Siapakah nabi yang kedua telapak tangannya bisa keluar sinar yang terang

Jakarta -

Setiap rasul diberi amanah oleh Allah SWT untuk menyampaikan wahyu. Mukjizat pun menjadi salah satu tanda kenabian yang diberikan oleh Allah, termasuk kepada Nabi Musa A.S. Nah, apa saja mukjizat Nabi Musa?

Setiap mukjizat Allah SWT firmankan dalam Al Quran. Hal itu agar setiap umat Islam dapat memercayai kenabian setiap rasul yang diutus oleh Allah SWT ke atas bumi.

Berikut 2 mukjizat Nabi Musa:

Kisah mukjizat mengubah tongkat menjadi ular tertulis dalam ayat al qur'an tentang mukjizat Nabi Musa surat Al-A'raf ayat 104-107. Dalam surat itu, dikisahkan Nabi Musa tengah diutus Allah SWT untuk menunjukkan bukti-bukti kepada Firaun.

Firaun pun menantang Nabi Musa untuk memperlihatkan bukti jika ia benar merupakan utusan dari Allah SWT. Nabi Musa pun melemparkan tongkatnya dan secara tiba-tiba tongkat itu berubah jadi ular besar.

Arab: فَاَلْقٰى عَصَاهُ فَاِذَا هِيَ ثُعْبَانٌ مُّبِيْنٌ ۖ

Latin: fa alqā 'aṣāhu fa iżā hiya ṡu'bānum mubīn

Artinya: Lalu (Musa) melemparkan tongkatnya, tiba-tiba tongkat itu menjadi ular besar yang sebenarnya.

Selain itu, tangan Nabi Musa menjadi putih bercahaya. Namun, kaum Firaun tetap tidak mau mempercayai kebesaran Allah SWT melalui Nabi Musa.

Arab: قَالَ الْمَلَاُ مِنْ قَوْمِ فِرْعَوْنَ اِنَّ هٰذَا لَسٰحِرٌ عَلِيْمٌۙ

Latin: qālal-mala`u ming qaumi fir'auna inna hāżā lasāḥirun 'alīm

Artinya: Pemuka-pemuka kaum Fir'aun berkata, "Orang ini benar-benar pesihir yang pandai,"

2. Membelah Lautan

Selain itu, ada juga mukjizat Nabi Musa membelah lautan. Dalam Quran surat Taha ayat 77-78 Allah SWT berfirman cara Nabi Musa dalam membelah lautan demi menyelamatkan diri,

Kisah itu bermula dari kejaran para bala tentara Firaun yang ingin menangkap Nabi Musa dan umatnya. Namun, saat mencari jalan pergi mereka terjebak di ujung perbatasan dengan laut sehingga tak ada jalan keluar kecuali melewati laut.

Akhirnya, Nabi Musa memukul tongkat tersebut ke tanah hingga membelah lautan. Nabi Musa dan pengikutnya pun berjalan di tengah-tengah laut yang terbelah tersebut.

Arab: وَلَقَدْ اَوْحَيْنَآ اِلٰى مُوْسٰٓى اَنْ اَسْرِ بِعِبَادِيْ فَاضْرِبْ لَهُمْ طَرِيْقًا فِى الْبَحْرِ يَبَسًاۙ لَّا تَخٰفُ دَرَكًا وَّلَا تَخْشٰى

Latin: wa laqad auḥainā ilā mụsā an asri bi'ibādī faḍrib lahum ṭarīqan fil-baḥri yabasal lā takhāfu darakaw wa lā takhsyā

Artinya: Dan sungguh, telah Kami wahyukan kepada Musa, 'Pergilah bersama hamba-hamba-Ku (Bani Israil) pada malam hari, dan pukul lah (buat lah) untuk mereka jalan yang kering di laut itu, (engkau) tidak perlu takut akan tersusul dan tidak perlu khawatir (akan tenggelam).'

Para pasukan Firaun pun mengikuti Nabi Musa ke dalam lautan. Namun, mereka malah ditenggelamkan oleh Allah SWT.

