Surat al-an'am ayat 127 menjelaskan tentang surga

Tafsir Surat Al An’am Ayat 127-128 membahas mengenai keselamatan dan kebahagiaan yang dianugerahkan kepada orang-orang yang yang terpilih. Yaitu orang-orang yang terbuka hatinya menerima risalah Nabi Muhammad saw. sebagaimana sempat disinggung pada pembahasan yang lalu.

Baca sebelumnya: Tafsir Surat Al An’am Ayat 124-126

Tidak hanya anugerah di akhirat saja, ketika di dunia pun Allah swt mencukupkan balasan yang baik terhadap perbuatan mereka, memberikan pentunjuk dan taufik untuk beramal baik. Setelah itu Tafsir Surat Al An’am Ayat 127-128 berbicara mengenai hari kiamat. Pada hari itu orang-orang kafir menyesali perbuatannya ketika di dunia dan saling menyalahkan saatu sama lain.

Ayat 127

Bagi mereka yang menempuh jalan yang lurus disediakan Darussalam (surga) di sisi Tuhan. Mereka hidup mengikuti pedoman para nabi yang memberi petunjuk kepada mereka sehingga mereka terhindar dari jalan-jalan yang bengkok dan akhirnya sampailah mereka ke Darussalam.

Allah memimpin mereka dan mencukupkan balasan bagi setiap perbuatan yang mereka kerjakan di dunia. Allah memberi petunjuk kepada mereka selama di dunia dan memberi taufik untuk melakukan amal kebajikan, sehingga mereka memperoleh pahalanya, dan diizinkan untuk memasuki surga-Nya semata-mata atas karunia-Nya.

Ayat 128

Pada hari Kiamat nanti, seluruh umat manusia dan jin akan dikumpulkan di Padang Mahsyar, lalu Allah berfirman kepada mereka untuk mencela perbuatan jin yang telah mempengaruhi manusia dan mengajak mereka kepada kesesatan, sebagaimana dijelaskan dalam firman Allah:

اَلَمْ اَعْهَدْ اِلَيْكُمْ يٰبَنِيْٓ اٰدَمَ اَنْ لَّا تَعْبُدُوا الشَّيْطٰنَۚ اِنَّهٗ لَكُمْ عَدُوٌّ مُّبِيْنٌ   ٦٠

وَاَنِ اعْبُدُوْنِيْ ۗهٰذَا صِرَاطٌ مُّسْتَقِيْمٌ   ٦١

وَلَقَدْ اَضَلَّ مِنْكُمْ جِبِلًّا كَثِيْرًا ۗاَفَلَمْ تَكُوْنُوْا تَعْقِلُوْنَ   ٦٢

Bukankah Aku telah memerintahkan kepadamu wahai anak cucu Adam agar kamu tidak menyembah setan? Sungguh, setan itu musuh yang nyata bagi kamu,dan hendaklah kamu menyembah-Ku. Inilah jalan yang lurus. Dan sungguh, ia (setan itu) telah menyesatkan sebagian besar di antara kamu. Maka apakah kamu tidak mengerti? (Yasin/36: 60-62)

Semua orang yang mengikuti ajaran jin dan setan akan dikumpulkan bersama-sama. Semua orang yang mukalaf akan dihimpun bersama para pengikutnya, baik dalam segi kebenaran maupun kejahatan. Lalu berkatalah orang-orang yang menjadi pengikut jin itu sebagai jawaban mereka kepada Allah:

“Ya Tuhan kami, masing-masing di antara kami telah merasakan kenikmatan dari pihak lainnya. Jin-jin itu mendapatkan kenikmatan karena mereka telah berhasil menyesatkan kami dengan bujukan-bujukan dan mengikuti kehendak hawa nafsu, sebaliknya kami pun merasa senang mengikuti mereka dan mendengarkan bisikan-bisikan mereka. Kami merasa leluasa bergelimang kelezatan di dunia.”

Dalam ayat ini, Allah memberikan petunjuk bahwa setiap manusia senantiasa didampingi setan yang berusaha untuk membujuknya dengan bisikan yang mengajaknya kepada kefasikan dan kedurhakaan kepada Allah, sehingga ia tidak menyadari, bahwa hal itu adalah tipu daya dari setan tersebut.

Makhluk halus itu selalu berusaha untuk menyesatkan manusia kepada lembah kebatilan dan kejahatan, sebagaimana kuman-kuman yang selalu berusaha untuk menimbulkan bermacam-macam penyakit dalam tubuh manusia atau hewan.

Kuman-kuman itu mengetahui jalannya untuk memasuki tubuh manusia atau binatang dari lubang-lubang yang halus. Demikian pula setan mengetahui jalan untuk memasuki hati manusia, sehingga manusia jatuh ke lembah kesesatan tanpa disadarinya.

Apabila ada kuman yang berhasil menyelinap ke dalam tubuh manusia dan menyebabkan timbulnya penyakit, maka manusia yang lebih halus sifatnya, dapat dimasuki pengaruh makhluk-makhluk halus, yaitu jin dan setan, yang dapat menjerumuskan kepada penyakit-penyakit rohani manusia.

Orang-orang yang menjadi pengikut jin dan setan berkata, dengan penuh kesedihan dan penyesalan, “Ya Tuhan, kami telah sampai kepada waktu yang telah Engkau tentukan bagi kami, setelah kami menerima kelezatan duniawi karena mengikuti ajakan jin dan setan dan kami telah mengakui dosa-dosa kami, maka kami berserah diri kepada-Mu untuk menerima hukuman-Mu yang seadil-adilnya.”

Baca juga: Jejak Qiraat Imam Nafi’ dalam Manuskrip Al-Quran Keraton Kacirebonan

Perkataan mereka memperlihatkan penyesalan dan keterlanjuran mereka dalam mengikuti hawa nafsu dan sekarang mereka berserah diri kepada Allah yang mengetahui segala perbuatan mereka.

Dalam ayat ini tidak disebutkan bagaimana jawaban jin dan alasan setan yang membawa mereka kepada kesesatan itu, tetapi dijelaskan dalam firman Allah yang lain yang menunjukkan bahwa setan, jin dan manusia yang menjadi korban hasutan mereka saling bertikai melepas tanggungjawab dan saling mengutuk satu sama lain:

ثُمَّ يَوْمَ الْقِيٰمَةِ يَكْفُرُ بَعْضُكُمْ بِبَعْضٍ وَّيَلْعَنُ بَعْضُكُمْ بَعْضًا ۖوَّمَأْوٰىكُمُ النَّارُ وَمَا لَكُمْ مِّنْ نّٰصِرِيْنَ

“… kemudian pada hari Kiamat sebagian kamu akan saling mengingkari dan saling mengutuk; dan tempat kembalimu ialah neraka, dan sama sekali tidak ada penolong bagimu.” (al-Ankabµt/29: 25)

Sebagai jawaban atas keluhan mereka itu Allah berfirman, “Neraka itulah tempat kamu berdiam sedang kamu kekal di dalamnya, kecuali Tuhan menghendaki yang lainnya.” Segala sesuatu berada di bawah kehendak dan pilihan-Nya, dan tidak ada yang mengetahui kehendak-Nya selain Dia sendiri. Dialah Tuhan Yang Mahabijaksana dan Maha Mengetahui.

Ibnu Abbas memahami ayat di atas, bahwa siapapun tidak patut turut campur dalam menentukan nasib seorang hamba Allah, apakah dia akan dimasukkan ke surga atau ke neraka. Semuanya berada di bawah kekuasaan dan kehendak Allah.

Baca setelahnya: Tafsir Surat Al An’am Ayat 129

(Tafsir Kemenag)

Ke ayat 123456789101112131415161718192021222324252627282930313233343536373839404142434445464748495051525354555657585960616263646566676869707172737475767778798081828384858687888990919293949596979899100101102103104105106107108109110111112113114115116117118119120121122123124125126127128129130131132133134135136137138139140141142143144145146147148149150151152153154155156157158159160161162163164165

۞ لَهُمْ دَارُ السَّلٰمِ عِنْدَ رَبِّهِمْ وَهُوَ وَلِيُّهُمْ بِمَا كَانُوْا يَعْمَلُوْنَ 127

Bagi mereka (disediakan) tempat yang damai (surga) di sisi Tuhannya. Dan Dialah pelindung mereka karena amal kebajikan yang mereka kerjakan.

Bagi mereka yang menempuh jalan yang lurus disediakan Darussalam (surga) di sisi Tuhan. Mereka hidup mengikuti pedoman para nabi yang memberi petunjuk kepada mereka sehingga mereka terhindar dari jalan-jalan yang bengkok dan akhirnya sampailah mereka ke Darussalam. Allah memimpin mereka dan mencukupkan balasan bagi setiap perbuatan yang mereka kerjakan di dunia. Allah memberi petunjuk kepada mereka selama di dunia dan memberi taufik untuk melakukan amal kebajikan, sehingga mereka memperoleh pahalanya, dan diizinkan untuk memasuki surga-Nya semata-mata atas karunia-Nya.

Sumber:
Aplikasi Quran Kementrian Agama Republik Indonesia


Page 2

Ke ayat 123456789101112131415161718192021222324252627282930313233343536373839404142434445464748495051525354555657585960616263646566676869707172737475767778798081828384858687888990919293949596979899100101102103104105106107108109110111112113114115116117118119120121122123124125126127128129130131132133134135136137138139140141142143144145146147148149150151152153154155156157158159160161162163164165

وَيَوْمَ يَحْشُرُهُمْ جَمِيْعًاۚ يٰمَعْشَرَ الْجِنِّ قَدِ اسْتَكْثَرْتُمْ مِّنَ الْاِنْسِ ۚوَقَالَ اَوْلِيَاۤؤُهُمْ مِّنَ الْاِنْسِ رَبَّنَا اسْتَمْتَعَ بَعْضُنَا بِبَعْضٍ وَّبَلَغْنَآ اَجَلَنَا الَّذِيْٓ اَجَّلْتَ لَنَا ۗقَالَ النَّارُ مَثْوٰىكُمْ خٰلِدِيْنَ فِيْهَآ اِلَّا مَا شَاۤءَ اللّٰهُ ۗاِنَّ رَبَّكَ حَكِيْمٌ عَلِيْمٌ 128

Dan (ingatlah) pada hari ketika Dia mengumpulkan mereka semua (dan Allah berfirman), “Wahai golongan jin! Kamu telah banyak (menyesatkan) manusia.” Dan kawan-kawan mereka dari golongan manusia berkata, “Ya Tuhan, kami telah saling mendapatkan kesenangan dan sekarang waktu yang telah Engkau tentukan buat kami telah datang.” Allah berfirman, “Nerakalah tempat kamu selama-lamanya, kecuali jika Allah menghendaki lain.” Sungguh, Tuhanmu Mahabijaksana, Maha Mengetahui.

Pada hari Kiamat nanti, seluruh umat manusia dan jin akan dikumpulkan di Padang Mahsyar, lalu Allah berfirman kepada mereka untuk mencela perbuatan jin yang telah mempengaruhi manusia dan mengajak mereka kepada kesesatan, sebagaimana dijelaskan dalam firman Allah: Bukankah Aku telah memerintahkan kepadamu wahai anak cucu Adam agar kamu tidak menyembah setan? Sungguh, setan itu musuh yang nyata bagi kamu,dan hendaklah kamu menyembah-Ku. Inilah jalan yang lurus. Dan sungguh, ia (setan itu) telah menyesatkan sebagian besar di antara kamu. Maka apakah kamu tidak mengerti? (Yasin/36: 60-62)Semua orang yang mengikuti ajaran jin dan setan akan dikumpulkan bersama-sama. Semua orang yang mukallaf akan dihimpun bersama para pengikutnya, baik dalam segi kebenaran maupun kejahatan. Lalu berkatalah orang-orang yang menjadi pengikut jin itu sebagai jawaban mereka kepada Allah, "Ya Tuhan kami, masing-masing di antara kami telah merasakan kenikmatan dari pihak lainnya. Jin-jin itu mendapatkan kenikmatan karena mereka telah berhasil menyesatkan kami dengan bujukan-bujukan dan mengikuti kehendak hawa nafsu, sebaliknya kamipun merasa senang mengikuti mereka dan mendengarkan bisikan-bisikan mereka. Kami merasa leluasa bergelimang kelezatan di dunia."Dalam ayat ini, Allah memberikan petunjuk bahwa setiap manusia senantiasa didampingi setan yang berusaha untuk membujuknya dengan bisikan yang mengajaknya kepada kefasikan dan kedurhakaan kepada Allah, sehingga ia tidak menyadari, bahwa hal itu adalah tipu daya dari setan tersebut. Makhluk halus itu selalu berusaha untuk menyesatkan manusia kepada lembah kebatilan dan kejahatan, sebagaimana kuman-kuman yang selalu berusaha untuk menimbulkan bermacam-macam penyakit dalam tubuh manusia atau hewan. Kuman-kuman itu mengetahui jalannya untuk memasuki tubuh manusia atau binatang dari lubang-lubang yang halus. Demikian pula setan mengetahui jalan untuk memasuki hati manusia, sehingga manusia jatuh ke lembah kesesatan tanpa disadarinya.Apabila ada kuman yang berhasil menyelinap ke dalam tubuh manusia dan menyebabkan timbulnya penyakit, maka manusia yang lebih halus sifatnya, dapat dimasuki pengaruh makhluk-makhluk halus, yaitu jin dan setan, yang dapat menjerumuskan kepada penyakit-penyakit rohani manusia.Orang-orang yang menjadi pengikut jin dan setan berkata, dengan penuh kesedihan dan penyesalan, "Ya Tuhan, kami telah sampai kepada waktu yang telah Engkau tentukan bagi kami, setelah kami menerima kelezatan duniawi karena mengikuti ajakan jin dan setan dan kami telah mengakui dosa-dosa kami, maka kami berserah diri kepada-Mu untuk menerima hukuman-Mu yang seadil-adilnya."Perkataan mereka memperlihatkan penyesalan dan keterlanjuran mereka dalam mengikuti hawa nafsu dan sekarang mereka berserah diri kepada Allah yang mengetahui segala perbuatan mereka. Dalam ayat ini tidak disebutkan bagaimana jawaban jin dan alasan setan yang membawa mereka kepada kesesatan itu, tetapi dijelaskan dalam firman Allah yang lain yang menunjukkan bahwa setan, jin dan manusia yang menjadi korban hasutan mereka saling bertikai melepas tanggungjawab dan saling mengutuk satu sama lain: "¦ kemudian pada hari Kiamat sebagian kamu akan saling mengingkari dan saling mengutuk; dan tempat kembalimu ialah neraka, dan sama sekali tidak ada penolong bagimu." (al-'Ankabut/29: 25) Sebagai jawaban atas keluhan mereka itu Allah berfirman, "Neraka itulah tempat kamu berdiam sedang kamu kekal di dalamnya, kecuali Tuhan menghendaki yang lainnya." Segala sesuatu berada di bawah kehendak dan pilihan-Nya, dan tidak ada yang mengetahui kehendak-Nya selain Dia sendiri. Dialah Tuhan Yang Mahabijaksana dan Maha Mengetahui.

