Siapa yang menyebut al isra ayat 176

Ceramahnya kebanyakan hanya berisi sumpah serapah yang dialamatkan kepada siapa saja yang tidak dia sukai. Ceramahnya yang menghujat Banser, menyerang kehormatan NU, dan mendiskreditkan pemerintahan RI, khususnya kehormatan Presiden RI. Saya tidak tahu apa motiv, niat, di balik ceramah-ceramah agamanya yang emosional, provokatif, tidak beradab, berisi omong kotor, dan saya yakin tidak menenangkan jiwa para pendengarnya.

Untuk mengetahui kekeliruan isi ceramah agamanya yang kasar dan jauh dari sopan santun itu, rasanya tidak perlu memiliki ilmu agama yang cukup mendalam. Lebih-lebih lagi jika yang sempat mendengarkannya adalah orang yang sangat mendalam ilmu agamanya.

Memerhatikan ucapan dan tindak tanduknya saat berceramah saja, kesan bahwa ia bermasalah dengan dirinya sendiri tampak begitu nyata. Sepertinya ia ingin menunjukkan kelebihan-kelebihan dirinya di hadapan para pengagumnya, tetapi sesungguhnya semua itu hanyalah kamuflase untuk menutupi segudang kekurangannya. Arogansinya tampak begitu jelas, tak bisa ditutup-tutup dengan kepura-puraan. Sepertinya ia ingin menutupi keangkuhannya, sedangkan semua orang telah mengetahuinya.

Dalam ceramahnya yang saya dengar dalam sebuah video, ia secara terang-terangan mengaku sebagai mantan maling, mantan preman, tidak bisa baca kitab kuning (berbahasa Arab gundul), tidak pernah mengaji di Pondok Pesantren, tetapi ia yang memberi makan orang yang bisa membaca kitab kuning. Karena menurutnya, yang penting ia merasa telah mendapatkan hidayah dan bisa memberikan manfaat.

Agaknya ia lupa, bahwa sungguh bekalnya untuk terjun di medan dakwah sangatlah jauh dari cukup. Bagaimana tidak? Bacaan al-Qurannya saja tidak fasih, berkali-kali keliru menerjemahkan ayat, apalagi menafsirkannya. Belum lagi kesalahan lain di mana ia meletakkan ayat dan hadits sebagai dalil untuk suatu persoalan yang tidak memiliki relevansi sama sekali. Ia juga mendapatkan protes keras secara langsung dari seorang ibu yang merasa tersinggung karena menyebut para pendukung pak Jokowi dengan sebutan “kecebong”, dan lalu ia minta agar ibu itu membuka Qs. al-Isra’ ayat 176, padahal jumlah ayatnya hanya 111 saja. Selanjutnya ia pun membacakan ayat yang terdapat dalam surat lainnya dan diterjemahkan dengan sangat keliru serta ditafsirkan dengan penafsiran berdasarkan hawa nafsunya, suatu penafsiran yang sangat menyesatkan. Ayat yang dibacakannya hanyalah dalih pembenaran atas kekeliruan ucapannya untuk tujuan menipu orang-orang awam yang terlanjur menjadi pengagumnya.

Siapa saja yang memberikan jawaban tanpa ilmu, maka ia tersesat dan menyesatkan orang lain. Siapa saja yang menyeru kepada kesesatan maka ia menanggung dosa dan ia juga menanggung dosa orang yang tersesat (karenanya) tanpa mengurangi dosa-dosa mereka sedikit pun.

Sudah seharusnya Gus Nur mulai belajar untuk melakukan introspeksi diri, menyadari batas kemampuannya, belajar lebih banyak lagi kepada para ahlinya, merasa malu dan berendah hati kepada para ulama yang sangat mendalam ilmu agamanya dan luas pula wawasan kebangsaannya. Ulama yang sesungguhnya adalah mereka mendalam ilmu agamanya, selalu jujur, cerdas, amanah, menebarkan kedamaian, menghormati perbedaan pandangan, menenteramkan batin manusia, rendah hati di hadapan para pengikutnya dan jauh dari semua sifat yang mengakibatkan rusaknya hubungan persaudaraan antara sesama anak bangsa.

Siapa yang menyebut al isra ayat 176

Siapa yang menyebut al isra ayat 176
Ilustrasi, Sugi Nur (Foto: Hilda Meilisa Rinanda)

Sugik Nur alias Gus Nur tersangka penghinaan pada NU melakukan ‘mark up’ terhadap Al-Quran.

Mantan menjual pembalut wanita ini mengutip ayat 176 surat Al-Isra’ padahal jumlah ayat dalam surat Al-Isra’ hanya 111 ayat.

Kelakuan bejat Sugi Nur yang tidak bisa ngaji tapi ceramahnya selalu dengan maki-maki dan pernah viral karena menipu TKW di Hongkong diungkap oleh netizen

(suaraislam)

redaksi

Sugi Nur (Kanan dan kiri) dan tangkapan layar video Sugi Nur yang viral (Tengah).

Beda pilihan capres itu biasa. Berbagai cara terkadang dilakukan untuk turut mengkampanyekan pilihannya. Termasuk menyelipkan materi tentang politik di sela-sela ceramah.

Tak sedikit memang ustaz yang berceramah dengan membawa politik, salah satunya Sugi Nur Raharja. Baru-baru ini viral rekaman video Sugi Nur menyinggung capres nomor urut 1 di tengah-tengah ceramahnya, dengan sebutan cebong.

Lucunya, ada emak-emak yang memprotes Sugi karena menggunakan kata cebong itu.

"Buka surat Al-Isra ayat 176," kata Sugi, menjawab protes emak-emak yang menyatakan keberatan ceramahnya karena membawa-bawa "cebong" untuk menggantikan panggilan seseorang.

"Diancam-ancam, sama siapa, sama cebong," kata Sugi di awal video.

Kemudian, si ibu memprotes, "Cebong itu binatang Pak, jadi jangan pakai cebong Pak. Yang lain ya. Pakai paslon nomor satu, jangan cebong,"

Berkali-kali si ibu menegaskan keberatannya hingga akhirnya Sugi menjawab protes si ibu dengan membacakan surat Al-Isra ayat 176 beserta artinya.

Masalahnya, tak hanya materi ceramah berbau politik saja. Tapi, surat yang dikutip oleh Sugi ternyata juga hanya sampai 111 ayat saja. Tak heran kemudian video itu viral dan diprotes banyak netizen.

Netizen Twitter beramai-ramai mengoreksi. Bahkan sampai ada yang memention Menteri Agama, Lukman Saifuddin untuk turut mengetahui peristiwa ini.

Ada pula yang berkomentar tentang surat apa yang mungkin dimaksud Sugi.

Wah dari ramainya cuitan ini, satu hal yang bisa kita petik; pastikan ayat alquran yang dikutip sudah benar, terlebih kalau ingin menyelipkannya saat berceramah politik.