Arab: فَاَتْبَعَهُمْ فِرْعَوْنُ بِجُنُوْدِهٖ فَغَشِيَهُمْ مِّنَ الْيَمِّ مَا غَشِيَهُمْ ۗ

Latin: fa atba'ahum fir'aunu bijunụdihī fa gasyiyahum minal-yammi mā gasyiyahum

Artinya: Kemudian Firaun dengan bala tentaranya mengejar mereka, tetapi mereka digulung ombak laut yang menenggelamkan mereka.

Selain itu, mukjizat Nabi Musa juga Allah firmankan dalam surat Asy Syuara ayat 60-66. Allah SWT berfirman bahwa para pasukan Firaun ikut masuk ke dalam lautan dan membuat pengikut Nabi Musa ketakutan.

Namun, Nabi Musa menenangkan umatnya karena Allah SWT telah memberi petunjuk. Firaun dan pasukannya akhirnya ditenggelamkan dalam Laut Merah.

Arab: ثُمَّ اَغْرَقْنَا الْاٰخَرِيْنَ ۗ

Latin: ṡumma agraqnal-ākharīn

Artinya: Kemudian Kami tenggelamkan golongan yang lain (Firaun dan pasukannya).

Semoga mukjizat Nabi Musa bisa menambah keimanan kita ya!

(pay/erd)

Tangan bercahaya (bahasa Arab: الیَد البَیضاء) adalah salah satu dari sembilan mukjizat Nabi Musa as yang disebutkan di dalam Alquran. Pada mukjizat ini, tangan Nabi Musa as tampak putih bercahaya. Mukjizat ini terjadi sebelum berangkat untuk bertemu dengan Fir'aun dan di lain waktu saat berhadapan dengan Fir'aun. Taurat juga menceritakan mengenai mukjizat ini, dan pada beberapa rincian memiliki perbedaan dengan yang dikisahkan Alquran.

Mukjizat Tangan Bercahaya

Al-Yad al-Baidha (tangan bercahaya) adalah salah satu dari sembilan mukjizat Nabi Musa as yang disebutkan di dalam Alquran. [1] Alquran dalam surah Al-A'raf, Thaha, Asy-Syu'ara, An-Naml dan Al-Qashash menyebutkan mengenai mukjizat ini [2], sebagaimana yang disebutkan, اسْلُكْ يَدَكَ فِي جَيْبِكَ تَخْرُ‌جْ بَيْضَاءَ مِنْ غَيْرِ‌ سُوءٍ (Masukkanlah tanganmu ke leher bajumu, ia akan keluar putih bercahaya tanpa cacat). [3]

Alquran menyebutkan pula, mukjizat ini pertama kali diperlihatkan sebelum bertemu dengan Fir'aun, sebagai persiapan [4] dan pada saat berhadapan dengan Firaun. [5]

Para ahli tafsir berbeda pendapat mengenai arti dari al-Baidha:

Tangan Bercahaya

Menurut sejumlah mufasir, mukjizat al-Yad al-Baidha adalah tangan Nabi Musa as berkilau dan mengeluarkan cahaya. [6] Cahaya yang keluar dari tangan Nabi Musa as tersebut agar semua orang yang hadir dalam pertemuan dengan Fir'aun dapat melihatnya dengan jelas. Sejumlah riwayat disebutkan menguatkan pendapat ini. [7]

Tangan Putih

Pendapat mufasir lain menyebutkan, warna kulit tangan Nabi Musa as yang awalnya cokelat berubah menjadi warna putih, dan itu sangat mengejutkan dan mengherankan bagi yang melihatnya. [8]

Perbedaan antara Narasi Alquran dengan Taurat

Dalam Alquran, mukjizat tangan bercahaya selalu disertai dengan sifat "min ghairi su'in" (مِنْ غَیرِ سُوء) yang artinya tanpa cacat. Sehingga mufasir mengartikan putihnya tangan Nabi Musa as tidak seperti putihnya tangan orang yang sedang menderita penyakit kulit. [9] Beberapa riwayat Syiah [10] dan Ahlusunah [11] menguatkan penafsiran ini. Namun berbeda dengan narasi yang dikisahkan dalam Taurat.