Ibnu 'Abbas memahami ayat di atas, bahwa siapapun tidak patut turut campur dalam menentukan nasib seorang hamba Allah, apakah dia akan dimasukkan ke surga atau ke neraka. Semuanya berada di bawah kekuasaan dan kehendak Allah.

Sumber:
Aplikasi Quran Kementrian Agama Republik Indonesia


Page 3

Ke ayat 123456789101112131415161718192021222324252627282930313233343536373839404142434445464748495051525354555657585960616263646566676869707172737475767778798081828384858687888990919293949596979899100101102103104105106107108109110111112113114115116117118119120121122123124125126127128129130131132133134135136137138139140141142143144145146147148149150151152153154155156157158159160161162163164165

وَكَذٰلِكَ نُوَلِّيْ بَعْضَ الظّٰلِمِيْنَ بَعْضًاۢ بِمَا كَانُوْا يَكْسِبُوْنَ ࣖ 129

Dan demikianlah Kami jadikan sebagian orang-orang zalim berteman dengan sesamanya, sesuai dengan apa yang mereka kerjakan.

Pada ayat ini ditegaskan bahwa hidup berkelompok antara orang yang sama tujuan, cita-cita dan kepentingannya terutama dalam hal yang jahat dan menyesatkan telah menjadi kebiasaan dari sebagian makhluk hidup, tidak ada bedanya antara jin dan manusia. Mereka selalu tolong menolong dan bantu membantu dalam berbagai usaha dan upaya agar keinginan dan usaha mereka terpenuhi sesuai dengan rencana mereka. Mereka tidak segan-segan melakukan tindak kekerasan, kezaliman dan penganiayaan serupa dan tidak menghiraukan norma-norma kemanusiaan, keadilan, dan sifat kasih sayang, asal mereka dapat memenuhi nafsu mereka dalam menikmati kehidupan dunia ini dengan sepuas-puasnya. Hal ini dapat dibuktikan dari berbagai peristiwa dalam sejarah sejak zaman dahulu kala sampai sekarang ini. Betapa banyak nabi dan rasul pembawa kebenaran, penyeru kepada akidah tauhid, mendapat tantangan yang hebat dan keras dari penyembah berhala dan pembela kebatilan dan kesesatan karena para nabi dan rasul itu tetap dalam pendiriannya, mantap dalam dakwahnya sehingga Allah memberi hukuman kaumnya yang sesat dan durhaka seperti kaum 'Ad dan samud. Betapa banyak bangsa-bangsa yang merasa dirinya kuat dan perkasa dengan terang-terangan merampas hak bangsa-bangsa yang lemah tanpa memperdulikan rasa keadilan dan perikemanusiaan. Tetapi bangsa yang tertindas dan terjajah itu tidak tinggal diam, mereka berjuang dengan berbagai cara untuk merebut kembali kemerdekaannya. Memang telah menjadi sunatullah bahwa kebenaran pasti menang selama kebenaran itu tetap dibela dan diperjuangkan.Allah berfirman: Dan katakanlah, "Kebenaran telah datang dan yang batil telah lenyap." Sungguh, yang batil itu pasti lenyap. (al-Isra'/17: 81)Allah tidak menyuruh manusia atau jin bersatu dan berkelompok untuk berbuat kejahatan, melakukan yang batil dan berbuat yang mungkar, tetapi hal ini adalah tabiat manusia dan masyarakat sendiri, mereka lebih tertarik untuk bergabung dan bertolong-tolongan dengan kelompok yang sama arah dan tujuan hidupnya, walaupun hal itu ditujukan untuk melakukan kezaliman dan bertindak sewenang-wenang terhadap masyarakat yang lain. Allah berfirman: Orang-orang munafik laki-laki dan perempuan, satu dengan yang lain adalah (sama), mereka menyuruh (berbuat) yang mungkar dan mencegah (perbuatan) yang makruf dan mereka menggenggamkan tangannya (kikir). Mereka telah melupakan kepada Allah, maka Allah melupakan mereka (pula). Sesungguhnya orang-orang munafik itulah orang-orang yang fasik. (at-Taubah/9: 67)Dalam menafsirkan ayat ini, Qatadah berkata, "Sesungguhnya Allah menjadikan manusia berteman akrab karena masing-masing memiliki kecenderungan yang sama; seorang mukmin adalah wali (teman akrab) bagi orang mukmin lain, kapan dan dimana dia berada. Seorang kafir adalah wali orang kafir lainnya, kapan dan di manapun ia berada. Iman itu bukan hanya dengan angan-angan dan bukan pula hanya berupa simbol atau tanda. Demi Allah yang memiliki umurku! Bila engkau berbuat taat kepada Allah, sedang engkau tidak mengenal seorang pun diantara orang yang taat kepada-Nya, maka hal itu tidak membahayakan kepadamu. Dan bila engkau berbuat durhaka dan maksiat yang dilarang Allah sedang engkau berteman akrab dengan orang yang taat dan takwa kepada-Nya, maka hal itu tidak akan berguna sedikit pun bagimu."Abu Syaikh meriwayatkan dari Mansur bin Abi al-Aswad ia berkata, "Aku bertanya kepada al-A'masy tentang maksud ayat 129 ini: 'Apakah yang engkau dengar dari para sahabat dan ulama tabi'in?" Al-A'masy menjawab, "Aku dengar mereka berkata, "Apabila akhlak manusia telah rusak, maka mereka akan mudah diperintah oleh manusia-manusia yang jahat." Allah berfirman: Dan jika Kami hendak membinasakan suatu negeri, maka Kami perintahkan kepada orang yang hidup mewah di negeri itu (agar menaati Allah), tetapi bila mereka melakukan kedurhakaan di dalam (negeri) itu, maka sepantasnya berlakulah terhadapnya perkataan (hukuman Kami), kemudian Kami binasakan sama sekali (negeri itu). (al-Isra'/17: 16)Di pihak lain, orang-orang mukmin bersatu dan memiliki pemimpin dan orang kepercayaan yang terdiri dari orang-orang yang baik, jujur dan bertakwa kepada Allah.Firman Allah:

Dan orang-orang yang beriman, laki-laki dan perempuan, sebagian mereka menjadi penolong bagi sebagian yang lain. Mereka menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar, melaksanakan salat, menunaikan zakat, dan taat kepada Allah dan Rasul-Nya. Mereka akan diberi rahmat oleh Allah. Sungguh, Allah Mahaperkasa, Mahabijaksana. (at-Taubah/9: 71)

Sumber:
Aplikasi Quran Kementrian Agama Republik Indonesia


Page 4

Ke ayat 123456789101112131415161718192021222324252627282930313233343536373839404142434445464748495051525354555657585960616263646566676869707172737475767778798081828384858687888990919293949596979899100101102103104105106107108109110111112113114115116117118119120121122123124125126127128129130131132133134135136137138139140141142143144145146147148149150151152153154155156157158159160161162163164165

يٰمَعْشَرَ الْجِنِّ وَالْاِنْسِ اَلَمْ يَأْتِكُمْ رُسُلٌ مِّنْكُمْ يَقُصُّوْنَ عَلَيْكُمْ اٰيٰتِيْ وَيُنْذِرُوْنَكُمْ لِقَاۤءَ يَوْمِكُمْ هٰذَاۗ قَالُوْا شَهِدْنَا عَلٰٓى اَنْفُسِنَا وَغَرَّتْهُمُ الْحَيٰوةُ الدُّنْيَا وَشَهِدُوْا عَلٰٓى اَنْفُسِهِمْ اَنَّهُمْ كَانُوْا كٰفِرِيْنَ 130

Wahai golongan jin dan manusia! Bukankah sudah datang kepadamu rasul-rasul dari kalanganmu sendiri, mereka menyampaikan ayat-ayat-Ku kepadamu dan memperingatkanmu tentang pertemuan pada hari ini? Mereka menjawab, “(Ya), kami menjadi saksi atas diri kami sendiri.” Tetapi mereka tertipu oleh kehidupan dunia dan mereka telah menjadi saksi atas diri mereka sendiri, bahwa mereka adalah orang-orang kafir.

Di akhirat nanti, kepada semua jin dan manusia yang durhaka, yang tidak mengikuti ajaran rasul dan tidak mengindahkan larangan Allah yang disampaikan rasul kepada mereka sehingga mereka berbuat sewenang-wenang di bumi, akan dikemukakan kepadanya pertanyaan, "Apakah tidak datang kepadamu rasul-rasul Kami, memperingatkan kamu dan memberi petunjuk yang benar agar kamu tidak tersesat dan tidak melakukan perbuatan-perbuatan yang bertentangan dengan ajaran Kami? Mereka tidak berdaya menjawabnya, dan mereka menyesali segala yang mereka perbuat semasa di dunia, dan dengan menundukkan kepala mereka mengakui kesalahan-kesalahan mereka seraya menjawab, "Kami mengakui bahwa Rasul Allah telah datang kepada kami dan telah memberikan peringatan dan ajaran-ajaran yang baik yang seharusnya kami perhatikan dan kami ikuti dengan patuh dan taat, tetapi kami tidak mengindahkannya, bahkan kami mendustakan mereka dan memperolok-olok seruan mereka."Allah berfirman: Mereka menjawab, "Benar, sungguh, seorang pemberi peringatan telah datang kepada kami, tetapi kami mendustakan(nya) dan kami katakan, "Allah tidak menurunkan sesuatu apa pun, kamu sebenarnya di dalam kesesatan yang besar." (al-Mulk/67: 9)Mereka telah ditipu dan diperdaya oleh kehidupan dunia dan mereka silau oleh harta, wanita, pangkat dan kedudukan, sehingga hati mereka menjadi beku, mata mereka menjadi buta, tidak dapat lagi membedakan mana yang baik, dan mana yang buruk. Mereka tidak dapat lagi melihat cahaya ajaran Ilahi yang akan membawa mereka kepada kebahagiaan dunia dan akhirat. Para rasul itu telah membacakan kepada mereka ayat-ayat yang diturunkan Allah dan telah memperingatkan mereka bahwa di akhirat nanti akan ada hari pembalasan di mana orang-orang yang berbuat baik akan masuk surga dan orang-orang yang ingkar akan disiksa dalam neraka. Di kala itulah mereka mengaku terus terang bahwa mereka dahulu (di dunia) memang ingkar dan kafir, mendustakan rasul-rasul dan tidak percaya dengan adanya hari akhirat.Mengenai rasul-rasul yang diutus itu, apakah mereka terdiri dari manusia ataukah ada pula rasul-rasul dari jin yang diutus kepada umatnya? Jumhur ulama berpendapat bahwa rasul-rasul itu semuanya terdiri dari manusia, tetapi bertugas untuk menyampaikan dakwah kepada jin dan manusia, tidak ada rasul-rasul dari kalangan jin. Al-Qur'an dan hadis-hadis sahih menunjukkan bahwa Nabi Muhammad juga diutus kepada jin seperti tersebut dalam ayat berikut:

Dan (ingatlah) ketika Kami hadapkan kepadamu (Muhammad) serombongan jin yang mendengarkan (bacaan) Al-Qur'an, maka ketika mereka menghadiri (pembacaan)nya mereka berkata, "Diamlah kamu (untuk mendengarkannya)!" Maka ketika telah selesai mereka kembali kepada kaumnya (untuk) memberi peringatan. Mereka berkata, "Wahai kaum kami! Sungguh, kami telah mendengarkan Kitab (Al-Qur'an) yang diturunkan setelah Musa, membenarkan (kitab-kitab) yang datang sebelumnya, membimbing kepada kebenaran dan kepada jalan yang lurus." (al-Ahqaf/46: 29-30)

Sumber:
Aplikasi Quran Kementrian Agama Republik Indonesia


Page 5

Ke ayat 123456789101112131415161718192021222324252627282930313233343536373839404142434445464748495051525354555657585960616263646566676869707172737475767778798081828384858687888990919293949596979899100101102103104105106107108109110111112113114115116117118119120121122123124125126127128129130131132133134135136137138139140141142143144145146147148149150151152153154155156157158159160161162163164165

ذٰلِكَ اَنْ لَّمْ يَكُنْ رَّبُّكَ مُهْلِكَ الْقُرٰى بِظُلْمٍ وَّاَهْلُهَا غٰفِلُوْنَ 131

Demikianlah (para rasul diutus) karena Tuhanmu tidak akan membinasakan suatu negeri secara zalim, sedang penduduknya dalam keadaan lengah (belum tahu).

Pada ayat ini Allah telah menjelaskan sunah dan ketetapan-Nya sesuai dengan hikmah kebijaksanaan dan keadilan-Nya, apabila Allah hendak membinasakan suatu umat karena kedurhakaan dan kezalimannya, terlebih dahulu Allah mengutus seorang rasul yang akan memberi peringatan kepada mereka. Allah tidak akan menurunkan azab dan siksa-Nya kepada suatu umat yang dalam keadaan lalai dan terlena sebelum mengirim rasul-Nya kepada mereka yang memberi tuntunan dan petunjuk, yang akan memperingatkan dan menimbulkan kesadaran dalam hati mereka bahwa mereka benar-benar telah sesat dari jalan yang lurus dan telah melakukan perbuatan-perbuatan tercela yang bertentangan dengan keadilan dan perikemanusiaan.Siksaan yang diturunkan Allah kepada hamba-Nya yang durhaka kepada rasul yang memberi peringatan kepada mereka, misalnya memusnahkan mereka seperti yang pernah terjadi pada kaum 'Ad dan tsamud; atau siksaan yang menghinakan mereka dengan cara mengusir dan mencerai beraikan mereka, seperti yang diderita oleh Bani Israil; ada pula siksaan yang menghancurkan kekuatan mereka, seperti yang diderita oleh kaum musyrikin Mekah. Sesudah Nabi Muhammad diutus Allah kepada semua umat manusia, siksaan yang menghancurkan dan memusnahkan itu tidak ada lagi. Adapun malapetaka yang terjadi, seperti gempa, topan, banjir dan sebagainya, adalah cobaan dan ujian bagi umat manusia agar mereka insaf dan sadar akan kekuasaan Allah dan agar mereka selalu ingat kepada-Nya, dan tidak berpaling dari petunjuk dan ajaran yang diturunkan-Nya dengan perantara rasul-Nya.

Allah sekali-kali tidak akan menganiaya hamba-Nya, tetapi merekalah yang menganiaya diri sendiri dengan melakukan perbuatan yang bertentangan dengan sunatullah dan melanggar norma-norma yang telah diberikan-Nya untuk kebahagiaan manusia di dunia dan akhirat. Mungkin ada beberapa umat yang nampaknya kuat dan jaya padahal umat itu telah berpaling dari norma-norma keadilan dan perikemanusiaan, bahkan ada yang mengingkari kekuasaan Allah dan menganggap agama sebagai racun yang membunuh manusia. Hal itu adalah istidraj dari Allah yang membiarkan mereka tenggelam dalam paham kebendaan, sombong dan takabur atas hasil yang mereka capai. Namun akhirnya mereka akan mengalami nasib seperti orang yang sombong dan takabur. Terserah kepada manusia itu sendiri apakah ia akan menjadi orang yang beriman, mematuhi dan menjalankan semua aturan dan ajaran yang diturunkan-Nya dengan perantaraan rasul-Nya, sehingga dia hidup berbahagia jasmani dan rohaninya, ataukah dia akan menganggap dirinya lebih berkuasa atau lebih pintar serta menganggap ajaran-ajaran agama itu sudah ketinggalan zaman. Manusia bebas berpikir, berbuat dan menetapkan sesuatu menurut kehendaknya dan akhirnya akan terombang-ambing antara teori-teori yang terus berubah dan tidak tentu ujung pangkalnya serta terjerumus ke jurang kehancuran, keonaran dan kerusakan. Allah telah membentangkan di hadapan manusia jalan yang baik dan jalan yang buruk; diserahkan kepada manusia untuk memilihnya, jalan mana yang akan ditempuhnya.

