Tari nusantara dapat dianalisis dari beberapa segi yaitu salah satunya. . .

You're Reading a Free Preview
Pages 4 to 5 are not shown in this preview.

Ilustrasi seni tari. Foto: Pexels.com

Nilai estetis tari salah satunya tercermin melalui kemampuan dari gerakan tari untuk menimbulkan suatu pengalaman estetis. Menurut Anggiriani Agustin Puspitasari dalam modul Nilai Estetis dalam Tari, istilah estetika atau estetis dapat diartikan sebagai keindahan dan dari keindahan itu akan muncul suatu nilai seni.

Unsur estetis muncul karena ada tanggapan perasaan dari pengamat. Selain itu, estetis terjadi karena terdapat hubungan antara benda (karya tari) dan alam pikiran orang yang mengamati. Setiap gerak tari memiliki nilai estetis yang tak lepas dari pengaruh kebudayaan pada suatu daerah.

Nilai estetis tari merupakan salah satu hal yang perlu diperhatikan dalam mewujudkan suatu karya tari. Menurut buku Seni Budaya untuk Kelas XI oleh Harry Sulasianto dkk., nilai estetis dalam tari dapat dilihat berdasarakan tujuan, fungsi, dan latar belakang budayanya.

Dengan demikian, gerak-gerak yang digunakan tidak terlepas dari faktor-faktor tersebut. Selain itu, nilai estetis tari juga dapat dianalisis melalui hal-hal di bawah ini.

Ilustrasi seorang perempuan menari. Foto: Pexels.com

Nilai Estetis dari Segi Unsur Dasar Tari

Unsur ini terdiri dari gerak, ruang, tenaga, ritme, dan waktu. Begini penjelasannya.

Karena tari identik dengan gerak, maka unsur ini menjadi yang utama di dalamnya. Gerak yang dimaksud meliputi gerak badaniah, seperti gerak tangan, gerak kepala, dan gerak kaki, sehingga gerak dalam tari merupakan bahasa atau pengucapan tari.

Irama berfungsi sebagai pendukung gerakan, pengatur gerak, dan penguat ungkapan gerak.

Gerak lahir karena adanya ruang. Penggunaan ruang dalam tari harus disesuaikan dengan kebutuhan gerak. Jenis dan penggunaan ruang terdiri dari ruang sempit, ruang luas, dan ruang sedang.

Ruang juga dapat diolah berdasarkan arah hadap dan tinggi rendah dari badan dengan berbagai arah, yaitu ke samping, ke depan, ke belakang, ke atas, dan ke bawah badan, serta ke samping kanan dan kiri badan.

Unsur ini sangat diperlukan dalam tari. Suatu gerakan dalam tarian harus didukung oleh penggunaan tenaga yang cukup luas sesuai dengan kebutuhan.

Contohnya, dalam tarian halus diperlukan penggunaan tenaga lemah yang relatif sedikit. Sedangkan pada tarian yang lincah membutuhkan penggunaan tenaga yang sedikit kuat. Sementara itu, untuk tarian gagah diperlukan penggunaan tenaga yang paling kuat.

Penggunaan waktu diperlukan untuk mengatur dinamika tarian. Pada tarian yang halus, misalnya, diperlukan penyelesaian gerak dalam waktu yang lebih lama.

Unsur-unsur di atas merupakan unsur dasar yang harus ada dan dikuasai oleh pelaku tari. Dengan memahami unsur-unsur tari tersebut, penampilan tari di atas panggung akan lebih hidup dan khidmat untuk ditonton.

Nilai Estetis dari Unsur Pokoknya

Unsur ini meliputi wiraha, wirama, dan wirasa. Berikut penjelasannya.

  1. Wiraga: kemampuan penari saat membawakan tarian secara keseluruhan.

  2. Wirama: keahlian penari secara musikal saat menari yang disesuaikan dengan musik tarinya.

  3. Wirasa: kemampuan penari dalam mengekspresikan tarian sesuai dengan konteks dan karakter tarian yang dibawakan.

Dengan demikian, dari penjelasan di atas dapat diketahui bahwa tari memiliki nilai pendidikan yang tercermin pada nilai estetis yang ada di dalamnya.

Ilustrasi tari nusantara. Foto: pixabay

Indonesia merupakan negara yang terkenal akan keberagaman seni dan budayanya. Salah satunya unsur seni yang cukup terkenal adalah tari nusantara.

Tari nusantara adalah tari tradisional yang berasal dari berbagai daerah di penjuru Indonesia. Setiap daerah memiliki ciri khas tarinya sendiri, mulai dari gerak, musik, irama, dan pola tarian.

