Setelah badan doyong anggota tubuh yang terangkat adalah

Setelah badan doyong anggota tubuh yang terangkat adalah

Setelah badan doyong anggota tubuh yang terangkat adalah
Lihat Foto

kemdikbud

Tangkapan layar ilustrasi rangkaian gerakan guling depan dan guling lenting

KOMPAS.com - Guling depan (forward roll) adalah salah satu dari delapan derakan dasar senam lantai.

Pengertian guling depan adalah gerakan mengguling dengan posisi badan mengarah ke depan matras kemudian mengguling dengan tumpuan kedua tangan yang kuat dan diakhiri dengan sikap awal.

Kekuatan tolakan dalam guling depan terletak pada otot tangan. Namun demikian, kaki juga berguna untuk membantu dorongan.

Sikap awal dalam guling depan adalah berdiri menghadap matras kemudian menggulingkan badan sesuai urutan agar tidak membahayakan tubuh.

Baca juga: Kesalahan yang Sering Dilakukan dalam Gerakan Guling Depan

Adapun urutan perkenaan anggota tubuh di matras saat melakukan roll depan diawali dari tengkuk, punggung, pinggang, dan diikuti oleh panggul.

Berikut adalah tata cara atau teknik guling depan atau forward roll:

Teknik Dasar Guling Depan

  1. Posisikan tubuh berdiri di depan matras lalu ambil sikap kepala di depan lutut dengan kaki tetap lurus.
  2. Letakkan tangan di samping kanan dan kiri tubuh dengan menyentuh matras.
  3. Bersiap dengan mengangkat pinggul dengan kaki yang diluruskan. Lalu kamu bisa menundukkan kepala dan menendang kaki agar tubuh terguling ke depan.
  4. Saat menggulingkan badan, usahakan tengkuk kepala terlebih dahulu yang menyentuh matras, kemudian disusul oleh punggung, pinggang, pinggul, dan juga kaki.
  5. Setelah kaki kembali menyentuh matras dengan keadaan jongkok, kamu bisa meluruskan tangan untuk menjaga keseimbangan tubuh.

Baca juga: Guling Depan: Pengertian, Jenis, dan Kesalahan Umum

Perhatikan video berikut!

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Baca berita berikutnya

TATA CARA GERAKAN ANGGOTA BADAN

PADA WAKTU SHOLAT

1. BERDIRI

  1. Kaki direnggangkan kira-kira satu jengkal (kilan) kurang lebih 20 cm.
  2. Badan, khususnya bagian dada harus menghadap qiblat.
  3. Pandangan diarahkan pada tempat sujud.

    REFERENSI

  • Fathul Mu’in 15
  • I’anatut Tholibin juz I Hal 

2. NIAT SERTA TAKBIRATUL IHROM

  1. Niat di dalam hati dilakukan bersama-sama dengan takbiratul ihrom (mengucapkan ألله اكبر )

Hal-hal yang harus diniati  (yang harus dihadlirkan dalam hati)

  • - Keinginan / sengaja melakukan sholat.
  • - Kerfardluannya sholat.
  • - Menentukan sholat yang diniati semisal dluhur, ashar dll.

serta jika diucapkan  (  أصلى فرض الظهر / العصر.)

  1. Jika sholat sunat yang ditentukan waktunya atau yang mempunyai sebab maka harus :
  • - Keinginan atau sengaja melakukan sholat.
  • - Menentukan sholat tersebut seperti sholat qobliyah, ‘idul fitri, kusufis syamsi dll. jika diucapkan sbb :

 ( أصلى سنة قبلية الظهر ) ( أصلى سنة عيد الفطر )

  • - Jika sholat sunat mutlaq maka cukup keinginan atau sengaja melakukan sholat jika diucapkan ( أصلى سنة )

Hal-hal yang sunat diniati :

  1. Menyandarkan sholat pada Alloh ( لله تعالى )
  2. Menjelaskan sifatnya sholat ( أداء / قضاء )
  3. Menjelaskan menghadap qiblat dan jumlah roka’at. Jadi contoh lafadznya adalah :

( أصلى فرض الظهر اربع ركعات مستقبل القبلة أداء / قضاء لله تعالى )

  • Tata cara takbiaratul ihrom .
  1. Mengangkat kedua tangan
  2. Kedua telapak tangan diarahkan ke qiblat dengan posisi agak doyong.
  3. Keadaan jari-jari tangan dibiarkan merenggang seperti biasanya.
  4. Tangan diangkat hingga ujung jari sejajar dengan telinga bagian atas, ibu jari sejajar dengan telinga bagian bawah dan telapak tangan sejajar dengan pundak.
  5. Setelah itu letakkan kedua tangan dibagian sebelah kiri antara pusar dan dada dengan posisi sebagai berikut :
  • Tangan kanan menumpang tangan kiri
  • Ibu jari, jari manis dan jari kelingking tangan kanan memegang pergelangan tangan kiri
  • Jari telunjuk dan jari tengah tangan kanan dibeber di tangan kiri
  • Setelah itu membaca do’a iftitah.
  • Kemudian diam sebentar sekira cukup untuk membaca ( سبحان الله )
  • Lalu membaca do’a ta’wudz, dan diam sebentar sekira cukup untuk membaca ( سبحان الله )                                        

REFERENSI :

  • Albajuri Juz I hal 165
  • Fathul Mu’in hal 16 & 19
  • Ihya’ ‘Ulumuddin juz I hal 153
  • I’anatut tholibin juz I hal 134