Sumber:
Aplikasi Quran Kementrian Agama Republik Indonesia


Page 6

Ke ayat 123456789101112131415161718192021222324252627282930313233343536373839404142434445464748495051525354555657585960616263646566676869707172737475767778798081828384858687888990919293949596979899100101102103104105106107108109110111112113114115116117118119120121122123124125126127128129130131132133134135136137138139140141142143144145146147148149150151152153154155156157158159160161162163164165

وَلِكُلٍّ دَرَجٰتٌ مِّمَّا عَمِلُوْاۗ وَمَا رَبُّكَ بِغَافِلٍ عَمَّا يَعْمَلُوْنَ 132

Dan masing-masing orang ada tingkatannya, (sesuai) dengan apa yang mereka kerjakan. Dan Tuhanmu tidak lengah terhadap apa yang mereka kerjakan.

Pada ayat ini Allah menerangkan bahwa masing-masing jin dan manusia yang telah mendapatkan seruan rasul, akan mendapat derajat dan tingkatan yang sesuai dengan amal perbuatannya. Orang yang beriman, yang bertakwa dan mengerjakan amal saleh, akan mendapat derajat dan tingkatnya sesuai dengan tebalnya iman, kuatnya takwa dan banyaknya amal saleh yang dikerjakan seperti derajat para nabi, shiddiqin (orang-orang yang benar keyakinannya dalam hidup mereka), syuhada' (para kesatria dan pahlawan) dan shalihin (orang-orang yang saleh), sebagaimana disebutkan dalam firman Allah: Dan barang siapa menaati Allah dan Rasul (Muhammad), maka mereka itu akan bersama-sama dengan orang yang diberikan nikmat oleh Allah, (yaitu) para nabi, para pecinta kebenaran, orang-orang yang mati syahid dan orang-orang saleh. Mereka itulah teman yang sebaik-baiknya. (an-Nisa'/4: 69)Sebaliknya orang-orang kafir, munafik dan ingkar yang banyak melakukan kejahatan, akan menempati tingkat yang rendah yang paling bawah, sesuai dengan usaha dan pekerjaan mereka masing-masing; seperti orang munafik tempatnya adalah di dalam neraka yang paling bawah, sebagai tersebut dalam firman Allah: Sungguh, orang-orang munafik itu (ditempatkan) pada tingkatan yang paling bawah dari neraka. Dan kamu tidak akan mendapat seorang penolong pun bagi mereka.(an-Nisa'/4: 145)

Allah sekali-kali tidak lengah terhadap apa yang dikerjakan oleh jin dan manusia. Semua pekerjaannya, baik yang kecil maupun yang besar, yang buruk atau yang baik, akan dicatat dan mereka akan mendapat balasannya. Kejahatan akan dibalas dengan siksaan yang setimpal dan kebaikan akan dibalas dengan pahala yang berlipat ganda.

Sumber:
Aplikasi Quran Kementrian Agama Republik Indonesia


Page 7

Ke ayat 123456789101112131415161718192021222324252627282930313233343536373839404142434445464748495051525354555657585960616263646566676869707172737475767778798081828384858687888990919293949596979899100101102103104105106107108109110111112113114115116117118119120121122123124125126127128129130131132133134135136137138139140141142143144145146147148149150151152153154155156157158159160161162163164165

وَرَبُّكَ الْغَنِيُّ ذُو الرَّحْمَةِ ۗاِنْ يَّشَأْ يُذْهِبْكُمْ وَيَسْتَخْلِفْ مِنْۢ بَعْدِكُمْ مَّا يَشَاۤءُ كَمَآ اَنْشَاَكُمْ مِّنْ ذُرِّيَّةِ قَوْمٍ اٰخَرِيْنَ 133

Dan Tuhanmu Mahakaya, penuh rahmat. Jika Dia menghendaki, Dia akan memusnahkan kamu dan setelah kamu (musnah) akan Dia ganti dengan yang Dia kehendaki, sebagaimana Dia menjadikan kamu dari keturunan golongan lain.

Ayat ini menegaskan bahwa Allah Mahakaya dan Mahaluas rahmat-Nya dan tidak memerlukan apa dan siapa pun; tetapi semua yang selain Allah membutuhkan bantuan dan pertolongan-Nya, baik keberadaannya maupun dalam kehidupannya. Bagaimanapun banyaknya kekayaan seorang manusia namun ia masih memerlukan pertolongan orang lain, misalnya pertolongan dari pembantu-pembantunya, buruhnya, dokternya, dan sebagainya. Ia pasti tetap memerlukan pertolongan Allah, Penciptanya dan Pencipta semua keperluan dan kebutuhan hidupnya, Allah berfirman: Wahai manusia! Kamulah yang memerlukan Allah; dan Allah Dialah Yang Mahakaya (tidak memerlukan sesuatu), Maha Terpuji. (Fathir/35: 15)Hal ini dijelaskan oleh sebuah hadis Qudsy yang diriwayatkan oleh Abu dzar dari Nabi saw; beliau menerima wahyu dari Tuhan sebagai berikut: Artinya: Hai hamba-hamba-Ku, Aku mengharamkan terhadap diriku berbuat zalim, dan Aku jadikan perbuatan zalim itu haram pula di antara kamu, maka janganlah kamu melakukan kezaliman terhadap sesamamu. Hai hamba-hamba-Ku, semua kamu berada dalam kesesatan kecuali orang-orang yang telah Aku beri petunjuk, maka mintalah selalu petunjuk-Ku tentu Aku akan menunjukimu. Hai hamba-hamba-Ku, semua kamu lapar kecuali orang-orang yang Aku beri makanan maka mintalah kepada-Ku makanan niscaya Aku akan memberimu makanan. Hai hamba-hamba-Ku, kamu semua dalam keadaan telanjang kecuali orang-orang yang telah Aku beri pakaian, maka mintalah kepada-Ku niscaya akan Aku berikan pakaian. Hai hamba-hamba-Ku, kamu senantiasa melakukan kesalahan pada siang dan malam sedang Aku mengampuni semua dosa, maka mintalah ampun kepada-Ku, niscaya Aku akan mengampuni. Hai hamba-hambaKu, kamu sekali-kali tidak akan memberi mudarat kepada-Ku sehingga Aku mendapat mudarat karenamu dan kamu sekali-kali tidak akan memberikan manfaat kepada-Ku, sehingga Aku mendapat manfaat karenamu. Hai hamba-hamba-Ku, andaikata orang-orang dahulu, orang-orang yang kemudian, manusia dan jin semuanya sangat bertakwa kepada-Ku, maka hal itu tidak akan menambah apa-apa kepada kerajaan-Ku. Hai hamba-hamba-Ku, sekiranya orang-orang dahulu, orang-orang yang kemudian, manusia dan jin semuanya bersifat jahat maka hal itu tidak akan mengurangi sesuatu apapun dari kerajaan-Ku. Hai hamba-hamba-Ku, andaikata orang-orang dahulu, orang-orang kemudian, jin dan manusia berada pada suatu tempat, lalu mereka meminta kepada-Ku dan Aku kabulkan semua permintaan itu, maka hal itu tidak akan mengurangi sedikitpun perbendaharaan yang ada pada-Ku, kecuali seperti jarum licin mengurangi air lautan bila dimasukkan ke dalamnya (dan diangkat kembali). Hai hamba-hamba-Ku, sesungguhnya Aku mencatat semua amalan kamu dan akan Kubalasi dengan sempurna, maka barang siapa mendapat balasan yang baik, hendaklah ia memuji Allah, dan barang siapa mendapat balasan yang buruk, maka janganlah ia mencela, kecuali dirinya sendiri. (Riwayat Ahmad, Muslim, at-Tirmidzi dan Ibnu Majah dari Abu dzar)Demikianlah sebagian kekayaan Allah. Adapun rahmat dan karunia-Nya yang amat luas dan tidak terhingga, dapat dilihat pada kenyataan alam semesta, ciptaan-Nya dan tidak seorang pun yang dapat mengingkarinya. Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan dari Abu Hurairah diterangkan bahwa Rasulullah saw bersabda: "Allah membagi rahmat-Nya menjadi seratus bagian. Maka yang sembilan puluh sembilan bagian ditahan-Nya di sisi-Nya dan yang satu bagian diturunkan-Nya ke bumi. Dari rahmat yang satu bagian itulah semua makhluk sayang menyayangi, sehingga seekor kuda akan mengangkat telapak kakinya karena takut anaknya terinjak olehnya". (Riwayat al-Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah)

Allah Yang Mahakaya, Mahaluas rahmat-Nya mengharamkan bagi diri-Nya sifat aniaya, jika Allah bertindak menimpakan siksa kepada hamba-Nya yang durhaka maka tindakan-Nya itu tidaklah bertentangan dengan sifat-sifat tersebut. Maka dengan ayat ini Allah menegaskan kepada musuh-musuh Nabi Muhammad bahwa jika Allah menghendaki, Dia pasti dapat membinasakan mereka dan mengganti mereka dengan kaum lain yang diciptakan-Nya sebagaimana Dia menciptakan mereka dari keturunan yang lain. Janji Allah terbukti dengan binasanya musuh-musuh Nabi Muhammad dalam Perang Badar, sehingga pada akhirnya tidak ada lagi kaum musyrik di Mekah. Mereka digantikan oleh orang-orang yang beriman dan bertakwa, berjuang meninggikan kalimat Allah dengan jiwa raga dan harta benda mereka. Meskipun dalam mempertahankan kebenaran mereka terpaksa mengangkat senjata dan memasuki medan pertempuran tetapi dalam setiap pertempuran itu mereka menjadi teladan dalam sikap santun dalam memperlakukan musuh-musuh mereka, sehingga para ahli sejarah barat mengakui bahwa tidak ada suatu bangsa yang tidak menaklukkan bangsa lain dengan penuh rasa keadilan dan kasih sayang seperti bangsa Arab yang telah beragama Islam.

Sumber:
Aplikasi Quran Kementrian Agama Republik Indonesia


Page 8

Ke ayat 123456789101112131415161718192021222324252627282930313233343536373839404142434445464748495051525354555657585960616263646566676869707172737475767778798081828384858687888990919293949596979899100101102103104105106107108109110111112113114115116117118119120121122123124125126127128129130131132133134135136137138139140141142143144145146147148149150151152153154155156157158159160161162163164165

اِنَّ مَا تُوْعَدُوْنَ لَاٰتٍۙ وَّمَآ اَنْتُمْ بِمُعْجِزِيْنَ 134

Sesungguhnya apa pun yang dijanjikan kepadamu pasti datang dan kamu tidak mampu menolaknya.

Pada ayat ini Allah memberikan ancaman-Nya kepada musuh-musuh Nabi. Mereka di dunia ini telah mendapat siksaan dan di akhirat kelak demikian pula. Siksaan akhirat yang diancamkan kepada mereka ialah api neraka yang menyala-nyala, pasti akan menimpa mereka, tidak ada satu kekuasaan pun yang dapat menolaknya dan mereka sendiri tidak dapat menghalangi atau lari dari padanya. Hari pembalasan itu pasti datang dan semua makhluk akan dihidupkan kembali. Hal ini tidaklah sulit bagi Allah Yang Mahakuasa. Sebagaimana Allah berkuasa menciptakan makhluk-Nya dari tidak ada menjadi ada, tentu Allah pun berkuasa menghidupkan kembali, walaupun makhluk tersebut sudah mati dan menjadi tulang-belulang yang hancur luluh. Dalil ini berulang kali disebutkan dalam Al-Qur'an di antaranya, firman Allah:

Dan dia membuat perumpamaan bagi Kami dan melupakan asal kejadiannya; dia berkata, "Siapakah yang dapat menghidupkan tulang-belulang, yang telah hancur luluh?" Katakanlah (Muhammad), "Yang akan menghidupkannya ialah (Allah) yang menciptakannya pertama kali. Dan Dia Maha Mengetahui tentang segala makhluk. (Yasin/36: 78-79)

Sumber:
Aplikasi Quran Kementrian Agama Republik Indonesia


Page 9

Ke ayat 123456789101112131415161718192021222324252627282930313233343536373839404142434445464748495051525354555657585960616263646566676869707172737475767778798081828384858687888990919293949596979899100101102103104105106107108109110111112113114115116117118119120121122123124125126127128129130131132133134135136137138139140141142143144145146147148149150151152153154155156157158159160161162163164165

قُلْ يٰقَوْمِ اعْمَلُوْا عَلٰى مَكَانَتِكُمْ اِنِّيْ عَامِلٌۚ فَسَوْفَ تَعْلَمُوْنَۙ مَنْ تَكُوْنُ لَهٗ عَاقِبَةُ الدَّارِۗ اِنَّهٗ لَا يُفْلِحُ الظّٰلِمُوْنَ 135

Katakanlah (Muhammad), “Wahai kaumku! Berbuatlah menurut kedudukanmu, aku pun berbuat (demikian). Kelak kamu akan mengetahui, siapa yang akan memperoleh tempat (terbaik) di akhirat (nanti). Sesungguhnya orang-orang yang zalim itu tidak akan beruntung.