Meskipun sudah memasuki era modern, eksistensi tari nusantara tidak pernah tergantikan. Bahkan keberadaannya masih terus dilestarikan dan dikembangkan hingga kini.

Bagaimana sejarah tari nusantara dan apa saja jenisnya?

Keberadaan seni tari sebenarnya sudah ada sejak zaman prasejarah. Pada masa itu, tari masih sangat sederhana dan digunakan sebagai bagian dari ritual penyembahan.

Kemudian pada masa Kerajaan Hindhu, seni tari kembali berkembang di Indonesia. Gerakan dan alunan musik seni tari pada masa ini dipengaruhi oleh kebudayaan India. Biasanya tarian digunakan dalam upacara adat dan keagamaan.

Seni tari pada masa Kerajaan Hindhu dibagi menjadi dua jenis, yaitu tari kerajaan dan tari rakyat. Ini karena sistem kasta masih diberlakukan di masa itu.

Kemudian beralih ke masa Kerajaan Islam, seni tari digunakan para wali dan pemuka agama untuk memperkenalkan agama Islam. Beberapa unsur dalam seni tari disesuaikan dengan peradaban masyarakat yang menganut ajaran agama Islam.

Seni tari terus mengalami perkembangan hingga mencapai puncaknya pada masa kemerdekaan Indonesia. Setiap daerah memiliki sanggar tari yang banyak peminatnya.

Kini tari nusantara masih bertahan dan memiliki banyak peminat. Meskipun begitu, pelestarian dan pengembangan seni tari di Indonesia harus terus dipertahankan.

Ilustrasi tari nusantara. Foto: pixabay

Jenis-Jenis Tari Nusantara

Tari nusantara dibedakan menjadi enam jenis, yaitu tari daerah nusantara, tari kerakyatan, tari tradisional klasik, tari kreasi, tari tunggal, dan tari kelompok.

Tari daerah nusantara adalah jenis tarian yang tumbuh dan terus berkembang sesuai dengan kelompok masyarakat pendukungnya. Tari jenis ini memiliki keunikan gerak, penyajian, irama musik, rias wajah, dan busana.

  1. Tari Tradisional Kerakyatan

Tari tradisional kerakyatan adalah jenis tarian yang tumbuh dan berkembang dalam lingkungan masyarakat umum. Biasanya digunakan sebagai tari hiburan.

Ciri khas tarian ini adalah bentuk gerak, irama, ekspresi, dan rias busananya yang sederhana. Penari biasanya menari secara berpasang-pasangan.

Contoh tari tradisional kerakyatan adalah tari jaran kepang atau kuda lumping, tari banyumasan, tari payung, tari lilin, tari saman, dan tari tayuban.

Jenis tari ini dikembangkan oleh kaum bangsawan di istana. Bentuk gerak tarinya baku dan tidak bisa dirubah.

Tari ini biasanya digunakan sebagai bagian dari upacara kerajaan dan adat. Ciri khas tarian ini adalah bentuk gerak, irama, penghayatan, rias wajah, dan busananya yang terkesan lebih estetis dan mewah.

Contoh tari tradisional klasik di antaranya, tari topeng klana, tari bedhaya, tari srimpi, tari sawung, tari beskalan, tari ngremo, tari rejang, tari syang hyang, dan tari pakarena.

Tari kreasi adalah jenis tari baru yang dirangkai dari perpaduan gerak tari tradisional kerakyatan dengan tradisional klasik. Gerak ini berasal dari satu atau berbagai daerah di Indonesia.

Contoh dari tari klasik di antaranya tari oleg, tari tambulingin, tari tenun, tari wiranata, tari panji, tari semirang, tari kijang, tari angsa, tari kupu-kupu, tari merak, tari pattenung, tari pandedang, tari bosara, dan tari lebonna.

Tari tunggal merupakan jenis tarian yang dibawakan secara individu atau sendiri, baik laki-laki ataupun perempuan. Penari memiliki tanggung jawab pribadi untuk menghafal gerakan dan formasi dari awal sampai akhir pementasan. Contoh tari tunggal di antaranya tari panji semirang, tari golek, dan tari topeng.

Tari kelompok adalah jenis tarian yang diperagakan oleh tiga orang atau lebih. Karena dibawakan bersama, tarian ini memerlukan kerja sama tim yang bagus. Contoh tari kelompok di antaranya tari bedhaya semang, tari bedaya ketawang, tari lawung, tari serimpi, dan tari kecak.