Dalam Taurat disebutkan:

Sekali lagi, Tuhan berkata kepadanya,"Letakkan tanganmu di dalam jubahmu." Dia meletakkan tangannya ke jubahnya; dan ketika dia mengeluarkannya, tangannya mengalami lepra/kusta, seputih salju. Lalu Tuhan berkata, "Masukkan kembali tanganmu ke dalam jubahmu," jadi dia meletakkan tangannya kembali ke jubahnya, dan ketika dia mengeluarkannya, kondisi tangannya kembali seperti sedia kala."[12]

Catatan Kaki

  1. QS. An-Naml: 12
  2. QS. Al-A'raf: 108; QS. Thaha: 22; QS. Asy-Syu'ara: 33; QS. An-Naml: 12; QS. Al-Qashash: 32
  3. QS. Al-Qashash: 32
  4. QS. Thaha: 22-24
  5. QS. Asy-Syu'ara: 33-34
  6. Syubbar, Tafsir Al-Qur'an al-Karim, jld. 1, hlm. 180; Thabrizi, Majma' al-Bayan fi Tafsir al-Qur'an, jld. 4, hlm. 705
  7. Ali bin Ibrahim, Tafsir Qummi, jld. 2, hlm. 140
  8. Syaikh Thusi, al-Tibyan fi Tafsir Al-Qur'an, jld. 4, hlm. 492; Mugniyah, Tafsir al-Kasyif, jld. 3, hlm. 375
  9. Fakhrurazi, Mafatih al-Ghaib, jld. 14, hlm. 330; Qurthubi, al-Jami' li Ahkam al-Qur'an, jld. 7, hlm. 257
  10. Syaikh Shaduq, Ma'ani al-Akhbar, al-Nash, hlm. 173
  11. Suyuti, al-Dur al-Mantsur fi Tafsir al-Ma'tsur, jld. 4, hlm. 295
  12. Exodus, 4:6-7

Daftar Pustaka

  • Al-Qummi, Ali bin Ibrahim. Tafsir al-Qummi. Riset dan editor: Musawi Jazairi, Sayid Thayib. Qom: Dar al-Kitab, cet. III, 1404 H.
  • Fakhruddin al-Razi, Abu Abdillah Muhammad bin Umar. Mafātih al-Ghaib. Beirut: Dar Ahya al-Turats al-'Arabi, cet. III, 1420 H.
  • Mughniyah, Muhammad Jawad. Tafsir al-Kāsyif. Tehran: Dar al-Kutub al-Islamiyah, cet. I, 1424 H.
  • Qurtubi, Muhammad bin Ahmad. Al-Jāmi' li Ahkām al-Qur'an. Nashr Khusru, cet. I, 1364 HS.
  • Suyuti, Jalaluddin. Al-Durr al-Mantsur fi Tafsir al-Ma'tsur. Qom: Perpustakaan Ayatullah Mara'asyi Najafi, 1404 H.
  • Syaikh Shaduq. Ma'āni al-Akhbār. Riset dan editor: Ghaffari, Ali Akbar. Qom: Daftar Intisyarat Islami, cet. I, 1403 H.
  • Syaikh Thusi, Muhammad bin Hasan. Al-Tibyan fi Tafsir Alqur'an. Muqaddimah: Syaikh Agha Buzurg Tehrani. Riset: Qasir Amili, Ahmad. Beirut: Dar Ahya al-Turats al-'Arabi, tanpa tahun.
  • Syubbar, Sayid Abdullah. Tafsir Alqur'an al-Karim. Beirut: Dar al-Balaghah lil Thaba'ah wa al-Nasyr, cet. I, 1412 H.
  • Tabrizi, Fadhl bin Hasan. Majma' al-Bayān fi Tafsir al-Qur'an. Muqaddimah: Balaghi, Muhammad Jawad. Tehran: Nashir Khusru, cet. III, 1372 HS.