Ancaman Allah terhadap kaum musyrikin yang memusuhi Nabi Muhammad yang terdapat pada ayat 133 dan 134 yang lalu, diiringi dengan tantangan terhadap mereka dengan menyuruh Nabi Muhammad mengatakan kepada mereka, "Berbuatlah apa yang hendak kamu lakukan sesuai dengan kesanggupan kamu. Akupun akan berbuat demikian pula; nanti kamu akan mengetahui siapa di antara kita yang akan mendapat kejayaan dan kemenangan. Ketahuilah bahwa orang-orang zalim tidak akan mendapat kemenangan." Tantangan itu walaupun mengandung pengertian yang agak keras, namun bahasanya tetap halus, karena Nabi Muhammad masih menyebut musuh-musuh Islam itu dengan kata "kaumku".Pengertian "kaum" dalam kalangan orang-orang Arab adalah sangat dalam hampir sama dengan pengertian "bangsa" di zaman sekarang. Orang yang cinta kepada bangsanya akan merasa berkewajiban untuk membelanya, bila mereka tergelincir dari rel kebenaran. Dalam ucapan ini terbayang bahwa Nabi Muhammad sangat mengharapkan kesadaran mereka dan agar mereka kembali ke jalan yang benar. Dalam tantangan ini terdapat pula janji Allah kepada kaum muslimin, bahwa mereka akan mendapat kemenangan besar terhadap kaum musyrikin yang sesat dan yang zalim itu.Apa yang terjadi kemudian sesuai dengan janji Allah, kaum musyrikin terus-menerus ditimpa kekalahan sehingga tegaklah kalimat Allah dengan kokohnya dan hancurnya kemusyrikan. Ini adalah bukti bahwa janji Allah di akhirat nanti pasti akan terlaksana pula, karena janji di dunia itu juga diucapkan sebelum peristiwa itu terjadi, keduanya terkait dengan peristiwa yang akan datang. Janji Allah bahwa Dia akan menolong kaum mukmin sepanjang masa, sampai akhir zaman, selama mereka benar-benar beriman dan bertakwa, benar-benar menjalankan ajaran-ajaran agama-Nya secara keseluruhan dan benar-benar berjuang dengan ikhlas untuk menegakkan kalimat Allah. Disebutkan dalam firman-Nya:

Wahai orang-orang yang beriman! Jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu. (Muhammad/47: 7)

Sumber:
Aplikasi Quran Kementrian Agama Republik Indonesia


Page 10

Ke ayat 123456789101112131415161718192021222324252627282930313233343536373839404142434445464748495051525354555657585960616263646566676869707172737475767778798081828384858687888990919293949596979899100101102103104105106107108109110111112113114115116117118119120121122123124125126127128129130131132133134135136137138139140141142143144145146147148149150151152153154155156157158159160161162163164165

وَجَعَلُوْا لِلّٰهِ مِمَّا ذَرَاَ مِنَ الْحَرْثِ وَالْاَنْعَامِ نَصِيْبًا فَقَالُوْا هٰذَا لِلّٰهِ بِزَعْمِهِمْ وَهٰذَا لِشُرَكَاۤىِٕنَاۚ فَمَا كَانَ لِشُرَكَاۤىِٕهِمْ فَلَا يَصِلُ اِلَى اللّٰهِ ۚوَمَا كَانَ لِلّٰهِ فَهُوَ يَصِلُ اِلٰى شُرَكَاۤىِٕهِمْۗ سَاۤءَ مَا يَحْكُمُوْنَ 136

Dan mereka menyediakan sebagian hasil tanaman dan hewan (bagian) untuk Allah sambil berkata menurut persangkaan mereka, “Ini untuk Allah dan yang ini untuk berhala-berhala kami.” Bagian yang untuk berhala-berhala mereka tidak akan sampai kepada Allah, dan bagian yang untuk Allah akan sampai kepada berhala-berhala mereka. Sangat buruk ketetapan mereka itu.

Ayat ini menginformasikan bahwa mereka membagi apa yang mereka dapat dari hasil tanaman dan hewan ternak kepada dua bagian. Satu bagian untuk Allah dan satu bagian lagi untuk berhala-berhala yang mereka puja-puja dan mereka agungkan. Mereka berkata, "Bagian yang pertama adalah untuk Allah sebagai persembahan kami untuk mendekatkan diri kepada-Nya. Bagian yang kedua adalah untuk berhala sesembahan kami yang juga untuk mendekatkan diri kepada Allah."Dengan pembagian seperti itu mereka telah menjadi sesat, karena pengorbanan itu adalah suatu ibadah dan pendekatan diri kepada yang disembah. Menyembah kepada berhala-berhala dan patung-patung adalah satu perbuatan yang tak dapat diterima oleh akal sehat, karena patung adalah benda-benda mati yang tak dapat berbuat apa-apa, bahkan patung-patung ini dibuat oleh mereka.Tradisi ini adalah suatu agama yang dibuat-buat oleh para pemimpin dan pemuka-pemuka bangsa Arab di kala itu, untuk mempengaruhi orang-orang awam agar mereka tetap mengagungkan dan memuliakan pemimpin sebagai pengawal dan pemelihara berhala-berhala dan sebagai orang-orang yang terdekat kepadanya. Dengan demikian, mereka dapat berkuasa atas orang-orang awam. Memeras mereka dengan menyuruh kaumnya berbakti dengan mengorbankan harta benda kepada berhala-berhala yang mereka anggap berkuasa atas kehidupan mereka dan dapat mendatangkan nikmat atau bencana kepada siapa yang dikehendakinya.Bagian pertama yang diperuntukkan bagi Allah, dipergunakan untuk memberi makan tamu-tamu, anak-anak dan orang-orang miskin; sedangkan bagian kedua yang diperuntukkan bagi berhala-berhala dikuasai sepenuhnya oleh penjaga-penjaga dan pemelihara-pemeliharanya. Tetapi karena mereka telah dikuasai oleh sifat tamak dan serakah, maka bagian yang diperuntukkan bagi berhala-berhala itu tidak boleh dikurangi atau diambil sedikitpun untuk digabungkan kepada bagian yang diperuntukkan bagi Allah. Sebaliknya bagian yang diperuntukkan bagi Allah boleh diambil untuk digabungkan kepada bagian berhala-berhala, karena bagian Allah itu adalah hak fakir miskin dan orang-orang yang sangat membutuhkan makanan. Sedangkan bagian berhala adalah sepenuhnya menjadi hak para penguasa. Demikianlah ketentuan yang mereka tetapkan dan alangkah jahatnya ketentuan itu. Selain ketetapan itu merupakan perampasan atas hak fakir miskin dan orang-orang yang sangat membutuhkan bantuan. Segi-segi keburukan ketetapan mereka adalah sebagai berikut: a.Mereka telah melanggar hak Allah, karena hanya Allah-lah yang berhak membuat ketentuan dalam masalah ibadah.b.Mereka telah mempersekutukan Allah dengan berhala, padahal hanya Allah yang berhak disembah dan kepada-Nyalah segala kebaktian harus dipersembahkan.c.Mereka lebih mengutamakan hak berhala dari pada hak Allah.d.Ketetapan itu tidak berdasarkan akal yang sehat dan tidak pula berdasarkan petunjuk atau syariat-syariat yang ada sebelumnya, hanya berdasarkan keinginan hawa nafsu belaka. Diriwayatkan oleh Ali bin Abi Talib dan al-'Aufi bahwa Ibnu 'Abbas berkata tentang tafsir ayat ini yang maksudnya sebagai berikut:

"Sesungguhnya musuh-musuh Allah, apabila mereka bercocok tanam atau memetik hasil tanaman, mereka membaginya dua bagian, yaitu sebagian untuk Allah dan sebagian lagi untuk berhala. Apabila bagian yang disediakan untuk Allah tercecer, kemudian bercampur dengan bagian yang diperuntukkan untuk berhala, maka yang tercecer itu mereka gabungkan untuk berhala. Selanjutnya jika air yang diperuntukkan bagi tanaman bagian berhala mengalir ke tanaman bagian Allah, maka tanaman bagian Allah itu mereka jadikan tanaman bagian berhala. Tetapi apabila air tanaman bagian untuk Allah mengalir ke tanaman bagian berhala, maka tanaman itu tetap dijadikan bagian berhala."

Sumber:
Aplikasi Quran Kementrian Agama Republik Indonesia


Page 11

Ke ayat 123456789101112131415161718192021222324252627282930313233343536373839404142434445464748495051525354555657585960616263646566676869707172737475767778798081828384858687888990919293949596979899100101102103104105106107108109110111112113114115116117118119120121122123124125126127128129130131132133134135136137138139140141142143144145146147148149150151152153154155156157158159160161162163164165

وَكَذٰلِكَ زَيَّنَ لِكَثِيْرٍ مِّنَ الْمُشْرِكِيْنَ قَتْلَ اَوْلَادِهِمْ شُرَكَاۤؤُهُمْ لِيُرْدُوْهُمْ وَلِيَلْبِسُوْا عَلَيْهِمْ دِيْنَهُمْۗ وَلَوْ شَاۤءَ اللّٰهُ مَا فَعَلُوْهُ فَذَرْهُمْ وَمَا يَفْتَرُوْنَ 137

Dan demikianlah berhala-berhala mereka (setan) menjadikan terasa indah bagi banyak orang-orang musyrik membunuh anak-anak mereka, untuk membinasakan mereka dan mengacaukan agama mereka sendiri. Dan kalau Allah menghendaki, niscaya mereka tidak akan mengerjakannya. Biarkanlah mereka bersama apa (kebohongan) yang mereka ada-adakan.

Dalam ayat ini Allah menjelaskan bagaimana sewenang-wenangnya para pemimpin dan pemuka agama kaum musyrik Mekah, dengan menganjurkan kepada pengikut-pengikutnya agar tidak segan membunuh anak-anak perempuan mereka sendiri dengan alasan yang tidak jelas dan sulit dimengerti. Padahal membunuh anak perempuan sendiri itu bertentangan dengan naluri manusia, dan bertentangan pula dengan cita-cita pembinaan keluarga yang harmonis. Dengan sendirinya bertentangan dengan pembinaan umat yang kukuh dan kuat karena kukuh dan kuatnya suatu umat tergantung kepada kuat dan kukuhnya keluarga-keluarga yang membentuk umat tersebut. Anjuran mereka itu hanya berdasarkan tiga hal: Pertama: Karena kemiskinan atau takut akan ditimpa kemiskinan. Hal ini diterangkan Allah dalam firman-Nya: Janganlah membunuh anak-anakmu karena miskin. Kamilah yang memberi rezeki kepadamu dan kepada mereka. (al-An'am/6: 151)Dalam firman-Nya yang lain: Dan janganlah kamu membunuh anak-anakmu karena takut miskin. Kamilah yang memberi rezeki kepada mereka dan kepadamu. Membunuh mereka itu sungguh suatu dosa yang besar. (al-Isra'/17: 31)Kedua: Karena takut akan mendapat malu di belakang hari. Mereka membunuh anak-anak mereka yang perempuan dengan menguburnya hidup-hidup, karena anak-anak itu apabila mereka besar nanti mungkin melakukan perbuatan keji dan tercela, atau dirampas menjadi tawanan dan diperbudak, atau kawin dengan laki-laki yang tidak sekufu atau lebih rendah derajatnya dari derajat bapaknya.Dalam hal ini Allah berfirman: Padahal apabila seseorang dari mereka diberi kabar dengan (kelahiran) anak perempuan, wajahnya menjadi hitam (merah padam), dan dia sangat marah. Dia bersembunyi dari orang banyak, disebabkan kabar buruk yang disampaikan kepadanya. Apakah dia akan memeliharanya dengan (menanggung) kehinaan atau akan membenamkannya ke dalam tanah (hidup-hidup)? Ingatlah alangkah buruknya (putusan) yang mereka tetapkan itu. (an-Nahl/16: 58-59)

Ketiga: Karena mereka nazar kepada berhala, bahwa mereka akan mengorbankan anak mereka untuk mendekatkan diri kepada berhala-berhala itu. Atau karena alasan lain misalnya kebiasaan mereka bila mereka telah mendapat sejumlah anak akan mengorbankan seorang diantara mereka seperti yang pernah dilakukan Abdul Muththalib kakek Nabi Muhammad ketika dia bersumpah akan mengorbankan Abdullah ayah Nabi Muhammad, apabila ia diberi sepuluh orang anak. Demikianlah anjuran kaum musyrikin yang merusak tabiat dan naluri mereka sebagai manusia yang mempunyai rasa cinta dan kasih sayang kepada anak, sifat yang mulia ini berbalik menjadi kejam. Ia tidak segan-segan membunuh anaknya darah daging sendiri. Demikianlah mereka mengelabui kaumnya sehingga mereka tidak dapat lagi membedakan antara yang baik dan yang buruk, dan mana peraturan agama yang sebenarnya yang harus diikuti dan dilaksanakan. Jika Allah menghendaki, tentulah Allah dapat menahan mereka dari perbuatan yang merusak itu dan mereka tidak akan melakukannya. Oleh sebab itu Allah memerintahkan kepada Nabi Muhammad agar membiarkan mereka membuat peraturan yang merusak dengan sekehendak hati mereka, karena dengan demikian mereka akan menjadi lemah dan kehilangan kepercayaan terhadap diri mereka sendiri.

Sumber:
Aplikasi Quran Kementrian Agama Republik Indonesia


Page 12

Ke ayat 123456789101112131415161718192021222324252627282930313233343536373839404142434445464748495051525354555657585960616263646566676869707172737475767778798081828384858687888990919293949596979899100101102103104105106107108109110111112113114115116117118119120121122123124125126127128129130131132133134135136137138139140141142143144145146147148149150151152153154155156157158159160161162163164165

وَقَالُوْا هٰذِهٖٓ اَنْعَامٌ وَّحَرْثٌ حِجْرٌ لَّا يَطْعَمُهَآ اِلَّا مَنْ نَّشَاۤءُ بِزَعْمِهِمْ وَاَنْعَامٌ حُرِّمَتْ ظُهُوْرُهَا وَاَنْعَامٌ لَّا يَذْكُرُوْنَ اسْمَ اللّٰهِ عَلَيْهَا افْتِرَاۤءً عَلَيْهِۗ سَيَجْزِيْهِمْ بِمَا كَانُوْا يَفْتَرُوْنَ 138

Dan mereka berkata (menurut anggapan mereka), “Inilah hewan ternak dan hasil bumi yang dilarang, tidak boleh dimakan, kecuali oleh orang yang kami kehendaki.” Dan ada pula hewan yang diharamkan (tidak boleh) ditunggangi, dan ada hewan ternak yang (ketika disembelih) boleh tidak menyebut nama Allah, itu sebagai kebohongan terhadap Allah. Kelak Allah akan membalas semua yang mereka ada-adakan.

Pada ayat ini Allah menjelaskan ketetapan dan peraturan yang dibuat oleh pemimpin mereka, yang mereka tetapkan tanpa berdasarkan akal yang sehat, petunjuk Allah atau agama Allah yaitu: 1.Mereka mengambil sebagian dari hasil tanaman dan binatang yang mereka miliki untuk dipersembahkan kepada berhala dan sembahan mereka sebagai korban. Bagian tertentu itu tidak boleh disentuh kecuali untuk kepentingan berhala, tidak boleh diberikan kepada siapapun dan tidak boleh dimakan oleh orang lelaki.2.Mereka mengharamkan beberapa macam hewan seperti bahirah, ) sha'ibah, ) washilah ) dan ham. ) Tindakan mereka ini telah dibantah kebenarannya oleh Allah dalam firman-Nya: Allah tidak pernah mensyariatkan adanya bahirah, sha'ibah, washilah, dan ham. Tetapi orang-orang kafir membuat-buat kedustaan terhadap Allah, dan kebanyakan mereka tidak mengerti. (al-Ma'idah/5: 103)3.Bila mereka melakukan ibadah haji atau mengucapkan talbiah sesuai dengan tatacara mereka, mereka tidak boleh mengendarai binatang-binatang itu atau membebaninya dengan bawaan mereka.4.Mereka di waktu menyembelih binatang tidak menyebut nama Allah, tetapi menyebut nama berhala dan sembahan mereka.Demikianlah sebagian dari ketetapan yang mereka buat sendiri menurut kemauan mereka mengenai hasil tanaman dan binatang ternak, tetapi mereka mendakwakan bahwa peraturan-peraturan itu adalah dari Allah. Ini adalah suatu kebohongan terhadap Allah dan pasti mereka akan mendapatkan siksaan dari pada-Nya. Nabi Muhammad diperintahkan Allah untuk mengecam mereka karena mereka mengharamkan dan menghalalkan sesuatu sesuka hati dan mengada-adakan kebohongan terhadap Allah:

Katakanlah (Muhammad), "Terangkanlah kepadaku tentang rezeki yang diturunkan Allah kepadamu, lalu kamu jadikan sebagiannya haram dan sebagiannya halal." Katakanlah, "Apakah Allah telah memberikan izin kepadamu (tentang ini) atau kamu mengada-ada atas nama Allah?" (Yunus/10: 59)

Sumber:
Aplikasi Quran Kementrian Agama Republik Indonesia


Page 13

Ke ayat 123456789101112131415161718192021222324252627282930313233343536373839404142434445464748495051525354555657585960616263646566676869707172737475767778798081828384858687888990919293949596979899100101102103104105106107108109110111112113114115116117118119120121122123124125126127128129130131132133134135136137138139140141142143144145146147148149150151152153154155156157158159160161162163164165

وَقَالُوْا مَا فِيْ بُطُوْنِ هٰذِهِ الْاَنْعَامِ خَالِصَةٌ لِّذُكُوْرِنَا وَمُحَرَّمٌ عَلٰٓى اَزْوَاجِنَاۚ وَاِنْ يَّكُنْ مَّيْتَةً فَهُمْ فِيْهِ شُرَكَاۤءُ ۗسَيَجْزِيْهِمْ وَصْفَهُمْۗ اِنَّهٗ حَكِيْمٌ عَلِيْمٌ 139

Dan mereka berkata (pula), “Apa yang ada di dalam perut hewan ternak ini khusus untuk kaum laki-laki kami, haram bagi istri-istri kami.” Dan jika yang dalam perut itu (dilahirkan) mati, maka semua boleh (memakannya). Kelak Allah akan membalas atas ketetapan mereka. Sesungguhnya Allah Mahabijaksana, Maha Mengetahui.

