. Riasan wajah juga meningkatkan penyampaian maksud tarian kepada penonton. Tari Remo Saat IniTarian Remo merupakan salah satu jenis tari tradisional kebanggaan masyarakat Jawa Timur. Bila awalnya tari ini dipentaskan hanya dibeberapa acara besar, saat ini di Jombang dan Surabaya telah diagendakan acara Festival Remo massal sebagai event tahunan. Tujuan utamanya adalah agar kebudayaan tetap lestari sekaligus menarik kunjungan wisatawan. Eksistensi Tari Remo saat ini dalam kondisi baik berkat dukungan pemerintah serta kemauan generasi untuk mempelajari gerakannya. |