Pada ayat ini Allah menyebutkan pula kesewenang-wenangan kaum musyrik dalam mengharamkan dan menghalalkan sesuatu menurut kemauan dan keinginan hawa nafsu mereka, yaitu tentang; hewan bahirah dan sa'ibah. Mereka membolehkan laki-laki minum air susunya tetapi mengharamkan bagi perempuan. Apabila binatang itu melahirkan anak jantan maka anaknya itu boleh dimakan oleh laki-laki dan haram bagi perempuan. Bila anak itu lahir mati, barulah anak itu dihalalkan untuk laki-laki dan perempuan. Jikalau binatang itu melahirkan anak betina, maka anak ini dibiarkan hidup sampai beranak. Mereka berbuat demikian dengan sekehendak hati mereka dengan mengada-adakan kebohongan terhadap Allah, maka Allah mengancam mereka dengan balasan yang setimpal dan bahwa Allah Maha Mengetahui segala perbuatan hamba-Nya dan Mahabijaksana.

Sumber:
Aplikasi Quran Kementrian Agama Republik Indonesia


Page 14

Ke ayat 123456789101112131415161718192021222324252627282930313233343536373839404142434445464748495051525354555657585960616263646566676869707172737475767778798081828384858687888990919293949596979899100101102103104105106107108109110111112113114115116117118119120121122123124125126127128129130131132133134135136137138139140141142143144145146147148149150151152153154155156157158159160161162163164165

قَدْ خَسِرَ الَّذِيْنَ قَتَلُوْٓا اَوْلَادَهُمْ سَفَهًاۢ بِغَيْرِ عِلْمٍ وَّحَرَّمُوْا مَا رَزَقَهُمُ اللّٰهُ افْتِرَاۤءً عَلَى اللّٰهِ ۗقَدْ ضَلُّوْا وَمَا كَانُوْا مُهْتَدِيْنَ ࣖ 140

Sungguh rugi mereka yang membunuh anak-anaknya karena kebodohan tanpa pengetahuan, dan mengharamkan rezeki yang dikaruniakan Allah kepada mereka dengan semata-mata membuat-buat kebohongan terhadap Allah. Sungguh, mereka telah sesat dan tidak mendapat petunjuk.

Pada ayat ini Allah menegaskan bahwa orang-orang yang membunuh anak mereka, karena alasan yang tidak jelas dan tidak benar seperti tersebut pada ayat 137 dan orang-orang yang mengharamkan rezeki yang dikaruniakan Allah kepada mereka seperti tersebut pada ayat 138 dan ayat 139, mereka ini adalah orang-orang yang merugi dan orang-orang yang sesat dan tidak mengikuti petunjuk yang diberikan kepada mereka.Membunuh anak adalah tindakan yang bodoh dan sangat merugikan, dan merupakan tindakan orang yang tidak tahu lagi mana yang buruk dan mana yang baik, tidak tahu laba dan rugi, karena anak adalah suatu nikmat dan karunia dari Allah yang tidak ternilai harganya. Anak itu nanti yang akan memelihara kelanjutan hidup, yang akan menjadi kekuatan dan kebanggaan bagi ibu, ayah dan keluarganya, bahkan akan menjadi kekuatan bagi masyarakat dan negara. Bila ia diasuh dan dididik dengan baik pasti akan menjadi anggota keluarga yang baik pula, akan menjadi anggota masyarakat yang berguna bagi masyarakatnya. Oleh sebab itu, setiap ibu dan bapak diberi oleh Allah naluri untuk menyayangi, mencintai, memelihara dan menjaganya. Ibu dan bapak, tidak segan-segan mengorbankan kepentingan dirinya untuk membela dan mempertahankan keselamatan anaknya. Bahkan kadang-kadang ia bersedia mati untuk menyelamatkan anaknya bila ia dalam bahaya. Apabila seseorang telah menganggap bahwa membunuh anaknya lebih baik dari pada membiarkan hidup, karena takut kepada hal-hal yang belum tentu akan terjadi, seperti takut akan kemiskinan atau takut akan mendapat malu, berarti ia telah mengingkari nikmat dan karunia Allah yang besar itu dan menentang naluri dan tabiatnya sendiri. Orang yang seperti ini tentu telah ditipu oleh setan dan dikelabui matanya oleh pemimpin-pemimpin yang tidak bertanggung jawab dan pemuka-pemuka agama yang hanya mementingkan kedudukan dan martabatnya saja. Orang-orang yang menerima ajaran-ajaran dan peraturan-peraturan yang dibuat-buat oleh pemimpin-pemimpin yang telah sesat, tanpa memikirkan apakah peraturan-peraturan itu berdasarkan kebenaran, dapat diterima oleh pikiran yang sehat, atau apakah peraturan itu memang telah ada dasarnya menurut agama, apa lagi bila peraturan-peraturan itu hanya membawa kepada kerugian atau mengingkari nikmat Allah, maka orang-orang yang seperti itu pantaslah dikatakan orang yang sesat, orang-orang yang tidak mendapat petunjuk dari Allah.Al-Bukhari meriwayatkan bahwa Ibnu 'Abbas berkata, "Apabila engkau ingin mengetahui bagaimana bodohnya kaum musyrikin Arab, bacalah ayat 130 dan seterusnya dari Surah al-An'am, sampai dengan ayat 140."

Memang ada beberapa tradisi umat Islam yang sama dengan tradisi Arab jahiliyah, ada yang diperbaiki, diganti atau dikurangi. Hal ini menurut sejarah karena orang-orang Arab ada yang melestarikan beberapa ajaran dari Nabi Ibrahim. Tetapi karena fatroh atau kekosongan waktu yang panjang, maka banyak terjadi penyimpangan dari aslinya. Maka ajaran Islam mengembalikan kepada tradisi yang baik dan benar sesuai dengan ajaran Nabi Ibrahim yang asli, seperti ritual haji yang diwariskan dari Nabi Ibrahim.

Sumber:
Aplikasi Quran Kementrian Agama Republik Indonesia


Page 15

Ke ayat 123456789101112131415161718192021222324252627282930313233343536373839404142434445464748495051525354555657585960616263646566676869707172737475767778798081828384858687888990919293949596979899100101102103104105106107108109110111112113114115116117118119120121122123124125126127128129130131132133134135136137138139140141142143144145146147148149150151152153154155156157158159160161162163164165

۞ وَهُوَ الَّذِيْٓ اَنْشَاَ جَنّٰتٍ مَّعْرُوْشٰتٍ وَّغَيْرَ مَعْرُوْشٰتٍ وَّالنَّخْلَ وَالزَّرْعَ مُخْتَلِفًا اُكُلُهٗ وَالزَّيْتُوْنَ وَالرُّمَّانَ مُتَشَابِهًا وَّغَيْرَ مُتَشَابِهٍۗ كُلُوْا مِنْ ثَمَرِهٖٓ اِذَآ اَثْمَرَ وَاٰتُوْا حَقَّهٗ يَوْمَ حَصَادِهٖۖ وَلَا تُسْرِفُوْا ۗاِنَّهٗ لَا يُحِبُّ الْمُسْرِفِيْنَۙ141

Dan Dialah yang menjadikan tanaman-tanaman yang merambat dan yang tidak merambat, pohon kurma, tanaman yang beraneka ragam rasanya, zaitun dan delima yang serupa (bentuk dan warnanya) dan tidak serupa (rasanya). Makanlah buahnya apabila ia berbuah dan berikanlah haknya (zakatnya) pada waktu memetik hasilnya, tapi janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebihan,

Dengan ayat ini, Allah menegaskan bahwa Dialah yang menciptakan kebun-kebun yang menjalar dan yang tidak menjalar tanamannya. Dialah yang menciptakan pohon kurma dan pohon-pohon lain yang buahnya beraneka ragam bentuk warna dan rasanya. Seharusnya hal itu menarik perhatian hamba-Nya dan menjadikannya beriman, bersyukur dan bertakwa kepada-Nya. Dengan pohon kurma saja mereka telah mendapat berbagai macam manfaat. Mereka dapat makan buahnya yang masak tapi masih segar, yang manis rasanya dan dapat pula mengeringkannya sehingga dapat disimpan untuk jangka waktu yang lama dan dapat dibawa ke mana pun dalam perjalanan serta tidak perlu dimasak lagi seperti masakan lainnya.Bijinya dapat dijadikan makanan unta. Batang, daun, pelepah dan seratnya, dapat diambil manfaatnya. Kalau dibandingkan dengan pohon-pohon di Indonesia pohon kurma itu seperti pohon kelapa. Allah mengaruniakan pula pohon zaitun dan delima, ada yang serupa bentuk tapi beda rasanya. Allah membolehkan hamba-Nya menikmati hasil dari berbagai macam pohon dan tanaman itu sebagai karunia dari Allah. Maka tidak ada hak sama sekali bagi hamba-Nya untuk mengharamkan apa yang telah dikaruniakan-Nya. Karena Allah-lah yang menciptakan, Allah-lah yang memberi, maka Allah pulalah yang berhak mengharamkan atau menghalalkannya. Kalau ada di antara hamba-hamba-Nya yang mengharamkannya maka ia telah menganggap dirinya sama kedudukannya dengan Allah, dan orang-orang yang menaatinya berarti telah menyekutukan Allah dan inilah syirik yang tak dapat diragukan lagi. Maksud mengharamkan makanan di sini ialah menjadikannya haram untuk dimakan, bila dimakan tentu berdosa. Adapun melarang makanan karena alasan kesehatan, dilarang dokter atau karena sebab-sebab lain yang membahayakan, tidaklah termasuk syirik, karena kita diperintahkan Allah untuk menjauhkan diri dari bahaya.Kemudian Allah memerintahkan untuk memberikan sebagian dari hasil tanaman diwaktu panen kepada fakir miskin, kaum kerabat dan anak yatim, untuk mensyukuri nikmat Allah yang telah dilimpahkan-Nya kepada manusia. Ibnu Mundzir, Abu Syaikh dan Ibnu Mardawaih meriwayatkan dari Abi Sa'id al-Khudri bahwa Rasulullah saw menafsirkan firman Allah: (al-An'am/6: 141) dengan, "berikan hak fakir miskin dari apa yang gugur dari tangkainya." Artinya gugur ketika dipanen.Dalam hal ini, Mujahid berkata, "Apabila kamu sedang panen dan datang orang-orang miskin, maka pukullah tangkai buah yang kamu panen itu dan berilah mereka apa yang jatuh dari tangkainya; apabila kamu telah memisahkan biji dari tangkainya maka berilah mereka sebagian dari padanya. Apabila engkau telah menampi membersihkan dan mengumpulkannya serta telah diketahui berapa banyak kadar nilai dari hasil panen itu, maka keluarkanlah zakatnya."Maimun bin Mihran dan Zaid bin al-A'sham meriwayatkan bahwa penduduk kota Madinah, bila mereka memanen kurma mereka membawa tangkai-tangkai kurma ke mesjid, lalu mereka letakkan di sana, maka berdatanganlah fakir miskin, lalu dipukulkannya tangkai kurma itu dan diberikannya kepada mereka kurma yang berjatuhan dari tangkainya. Menurut Sa'id bin Jubair, hal ini berlaku sebelum turunnya perintah zakat. Orang-orang Arab selalu memberikan sebagian dari hasil tanamannya untuk makanan binatang, sedekah kepada anak yatim dan fakir miskin. Kebiasaan ini dilestarikan oleh Islam ketika memberlakukan wajib zakat (pada tahun kedua Hijriah dimana zakat hasil pertanian harus diberikan atau dikeluarkan segera begitu mereka panen, tanpa ditangguhkan).

Selanjutnya Allah melarang makan berlebih-lebihan, karena hal itu sangat berbahaya bagi kesehatan dan dapat menimbulkan bermacam-macam penyakit yang mungkin membahayakan jiwa. Allah Yang Maha Pengasih kepada hamba-Nya tidak menyukai hamba-Nya yang berlebih-lebihan itu.

Sumber:
Aplikasi Quran Kementrian Agama Republik Indonesia


Page 16

Ke ayat 123456789101112131415161718192021222324252627282930313233343536373839404142434445464748495051525354555657585960616263646566676869707172737475767778798081828384858687888990919293949596979899100101102103104105106107108109110111112113114115116117118119120121122123124125126127128129130131132133134135136137138139140141142143144145146147148149150151152153154155156157158159160161162163164165

وَمِنَ الْاَنْعَامِ حَمُوْلَةً وَّفَرْشًا ۗ كُلُوْا مِمَّا رَزَقَكُمُ اللّٰهُ وَلَا تَتَّبِعُوْا خُطُوٰتِ الشَّيْطٰنِۗ اِنَّهٗ لَكُمْ عَدُوٌّ مُّبِيْنٌۙ142

dan di antara hewan-hewan ternak itu ada yang dijadikan pengangkut beban dan ada (pula) yang untuk disembelih. Makanlah rezeki yang diberikan Allah kepadamu, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah setan. Sesungguhnya setan itu musuh yang nyata bagimu,

Dengan ayat ini Allah menerangkan bahwa Dia menciptakan untuk hamba-Nya binatang ternak, di antaranya ada yang besar dan panjang kakinya, dapat dimakan dagingnya, dapat pula dijadikan kendaraan untuk membawa mereka ke tempat yang mereka tuju, dan dapat pula mengangkut barang-barang keperluan dan barang-barang perniagaan mereka dari suatu tempat ke tempat lain. Ada pula di antara binatang-binatang itu yang kecil tubuhnya dan pendek kakinya seperti domba dan kelinci untuk dimakan dagingnya, ditenun bulunya menjadi pakaian dan diambil kulitnya menjadi tikar atau alas kaki dan sebagainya.Dengan demikian dapat dipahami bagaimana kasih sayang Allah kepada hamba-Nya Dia melengkapi segala kebutuhan manusia dengan tanaman dan binatang bahkan menjadikan segala apa yang di langit dan di bumi untuk kepentingan makhluk-Nya, sebagaimana yang tersebut dalam firman-Nya: Tidakkah kamu memperhatikan bahwa Allah telah menundukkan apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi untuk (kepentingan)mu dan menyempurnakan nikmat-Nya untukmu lahir dan batin. Tetapi di antara manusia ada yang membantah tentang (keesaan) Allah tanpa ilmu atau petunjuk dan tanpa Kitab yang memberi penerangan. (Luqman/31: 20)

Kemudian Allah menyuruh hamba-Nya untuk makan rezeki yang telah dianugerahkan-Nya, tetapi jangan sekali-kali mengikuti langkah-langkah setan, baik dari jin maupun dari manusia. Pemimpin-pemimpin dan penjaga-penjaga berhala bertindak sewenang-wenang dengan membuat-buat peraturan dan menghalalkan serta mengharamkan nikmat Allah yang dikaruniakan kepada hamba-Nya dengan sesuka hati mereka, tanpa ada petunjuk atau perintah dari Tuhan. Sesungguhnya setan itu adalah musuh yang paling nyata bagi manusia, yang kerjanya menyesatkan hamba Allah di muka bumi.

Sumber:
Aplikasi Quran Kementrian Agama Republik Indonesia


Page 17

Ke ayat 123456789101112131415161718192021222324252627282930313233343536373839404142434445464748495051525354555657585960616263646566676869707172737475767778798081828384858687888990919293949596979899100101102103104105106107108109110111112113114115116117118119120121122123124125126127128129130131132133134135136137138139140141142143144145146147148149150151152153154155156157158159160161162163164165

ثَمٰنِيَةَ اَزْوَاجٍۚ مِنَ الضَّأْنِ اثْنَيْنِ وَمِنَ الْمَعْزِ اثْنَيْنِۗ قُلْ ءٰۤالذَّكَرَيْنِ حَرَّمَ اَمِ الْاُنْثَيَيْنِ اَمَّا اشْتَمَلَتْ عَلَيْهِ اَرْحَامُ الْاُنْثَيَيْنِۗ نَبِّئُوْنِيْ بِعِلْمٍ اِنْ كُنْتُمْ صٰدِقِيْنَ 143

ada delapan hewan ternak yang berpasangan (empat pasang); sepasang domba dan sepasang kambing. Katakanlah, “Apakah yang diharamkan Allah dua yang jantan atau dua yang betina atau yang ada dalam kandungan kedua betinanya? Terangkanlah kepadaku berdasar pengetahuan jika kamu orang yang benar.”

Kemudian pada ayat ini diterangkan secara terperinci bahwa Allah menciptakan delapan ekor binatang berpasang-pasangan, sepasang terdiri dari domba betina dan domba jantan, yang sepasang lagi terdiri dari kambing betina dan kambing jantan. Allah memerintahkan kepada Rasul-Nya agar mengatakan kepada kaum musyrikin sebagai kritik yang amat tajam yang mengandung cemoohan dan celaan yaitu, "Manakah yang diharamkan Allah di antara pasangan-pasangan binatang itu. Apakah yang diharamkan Allah dua ekor yang jantan saja? Atau anak yang dikandung oleh domba dan kambing betina itu? Cobalah kamu kemukakan suatu bukti dan keterangan dari kitab Allah atau keterangan dari nabi-nabi-Nya bahwa Allah mengharamkan yang demikian itu jika kamu orang-orang yang benar dan bukan membuat-buat ketetapan itu dan kamu katakan dengan berbohong bahwa itulah keterangan-Nya."

Sumber:
Aplikasi Quran Kementrian Agama Republik Indonesia


Page 18

Ke ayat 123456789101112131415161718192021222324252627282930313233343536373839404142434445464748495051525354555657585960616263646566676869707172737475767778798081828384858687888990919293949596979899100101102103104105106107108109110111112113114115116117118119120121122123124125126127128129130131132133134135136137138139140141142143144145146147148149150151152153154155156157158159160161162163164165

وَمِنَ الْاِبِلِ اثْنَيْنِ وَمِنَ الْبَقَرِ اثْنَيْنِۗ قُلْ ءٰۤالذَّكَرَيْنِ حَرَّمَ اَمِ الْاُنْثَيَيْنِ اَمَّا اشْتَمَلَتْ عَلَيْهِ اَرْحَامُ الْاُنْثَيَيْنِۗ اَمْ كُنْتُمْ شُهَدَاۤءَ اِذْ وَصّٰىكُمُ اللّٰهُ بِهٰذَاۚ فَمَنْ اَظْلَمُ مِمَّنِ افْتَرٰى عَلَى اللّٰهِ كَذِبًا لِّيُضِلَّ النَّاسَ بِغَيْرِ عِلْمٍۗ اِنَّ اللّٰهَ لَا يَهْدِى الْقَوْمَ الظّٰلِمِيْنَ ࣖ 144

Dan dari unta sepasang dan dari sapi sepasang. Katakanlah, “Apakah yang diharamkan dua yang jantan atau dua yang betina, atau yang ada dalam kandungan kedua betinanya? Apakah kamu menjadi saksi ketika Allah menetapkan ini bagimu? Siapakah yang lebih zalim daripada orang-orang yang mengada-adakan kebohongan terhadap Allah untuk menyesatkan orang-orang tanpa pengetahuan?” Sesungguhnya Allah tidak akan memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim.

Demikian pula Allah telah menciptakan pasangan unta jantan dan betina, dan Dia ciptakan lagi pasangan sapi jantan dan betina, Allah memerintahkan kepada Rasul-Nya agar mengajukan pula pertanyaan kepada kaum musyrikin itu, "Manakah yang diharamkan Allah, unta atau sapi jantankah, atau yang betina saja ataukah anak yang dikandung unta atau sapi betina itu?" Tentu saja kaum musyrikin tidak akan dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan yang mematahkan segala hujjah dan keterangan mereka.Mereka telah mengharamkan sebagian dari binatang yang dihalalkan oleh Allah untuk dimakan, dengan alasan-alasan yang tidak benar dan dengan cara berbohong terhadap Allah. Maka untuk membatalkan alasan mereka dan membuka kebohongan mereka, dikemukakan pertanyaan-pertanyaan tersebut.Kalau mereka mengharamkan yang jantan saja di antara empat macam binatang tersebut tentulah semua binatang jantan dan domba, kambing, unta dan sapi haram dimakan. Kalau yang mereka haramkan itu yang betina saja tentulah semua yang betina dari keempat jenis binatang itu haram pula dimakan. Dan kalau yang diharamkan semua anak dari jenis keempat binatang itu, mana lagi yang dibolehkan makannya, sebab semua binatang yang akan lahir kemudian adalah anak dari betina itu.Ringkasnya tidak satupun di antara empat jenis binatang itu yang diharamkan oleh Allah. Jadi masalah mengharamkan sebagian dari binatang itu hanya perbuatan kaum musyrikin saja.Kemudian dengan kata-kata yang lebih tajam lagi Allah memerintahkan kepada Rasul-Nya agar mengajukan pertanyaan kepada mereka yaitu, "Apakah kamu telah menyaksikan sendiri bahwa Allah memerintahkan kepadamu untuk mengharamkan binatang itu?"Pasti mereka tidak akan dapat menjawab pertanyaan ini, karena mereka mengharamkan sebagian dari binatang itu, hanyalah karena mengikuti setan-setan dan pemimpin-pemimpin mereka atau karena mendapati bapak-bapak dan nenek moyang mereka mengharamkannya, sebagaimana tersebut dalam firman Allah: Dan apabila mereka melakukan perbuatan keji, mereka berkata, "Kami mendapati nenek moyang kami melakukan yang demikian, dan Allah menyuruh kami mengerjakannya." Katakanlah, "Sesungguhnya Allah tidak pernah menyuruh berbuat keji." (al-A'raf/7: 28)

Di akhir ayat ini Allah memerintahkan kepada Nabi Muhammad untuk mengatakan kepada mereka, "Mengapa kamu mengatakan bahwa Allah telah menetapkan sesuatu, padahal kamu sendiri tahu itu bukan dari Allah. Setelah terbukti bahwa mareka tak dapat menjawab pertanyaan itu dan tidak dapat mengemukakan bukti-bukti yang nyata untuk membenarkan sikap dan perbuatan mereka dan ternyata bahwa mereka hanya membuat-buat peraturan untuk menghalalkan dan mengharamkan sesuatu bahkan mereka telah berdusta terhadap Allah dengan mengatakan bahwa ketetapan-ketetapan itu adalah dari Allah, maka Allah menegaskan bahwa mereka adalah kaum yang zalim, dan berdusta terhadap Allah untuk mneyesatkan manusia dari jalan yang benar. Akibat dari kesalahan mereka dengan sengaja berbuat kesesatan dan menyesatkan manusia, Allah tidak akan memberi petunjuk kepada mereka dan nanti di akhirat mereka akan menerima balasan yang setimpal berupa siksaan yang amat pedih di neraka Jahanam.

Sumber:
Aplikasi Quran Kementrian Agama Republik Indonesia


Page 19

Ke ayat 123456789101112131415161718192021222324252627282930313233343536373839404142434445464748495051525354555657585960616263646566676869707172737475767778798081828384858687888990919293949596979899100101102103104105106107108109110111112113114115116117118119120121122123124125126127128129130131132133134135136137138139140141142143144145146147148149150151152153154155156157158159160161162163164165

قُلْ لَّآ اَجِدُ فِيْ مَآ اُوْحِيَ اِلَيَّ مُحَرَّمًا عَلٰى طَاعِمٍ يَّطْعَمُهٗٓ اِلَّآ اَنْ يَّكُوْنَ مَيْتَةً اَوْ دَمًا مَّسْفُوْحًا اَوْ لَحْمَ خِنْزِيْرٍ فَاِنَّهٗ رِجْسٌ اَوْ فِسْقًا اُهِلَّ لِغَيْرِ اللّٰهِ بِهٖۚ فَمَنِ اضْطُرَّ غَيْرَ بَاغٍ وَّلَا عَادٍ فَاِنَّ رَبَّكَ غَفُوْرٌ رَّحِيْمٌ 145

Katakanlah, “Tidak kudapati di dalam apa yang diwahyukan kepadaku, sesuatu yang diharamkan memakannya bagi yang ingin memakannya, kecuali daging hewan yang mati (bangkai), darah yang mengalir, daging babi – karena semua itu kotor – atau hewan yang disembelih bukan atas (nama) Allah. Tetapi barangsiapa terpaksa bukan karena menginginkan dan tidak melebihi (batas darurat) maka sungguh, Tuhanmu Maha Pengampun, Maha Penyayang.

Pada ayat ini Allah memerintahkan kepada Rasulullah saw agar mengatakan kepada kaum musyrikin yang telah membuat-buat peraturan sendiri dan telah berdusta terhadap Allah, dan mengatakan kepada manusia lainnya bahwa dia tidak menemukan, dalam wahyu yang diwahyukan kepadanya, sesuatu yang diharamkan oleh Allah kecuali empat macam saja, yaitu: 1.Hewan yang mati dengan tidak disembelih sesuai dengan peraturan syariat, di antaranya hewan yang mati tidak disembelih, hewan yang mati tercekik, terpukul, terjatuh, dan lain sebagainya.2.Darah yang mengalir atau yang keluar dari tubuh hewan yang disembelih atau karena luka, dan sebagainya. Tidak termasuk darah yang tidak mengalir seperti hati, limpa dan sisa darah yang melekat di daging. Ketentuan ini antara lain disebutkan dalam sebuah hadis: Artinya: "Dihalalkan untuk kami dua macam bangkai, yaitu bangkai ikan dan bangkai belalang, dan dihalalkan pula dua macam darah yaitu hati dan limpa". (Riwayat Ahmad dan Ibnu Majah dari Ibnu 'Umar)3.Daging babi dan semua bagian tubuhnya termasuk bulu, kulit, tulang, susu dan lemaknya.4.Binatang yang disembelih dengan tidak menyebut nama Allah, seperti disembelih dengan menyebut nama berhala atau sesembahan lainnya selain Allah.Orang yang terpaksa makan makanan tersebut karena sangat lapar dan tidak ada makanan yang lain, sedang dia tidak menginginkannya dan tidak pula melampui batas, ia boleh memakannya sekadar untuk menghilangkan laparnya dan memelihara dirinya dari kematian.Selain dari makanan yang diharamkan di atas, di dalam hadis banyak terdapat berbagai macam binatang yang dilarang memakannya, seperti yang terdapat dalam hadis yang diriwayatkan dari Ibnu Abi Syaibah dan al-Bukhari dari Ibnu 'Umar bahwa beliau berkata: "Nabi saw melarang makan makanan daging keledai peliharaan pada peperangan khaibar". (Riwayat al-Bukhari dari Ibnu 'Umar)Juga tersebut dalam hadis yang diriwayatkan oleh al-Bukhari dan Muslim:

"Rasulullah saw melarang makan semua binatang buas yang bertaring dan semua burung yang bercakar." (Riwayat al-Bukhari dan Muslim)

Sumber:
Aplikasi Quran Kementrian Agama Republik Indonesia


Page 20

Ke ayat 123456789101112131415161718192021222324252627282930313233343536373839404142434445464748495051525354555657585960616263646566676869707172737475767778798081828384858687888990919293949596979899100101102103104105106107108109110111112113114115116117118119120121122123124125126127128129130131132133134135136137138139140141142143144145146147148149150151152153154155156157158159160161162163164165

وَعَلَى الَّذِيْنَ هَادُوْا حَرَّمْنَا كُلَّ ذِيْ ظُفُرٍۚ وَمِنَ الْبَقَرِ وَالْغَنَمِ حَرَّمْنَا عَلَيْهِمْ شُحُوْمَهُمَآ اِلَّا مَا حَمَلَتْ ظُهُوْرُهُمَآ اَوِ الْحَوَايَآ اَوْ مَا اخْتَلَطَ بِعَظْمٍۗ ذٰلِكَ جَزَيْنٰهُمْ بِبَغْيِهِمْۚ وَاِنَّا لَصٰدِقُوْنَ 146

Dan kepada orang-orang Yahudi, Kami haramkan semua (hewan) yang berkuku, dan Kami haramkan kepada mereka lemak sapi dan domba, kecuali yang melekat di punggungnya, atau yang dalam isi perutnya, atau yang bercampur dengan tulang. Demikianlah Kami menghukum mereka karena kedurhakaannya. Dan sungguh, Kami Mahabenar.

Pada ayat ini diterangkan pula makanan yang diharamkan bagi kaum Yahudi saja, yaitu semua binatang yang tidak berkuku. Maksudnya binatang-binatang yang jarinya tidak pernah terpisah antara yang satu dengan yang lain, seperti: unta, itik, angsa, dan lain sebagainya. Diharamkan pula bagi mereka lemak sapi dan lemak kambing, kecuali yang melekat di punggung atau di perut besar dan usus atau lemak yang bercampur dengan tulang.Semua makanan yang tersebut di atas diharamkan bagi kaum Yahudi saja sebagai hukuman atas kedurhakaan mereka bukan karena makanan itu haram zatnya seperti haramnya babi dan bangkai. Yang mengharamkan makanan itu bagi mereka, bukan syariat Nabi Muhammad, tetapi semua itu adalah haram menurut syariat mereka. Nabi hanya menceritakan dengan perantaraan wahyu dari Allah (Al-Qur'an).

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa Al-Qur'an itu bukan karya Muhammad, tetapi wahyu dari Allah yang disampaikan kepadanya. Sebab Nabi Muhammad sendiri takkan dapat mengetahui yang demikian, karena dia tak tahu membaca dan menulis, sedangkan kaum musyrikin Mekah tak mengetahui pula hal yang demikian. Kemudian Allah menekankan bahwa diharamkannya makanan-makanan itu bagi kaum Yahudi adalah sebagai hukuman atas kedurhakaan mereka. Allah menegaskan bahwa Dia adalah Mahabenar dalam segala pemberitaan dan tindakan-Nya.

Sumber:
Aplikasi Quran Kementrian Agama Republik Indonesia


Page 21

Ke ayat 123456789101112131415161718192021222324252627282930313233343536373839404142434445464748495051525354555657585960616263646566676869707172737475767778798081828384858687888990919293949596979899100101102103104105106107108109110111112113114115116117118119120121122123124125126127128129130131132133134135136137138139140141142143144145146147148149150151152153154155156157158159160161162163164165

فَاِنْ كَذَّبُوْكَ فَقُلْ رَّبُّكُمْ ذُوْ رَحْمَةٍ وَّاسِعَةٍۚ وَلَا يُرَدُّ بَأْسُهٗ عَنِ الْقَوْمِ الْمُجْرِمِيْنَ 147

Maka jika mereka mendustakan kamu, katakanlah, “Tuhanmu mempunyai rahmat yang luas, dan siksa-Nya kepada orang-orang yang berdosa tidak dapat dielakkan.”

Pada ayat ini Allah memerintahkan kepada Nabi Muhammad, jika orang kafir itu mendustakan kebenaran yang dijelaskannya mengenai makanan yang halal dan haram, baik untuk kaum Muslimin maupun yang diharamkan khusus untuk kaum Yahudi, hendaklah Nabi saw, menjawab dengan mengatakan bahwa demikianlah ketetapan Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang, yang amat luas rahmat-Nya dan Mahabijaksana, yang tidak enggan menimpakan siksa-Nya kepada kaum yang durhaka.Ayat ini menurut pendapat Mujahid dan as-Suddy ditujukan kepada orang-orang Yahudi, dan menurut pendapat sebagian ahli tafsir ditujukan kepada kaum musyrikin Mekah, karena Surah al-An'am ini adalah surah Makkiyah. Menurut pendapat pertama maka maksud ayat ini adalah sebagai berikut: Jika orang-orang Yahudi mendustakanmu, hai Muhammad, karena mereka menyangkal bahwa syariat yang diturunkan kepada mereka yang mengharamkan sebagian makanan sebagai balasan dan siksaan atas kedurhakaan mereka, maka katakanlah kepada mereka bahwa meskipun Allah Mahaluas rahmat-Nya dan Maha Pengasih terhadap hamba-Nya, tetapi hal ini tidak bertentangan dengan kebijaksanaan-Nya karena Dia sebagai Yang Mahakuasa, Mahabijaksana dan Mahaadil tetap akan menjatuhkan siksaan dan balasan-Nya kepada orang-orang yang zalim dan durhaka. Menimpakan siksaan kepada orang yang ingkar dan membangkang dapat dianggap sebagai tindakan kasih sayang, karena dengan demikian orang yang bersalah akan menginsafi kesalahannya dan kembali kepada yang benar. Dan mungkin juga sebagai pelajaran bagi siapa saja agar mereka jangan berbuat kezaliman seperti orang yang telah ditimpa azab Allah itu.Menurut pendapat kedua, dimana ayat ini ditujukan kepada musyrikin Mekah, maka pengertiannya adalah sebagai berikut:

Bila kaum musyrikin itu mendustakanmu tentang kesesatan mereka mengharamkan dan menghalalkan sesuatu, katakanlah kepada mereka bahwa Tuhanmu adalah Maha Pengasih dan amat luas rahmat-Nya, karena itu Dia tidak segan menimpakan siksa-Nya di dunia kepadamu atas kesesatan dan kesalahan itu. Maka janganlah kamu teperdaya karena hal itu hanya penangguhan untuk sementara bukan karena Dia tidak akan menyiksamu. Ini adalah ancaman yang keras terhadap mereka apabila mereka tetap membangkang dan tetap mengada-ada kebohongan terhadap Allah dengan mengharamkan apa yang dihalalkan Allah, namun harapan masih diberikan kepada mereka bahwa mereka akan diampuni dengan rahmat dan kasih sayang-Nya bila mereka menghentikan pembangkangan itu bertobat dan beriman kepada-Nya dan kepada Rasul-Nya. Dengan demikian mereka akan berbahagia di dunia dengan menikmati apa yang dihalalkan-Nya dan berbahagia pula di akhirat dengan terhindar dari masuk neraka dan masuk surga yang disediakan-Nya bagi orang-orang yang beriman.

Sumber:
Aplikasi Quran Kementrian Agama Republik Indonesia


Page 22

Ke ayat 123456789101112131415161718192021222324252627282930313233343536373839404142434445464748495051525354555657585960616263646566676869707172737475767778798081828384858687888990919293949596979899100101102103104105106107108109110111112113114115116117118119120121122123124125126127128129130131132133134135136137138139140141142143144145146147148149150151152153154155156157158159160161162163164165

سَيَقُوْلُ الَّذِيْنَ اَشْرَكُوْا لَوْ شَاۤءَ اللّٰهُ مَآ اَشْرَكْنَا وَلَآ اٰبَاۤؤُنَا وَلَا حَرَّمْنَا مِنْ شَيْءٍۗ كَذٰلِكَ كَذَّبَ الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِهِمْ حَتّٰى ذَاقُوْا بَأْسَنَاۗ قُلْ هَلْ عِنْدَكُمْ مِّنْ عِلْمٍ فَتُخْرِجُوْهُ لَنَاۗ اِنْ تَتَّبِعُوْنَ اِلَّا الظَّنَّ وَاِنْ اَنْتُمْ اِلَّا تَخْرُصُوْنَ148

Orang-orang musyrik akan berkata, “Jika Allah menghendaki, tentu kami tidak akan mempersekutukan-Nya, begitu pula nenek moyang kami, dan kami tidak akan mengharamkan apa pun.” Demikian pula orang-orang sebelum mereka yang telah mendustakan (para rasul) sampai mereka merasakan azab Kami. Katakanlah (Muhammad), “Apakah kamu mempunyai pengetahuan yang dapat kamu kemukakan kepada kami? Yang kamu ikuti hanya persangkaan belaka, dan kamu hanya mengira.”

Allah menerangkan dalam ayat ini bahwa orang musyrik akan mengatakan kepada Nabi Muhammad bahwa kalau Allah menghendaki tentulah mereka tidak akan mempersekutukan-Nya dengan yang lain, tidak akan mengagungkan dan memuja berhala-berhala dan sembahan-sembahan lainnya yang dipuja oleh nenek moyang mereka, kalau Allah menghendaki tentulah mereka tidak akan mengharamkan daging binatang tertentu di mana mereka mengatakan bahwa semua tindakan dan perbuatan itu adalah kehendak Allah, agar mereka dapat mendekatkan diri kepada-Nya. Allah-lah yang menghendaki mereka mengharamkan shaibah dan bahirah dan Allah telah meridai ketetapan-ketetapan yang mereka tetapkan itu. Padahal Allah bebas dari semua tuduhan tersebut.Hal seperti ini tersebut dalam firman Allah: Dan orang musyrik berkata, "Jika Allah menghendaki, niscaya kami tidak akan menyembah sesuatu apa pun selain Dia, baik kami maupun bapak-bapak kami, dan tidak (pula) kami mengharamkan sesuatu pun tanpa (izin)-Nya." Demikianlah yang diperbuat oleh orang sebelum mereka. Bukankah kewajiban para rasul hanya menyampaikan (amanat Allah) dengan jelas. (an-Nahl/16: 35)

Berbagai ucapan kaum musyrikin itu dibantah oleh Allah dengan menjelaskan bahwa umat-umat sebelum mereka yang mempersekutukan Allah dan mendustakan Rasul-Nya dan mengharamkan sesuatu tanpa izin-Nya telah ditimpa siksaan Allah dan telah dibinasakan-Nya sebagai balasan atas kekafiran dan keingkaran mereka. Kalau apa yang mereka lakukan itu diridai Allah, tentulah Dia tidak akan menyiksa dan menghancurkan mereka. Kemudian Allah menentang mereka dengan memerintahkan kepada Nabi Muhammad agar mengatakan kepada mereka, "Apakah engkau hai kaum musyrikin mempunyai ilmu pengetahuan tentang hukuman yang kalian tetapkan itu, yang dapat kamu ajarkan kepada kami? Kalau memang ada pengetahuan itu maka kemukakanlah agar dapat kami pertimbangkan dan bandingkan dengan ayat-ayat yang diturunkan kepada kami atau dengan syariat nabi-nabi sebelum kami." Tentu saja mereka tidak dapat menjawab tantangan itu, karena memang apa yang mereka katakan hanyalah buatan mereka sendiri tidak didasarkan kepada pengetahuan syariat umat-umat yang terdahulu. Karena itu dengan tegas Allah mencap mereka sebagai orang yang mengikuti sangkaan dan dugaan belaka dan berdusta terhadap Allah.

Sumber:
Aplikasi Quran Kementrian Agama Republik Indonesia


Page 23

Ke ayat 123456789101112131415161718192021222324252627282930313233343536373839404142434445464748495051525354555657585960616263646566676869707172737475767778798081828384858687888990919293949596979899100101102103104105106107108109110111112113114115116117118119120121122123124125126127128129130131132133134135136137138139140141142143144145146147148149150151152153154155156157158159160161162163164165

قُلْ فَلِلّٰهِ الْحُجَّةُ الْبَالِغَةُۚ فَلَوْ شَاۤءَ لَهَدٰىكُمْ اَجْمَعِيْنَ 149

Katakanlah (Muhammad), “Alasan yang kuat hanya pada Allah. Maka kalau Dia menghendaki, niscaya kamu semua mendapat petunjuk.”

Pada ayat ini Allah memerintahkan kepada Rasul-Nya agar menegaskan kepada orang-orang musyrik yang mendasarkan tindakan dan ketetapan mereka kepada sangkaan, bukan kepada ilmu pengetahuan dan syariat nabi-nabi yang terdahulu bahwa Allah-lah yang mempunyai ilmu pengetahuan, hujjah, dan dasar-dasar yang kuat. Dialah yang berhak memberi petunjuk kepada yang benar yang harus diikuti dengan patuh oleh hamba-Nya yang beriman dan bertakwa. Barang siapa di antara hamba-Nya yang taat kepada-Nya dan menjalankan petunjuk yang diberikan-Nya, niscaya ia akan menjadi hamba yang saleh dan bahagia. Tetapi bila ada di antara hamba-Nya yang membangkang, mengingkari petunjuk-petunjuk itu, bahkan berani menyamakan dirinya dengan Allah, maka akan celakalah dia di dunia dan di akhirat. Semuanya terserah kepada manusia apakah dia akan memilih jalan lurus yang membawa kebahagiaan dengan menjalankan petunjuk Tuhan-nya atau jalan sesat yang membawa celaka dengan mengingkari petunjuk itu dan memperturutkan hawa nafsunya.Inilah jalan yang ditetapkan Allah bagi manusia dan jin seluruhnya. Jika Allah menghendaki tentulah Dia dapat menjadikan kamu seperti malaikat yang selalu patuh kepada Tuhannya sesuai dengan tabiatnya, seperti yang dijelaskan dalam firman-Nya: ¦ Tidak durhaka kepada Allah terhadap apa yang Dia perintahkan kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan. (at-Tahrim/66: 6)

Sudah menjadi sunah dan ketetapan Allah bahwa manusia harus mempergunakan akalnya untuk memilih jalan mana yang ditempuhnya. Bila dia memilih jalan yang benar akan berbahagialah dia, dan bila memilih jalan yang salah dan menyesatkan akan celakalah dia. Demikianlah sunatullah dan tiada seorang pun yang dapat mengubahnya.

Sumber:
Aplikasi Quran Kementrian Agama Republik Indonesia


Page 24

Ke ayat 123456789101112131415161718192021222324252627282930313233343536373839404142434445464748495051525354555657585960616263646566676869707172737475767778798081828384858687888990919293949596979899100101102103104105106107108109110111112113114115116117118119120121122123124125126127128129130131132133134135136137138139140141142143144145146147148149150151152153154155156157158159160161162163164165

قُلْ هَلُمَّ شُهَدَاۤءَكُمُ الَّذِيْنَ يَشْهَدُوْنَ اَنَّ اللّٰهَ حَرَّمَ هٰذَاۚ فَاِنْ شَهِدُوْا فَلَا تَشْهَدْ مَعَهُمْۚ وَلَا تَتَّبِعْ اَهْوَاۤءَ الَّذِيْنَ كَذَّبُوْا بِاٰيٰتِنَا وَالَّذِيْنَ لَا يُؤْمِنُوْنَ بِالْاٰخِرَةِ وَهُمْ بِرَبِّهِمْ يَعْدِلُوْنَ ࣖ 150

Katakanlah (Muhammad), “Bawalah saksi-saksimu yang dapat membuktikan bahwa Allah mengharamkan ini.” Jika mereka memberikan kesaksian, engkau jangan (ikut pula) memberikan kesaksian bersama mereka. Jangan engkau ikuti keinginan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami dan orang-orang yang tidak beriman kepada akhirat, dan mereka mempersekutukan Tuhan.

Pada ayat ini Allah memerintahkan kepada Nabi Muhammad untuk menantang kaum musyrikin agar mendatangkan saksi-saksi yang berani mengakui bahwa Allah telah mengharamkan beberapa binatang ternak, seperti saibah dan bahirah. Pastilah mereka tidak akan dapat menghadirkan saksi-saksi itu karena mustahil seseorang dapat berhadapan muka dengan Allah kecuali di akhirat sehingga dia dapat menyaksikan dengan mata kepalanya apakah benar Allah telah mengharamkan binatang ternak itu bagi mereka atau mereka hanya mengada-ada ketetapan itu menurut kemauan mereka sendiri. Tantangan ini telah membantah segala hujjah yang mereka kemukakan dan pastilah mereka tidak dapat menjawabnya.Seandainya mereka menghadirkan saksi-saksi yang sudah pasti saksi-saksi itu adalah saksi palsu, maka Allah melarang Nabi Muhammad membenarkan kesaksian mereka, bahkan Allah menyuruh Nabi untuk menolaknya dengan tegas, karena mereka adalah kaum yang telah mempersekutukan Allah dan tidak segan-segan mengadakan kebohongan terhadap Allah apalagi terhadap Nabi Muhammad. Di samping itu Allah melarang Nabi mengikuti hawa nafsu orang-orang yang mendustakan ayat-ayat yang diturunkan kepada-Nya, tidak percaya kepada hari akhirat dan selalu mempersekutukan Allah dengan berhala-berhala dan sesembahan lainnya. Nabi diperintahkan agar bersikap tegas terhadap kaum musyrikin bahkan terhadap semua orang yang menyeleweng dari jalan Allah. Berlaku lemah lembut terhadap mereka apalagi mengadakan kompromi dengan mereka, akan membawa kepada kesesatan yang nyata sesuai dengan firman Allah:

Dan jika kamu mengikuti kebanyakan orang di bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah. Yang mereka ikuti hanya persangkaan belaka dan mereka hanyalah membuat kebohongan. (al-An'am/6: 116)

Sumber:
Aplikasi Quran Kementrian Agama Republik Indonesia


Page 25

Ke ayat 123456789101112131415161718192021222324252627282930313233343536373839404142434445464748495051525354555657585960616263646566676869707172737475767778798081828384858687888990919293949596979899100101102103104105106107108109110111112113114115116117118119120121122123124125126127128129130131132133134135136137138139140141142143144145146147148149150151152153154155156157158159160161162163164165

۞ قُلْ تَعَالَوْا اَتْلُ مَا حَرَّمَ رَبُّكُمْ عَلَيْكُمْ اَلَّا تُشْرِكُوْا بِهٖ شَيْـًٔا وَّبِالْوَالِدَيْنِ اِحْسَانًاۚ وَلَا تَقْتُلُوْٓا اَوْلَادَكُمْ مِّنْ اِمْلَاقٍۗ نَحْنُ نَرْزُقُكُمْ وَاِيَّاهُمْ ۚوَلَا تَقْرَبُوا الْفَوَاحِشَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَۚ وَلَا تَقْتُلُوا النَّفْسَ الَّتِيْ حَرَّمَ اللّٰهُ اِلَّا بِالْحَقِّۗ ذٰلِكُمْ وَصّٰىكُمْ بِهٖ لَعَلَّكُمْ تَعْقِلُوْنَ 151

Katakanlah (Muhammad), “Marilah aku bacakan apa yang diharamkan Tuhan kepadamu. Jangan mempersekutukan-Nya dengan apa pun, berbuat baik kepada ibu bapak, janganlah membunuh anak-anakmu karena miskin. Kamilah yang memberi rezeki kepadamu dan kepada mereka; janganlah kamu mendekati perbuatan yang keji, baik yang terlihat ataupun yang tersembunyi, janganlah kamu membunuh orang yang diharamkan Allah kecuali dengan alasan yang benar. Demikianlah Dia memerintahkan kepadamu agar kamu mengerti.

Di dalam permulaan ayat ini, Allah memerintahkan kepada Nabi Muhammad agar mengatakan kepada kaum musyrikin yang menetapkan hukum menurut kehendak hawa nafsunya bahwa ia akan membacakan wahyu yang akan diturunkan Allah kepadanya. Wahyu itu memuat beberapa ketentuan tentang hal-hal yang diharamkan kepada mereka. Ketentuan-ketentuan hukum itu datangnya dari Allah, maka ketentuan-ketentuan itulah yang harus ditaati, karena Dia sendirilah yang berhak menentukan ketentuan hukum dengan perantara wahyu yang disampaikan oleh malaikat kepada Rasul-Nya, yang memang diutus untuk menyampaikan ketentuan-ketentuan hukum kepada umat manusia.Ketentuan-ketentuan hukum yang disampaikan Rasul kepada kaum musyrikin itu berintikan 10 ajaran pokok yang sangat penting yang menjadi inti dari agama Islam dan semua agama yang diturunkan Allah ke dunia. Lima ketentuan di antara sepuluh ketentuan itu terdapat dalam ayat ini, empat buah di antaranya terdapat dalam ayat berikutnya (152), sedang satu ketentuan lagi terdapat dalam ayat berikutnya lagi (153).Para ulama menamakan sepuluh ajaran pokok itu "al-Washaya al-'Asyr" (sepuluh perintah), yang mana dalam ayat 151 ini disebutkan lima yaitu: (1)Jangan mempersekutukan Allah,(2)Berbuat baik kepada kedua orangtua (ibu dan bapak),(3)Jangan membunuh anak karena kemiskinan,(4)Jangan mendekati (berbuat) kejahatan secara terang-terangan maupun secara tersembunyi,(5)Jangan membunuh jiwa yang diharamkan membunuhnya oleh Allah.Adapun larangan tidak boleh mempersekutukan Allah adalah pokok pertama yang paling mutlak, baik dengan perkataan atau iktikad. Seperti mempercayai bahwa Tuhan itu bersekutu, atau dengan perbuatan seperti menyembah berhala-berhala atau sembahan-sembahan lainnya.Setelah Allah memerintahkan manusia agar bertauhid dan jangan mempersekutukan-Nya, maka Allah memerintahkan manusia agar berbuat baik terhadap kedua orang tua. Urutan ini jelas menerangkan bagaimana pentingnya berbuat baik terhadap kedua orangtua, meskipun mereka salah atau menyuruh anaknya mempersekutukan Tuhan, namun si anak tetap harus berbuat baik terhadap mereka di dunia ini dan harus menolak dengan sopan suruhan atau ajakan orangtua untuk mempersekutukan Tuhan, sebagaimana firman Allah: Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan Aku dengan sesuatu yang engkau tidak mempunyai ilmu tentang itu, maka janganlah engkau menaati keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik. (Luqman/31: 15)Di dalam hadis yang diriwayatkan oleh al-Bukhari dan Muslim dari Abdullah bin Mas'ud. Dia menyampaikan hadis yang maksudnya sebagai berikut:"Saya bertanya kepada Rasulullah, tentang amal yang paling afdhal?" Rasulullah menjawab, "salat tepat pada waktunya," apalagi sesudah itu? Jawabnya, "berbuat baik terhadap kedua orang tua," apalagi sesudah itu? Jawabnya, "berjihad di jalah Allah." (Riwayat al-Bukhari dan Muslim)Yang dimaksud dengan berbuat baik terhadap kedua orang tua ialah menghormati keduanya, baik dengan perkataan maupun dengan perbuatan penuh rasa cinta dan kasih sayang, bukan karena takut atau terpaksa. Penghormatan tersebut wajib, di samping kewajiban anak membelanjai ibu bapaknya yang tidak mampu, sesuai dengan kesanggupan anak itu. Perintah berbuat baik kepada orang tua diikuti dengan larangan kepada orang tua membunuh anak mereka disebabkan kemiskinan yang menimpa mereka, karena Tuhan akan memberi rezeki kepada mereka dan anak-anak mereka.Firman Allah: Dan janganlah kamu membunuh anak-anakmu karena takut miskin. Kamilah yang memberi rezeki kepada mereka dan kepadamu. Membunuh mereka itu sungguh suatu dosa yang besar. (al-Isra'/17: 31)Larangan membunuh anak pada ayat ini berbeda dengan larangan membunuh anak pada ayat lain (dalam Surah al-Isra' ayat 31). Pada ayat 151 Surah al-An'am, larangan membunuh anak karena takut kemiskinan yang sedang diderita (menimpa). Pada ayat ini dijelaskan bahwa Allah akan memberi rezeki kepada orang tua yang membelanjai anaknya, dan kata berarti bahwa Allah akan memberi rezeki kepada mereka (anak-anakmu).Sedangkan dalam Surah al-Isra', Allah menjelaskan pada ayat artinya "Kami akan memberi rezeki kepada mereka (anak-anak)" dan kata artinya "Allah akan memberi rezeki kepadamu (orang tua). Didahulukannya anak-anak dalam pemberian rezeki menunjukkan perhatian Allah yang begitu besar terhadap anak, akibat sikap orang tua yang takut punya anak karena takut menjadi miskin.Pada ayat ini Allah melarang mendekati perbuatan-perbuatan keji apalagi mengerjakannya, baik berupa perbuatan, seperti berzina, atau menuduh orang berzina, baik perbuatan itu dilakukan dengan terang-terangan atau dengan sembunyi.Diriwayatkan dari Ibnu 'Abbas dalam menafsirkan ayat ini, pada masa Jahiliyah orang-orang tidak memandang jahat melakukan zina secara tersembunyi, tetapi mereka memandang jahat kalau dilakukan secara terang-terangan. Maka dengan ayat ini Allah mengharamkan zina secara terang-terangan atau tersembunyi. Pendapat lain mengatakan bahwa yang dimaksud dengan perbuatan yang nampak (terang) ialah semua perbuatan dengan anggota tubuh, sedangkan yang tersembunyi adalah perbuatan hati, seperti takabur, iri hati, dan sebagainya.Pada ayat ini Allah melarang pula membunuh jiwa tanpa sebab yang benar menurut ajaran Tuhan. Rasulullah bersabda: "Tidak boleh membunuh jiwa seorang muslim, terkecuali disebabkan salah satu dari tiga perkara, yaitu: karena murtad (muslim yang berbalik jadi kafir), zina, muhsan (zina orang yang sudah pernah kawin) dan membunuh manusia tanpa sebab yang benar." (Riwayat Abu Daud).Demikian juga orang-orang kafir yang ada perjanjian damai dengan kaum Muslimin tidak boleh dibunuh atau diganggu, sesuai dengan sabda Rasulullah: "Mereka mempunyai hak sebagaimana hak yang ada pada kami (kaum muslimin) dan mempunyai kewajiban sebagaimana kewajiban yang ada pada kami (kaum muslimin)." (Riwayat At-Tirmidzi)

Setelah diterangkan lima dari ajaran pokok yang sangat penting itu, maka Allah mengakhiri ayat ini dengan suatu penegasan yang maksudnya: Demikian itulah yang diperintahkan Tuhan kepadamu, agar kamu memahami tujuannya bukan seperti tindakanmu yang menghalalkan dan mengharamkan sesuatu menurut hawa nafsu.

Sumber:
Aplikasi Quran Kementrian Agama Republik Indonesia


Page 26

Ke ayat 123456789101112131415161718192021222324252627282930313233343536373839404142434445464748495051525354555657585960616263646566676869707172737475767778798081828384858687888990919293949596979899100101102103104105106107108109110111112113114115116117118119120121122123124125126127128129130131132133134135136137138139140141142143144145146147148149150151152153154155156157158159160161162163164165

وَلَا تَقْرَبُوْا مَالَ الْيَتِيْمِ اِلَّا بِالَّتِيْ هِيَ اَحْسَنُ حَتّٰى يَبْلُغَ اَشُدَّهٗ ۚوَاَوْفُوا الْكَيْلَ وَالْمِيْزَانَ بِالْقِسْطِۚ لَا نُكَلِّفُ نَفْسًا اِلَّا وُسْعَهَاۚ وَاِذَا قُلْتُمْ فَاعْدِلُوْا وَلَوْ كَانَ ذَا قُرْبٰىۚ وَبِعَهْدِ اللّٰهِ اَوْفُوْاۗ ذٰلِكُمْ وَصّٰىكُمْ بِهٖ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَۙ152

Dan janganlah kamu mendekati harta anak yatim, kecuali dengan cara yang lebih bermanfaat, sampai dia mencapai (usia) dewasa. Dan sempurnakanlah takaran dan timbangan dengan adil. Kami tidak membebani seseorang melainkan menurut kesanggupannya. Apabila kamu berbicara, bicaralah sejujurnya, sekalipun dia kerabat(mu) dan penuhilah janji Allah. Demikianlah Dia memerintahkan kepadamu agar kamu ingat.”

Pada ayat 151 telah disebutkan lima dari sepuluh "al-Washaya al-'Asyr", sedang dalam ayat 152 ini disebutkan lima atau empat wasiat (menurut sebagian mufassirin) sedang yang sisanya (yang kesepuluh) terdapat pada ayat 153. Wasiat-wasiat itu adalah : (6)Jangan mendekati harta anak yatim, kecuali dengan cara yang lebih bermanfaat.(7/8)Keharusan menyempurnakan takaran dan timbangan.(9) Berlaku adil dalam perkataan, meskipun terhadap keluarga.(10)Memenuhi janji Allah.Adapun larangan mendekati harta anak yatim, maksudnya, siapapun tidak boleh mendekati, menggunakan atau memanfaatkan harta anak yatim, baik dari pihak wali maupun dari pihak lain kecuali pendekatan itu bertujuan untuk memelihara dan mengembangkan harta anak yatim. Jika anak yatim itu sudah dewasa barulah diserahkan harta tersebut kepadanya. Mengenai usia, para ulama menyatakan sekitar 15-18 tahun atau dengan melihat situasi dan kondisi anak, mengingat kedewasaan tidak hanya didasarkan pada usia tapi pada kematangan emosi dan tanggung jawab sehingga bisa memelihara dan mengembangkan hartanya dan tidak berfoya-foya atau menghamburkan warisannya.Tentang keharusan menyempurnakan takaran dan timbangan, perintah ini berulang kali disebutkan pada beberapa surah dalam Al-Qur'an dengan bermacam cara, bentuk dan hubungannya dengan persoalan yang bermacam-macam pula, antara lain firman Allah: Dan sempurnakanlah takaran apabila kamu menakar, dan timbanglah dengan timbangan yang benar. Itulah yang lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya. (al-Isra'/17: 35)Perintah Tuhan untuk menyempurnakan takaran dan timbangan adalah sekadar menurut kemampuan yang biasa dilaksanakan dalam soal ini, karena Tuhan tidak memberati hamba-Nya melainkan sekadar kemampuannya. Yang penting tidak ada unsur atau maksud penipuan. Yang dimaksud tentang keharusan berkata dengan adil kendati pun terhadap keluarga ialah setiap perkataan terutama dalam memberikan kesaksian dan putusan hukum. Dan ini sangat penting bagi setiap pembangunan terutama di bidang akhlak dan sosial, tanpa membedakan orang lain dengan kaum kerabat. Hal ini telah diterangkan pula dalam firman Allah: Allah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan di antara mereka, ampunan dan pahala yang besar. (al-Fath/48: 29)Adapun yang dimaksud dengan janji Allah, ialah semua janji baik terhadap Tuhan seperti firman Allah: Bukankah Aku telah memerintahkan kepadamu wahai anak cucu Adam agar kamu tidak menyembah setan? Sungguh, setan itu musuh yang nyata bagi kamu. (Yasin/36: 60)Firman Allah yang lain: Dan orang-orang yang menepati janji apabila berjanji. (al-Baqarah/2: 177)

Ayat ini diakhiri dengan ungkapan "semoga kamu ingat", sebab semua perintah atau larangan yang tersebut dalam ayat ini pada umumnya diketahui dan dilaksanakan orang-orang Arab Jahiliyah, bahkan mereka bangga karena memiliki sifat-sifat terpuji itu. Jadi ayat ini mengingatkan mereka agar tidak lupa, atau agar mereka saling ingat-mengingatkan pentingnya melaksanakan perintah Allah tersebut.

Sumber:
Aplikasi Quran Kementrian Agama Republik Indonesia