3. MEMBACA SURAT AL FATIHAH

  • Tata cara membaca surat Alfatihah
  1. Dimulai dari ayat basmallah, wajib menjaga tasydid, huruf, makhroj, dan runtutnya ayat serta terus menerus
  2. Setelah membaca Al Fatihah lalu membaca (رب اغفرلى) kemudian membaca (آمين), tetapi bagi ma’mum setelah imam membaca Alfatihah tidak boleh membaca (رب اغفرلى)   tapi cuma membaca (آمين)
  3. Setelah itu diam sebentar sekira cukup untuk membaca ( سبحان الله ) jika sholat sendirian. Dan sekira cukup untuk membaca Alfatihah bila menjadi imam.
  4. Setelah itu membaca surat, kalau sholat shubuh suratnya yang panjang bila sholat maghrib suratnya yang pendek, sedangkan urutannya menurut urutan mushaf.
  5. Selesai membaca surat diam sebentar sekira cukup untuk membaca سبحان الله kemudian ruku’.

REFERENSI :

  • Bidayatul Hidayah hal 48
  • Fathul Mu’in hal 19
  • I’anatut tholibin juz I  hal 147.

4. RUKU’ SERTA TUMA’NINAH

  1. Setelah diam sebenter selesai membaca surat, lalu membaca takbir sambil mengangkat kedua tangan seperti ketika takbiratul ihrom
  2. Kemudian kedua telapak tangan memegang lutut, posisi punggung dan kepala rata seperti papan
  3. Jari tangan dibeber biasa dan diarahkan ke qiblat.
  4. Kedua siku direnggangkan dari lambung dan perut di angkat.
  5. Membaca tasbih tiga kali (3 X)

REFERENSI :

  • Ihya’ ‘Ulumuddin juz I hal
  • Tausyih ‘ala Ibnu Qosim hal  57

5. I’TIDAL SERTA TUMA’NINAH

  1. Membaca (سمع الله لمن حمده ) sambil mengangat tangan seperti takbiratul ihrom lalu diletakkan pada bagian dada atau dilepaskan, tetapi yang lebih utama dilepaskan dengan syarat tidak digerakkan.
  2. Membaca do’a ربنا لك الحمد ... ) )
  3. Diam sebentar lalu mengucapkan takbir untuk sujud tanpa mengangkat tangan.

REFERENSI :

  • Ihya’ ‘Ulumuddin juz I hal 154
  • Qulyubi juz  I  hal 135
  • Bidayatul Hidayah hal 49

6. SUJUD SERTA TUMA’NINAH

  1. Dari i’tidal (berdiri tegak) turun dan yang lebih dulu sampai di tempat sujud adalah kedua lutut lalu kedua telapak tangan lalu dahi bersama hidung
  2. Kedua siku direnggangkan dari lambung
  3. Telapak tangan sejajar dengan bahu
  4. Kaki direnggangkan dan ditegakkan hingga ujung jari menghadap qiblat
  5. Perut diangkat dari kedua paha.
  6. Membaca tasbih tiga kali ( 3  X ).
  7. Ketika sujud, tujuh anggota badan wajib menempel pada tempat sujud yaitu dahi,kedua lutut kedua telapak tangan, sebagian jari kaki yang bagian dalam, dan antara dahi dan tempat sujud harus tidak ada penghalang.
  8. Membaca takbir lalu duduk.

REFERENSI :

  • Kitab Bidayatul Hidayah Hal  49
  • Ihya’’Ulumuddin Juz I Hal 159
  • Fathul Mu’in Hal  21

7. DUDUK DI ANTARA DUA SUJUD SERTA TUMA’NINAH

  1. Bangun dari sujud sambil membaca takbir lalu kedua telapak tangan diletakkan diatas paha sekira ujung jari rata dengan lutut.
  2. Jari tangan dibeber biasa.
  3. Telapak kaki kanan ditegakkan, ujungnya dihadapkan ke qiblat sedangkan kaki kiri diduduki.
  4. Membaca do’a (رب اغفرلى وارحمنى ... )

REFERENSI :

  • Bidayatul Hidayah Hal 49 – 50                                v   Fathul Mu’in Hal 21
  • Albajuri Juz I Hal 171

8. SUJUD KEDUA SERTA TUMA’NINAH

  • Tata cara sujud yang kedua

Sujud disini caranya sama dengan sujud yang pertama.Setelah sujud dan akan berdiri untuk meneruskan roka’at yang kedua sambil membaca takbir tanpa mengangkat tangan dan disunatkan duduk istirahat sebentar, lalu telapak tangan diletakkan ditempat sujud kemudian berdiri. 

  1. Roka’at kedua caranya sama dengan roka’at yang pertama kecuali takbiratul ihrom, dan pada roka’at kedua ini disunatkan duduk untuk takhiyat awal bila sholatnya lebih dari dua roka’at dan untuk takhiyat akhir bila sholatnya dua roka’at.
  2. Duduk untuk tahiyat awal. Caranya sama dengan duduk diantara dua sujud hanya saja disini jari tangan yang kanan digenggam kecuali jari telunjuk dan posisi yang lebih utama adalah ibujari digenggam, ujungnya diletakkan dipinggir telapak tangan di bawah jari telunjuk yang dibiarkan terlepas, sedang ketiga jari yang lain juga ikut digenggam yaitu mengisyaratkan bilangan limapuluh tiga ( 53 ).
  3. Lalu membaca do’a tahiyat awal التحية المباركات الصلوات ... ) ) dan membaca sholawat yang khusus untuk Nabi Muhammad SAW.
  4. Ketika bacaan sampai pada lafadz ( الا الله )jari telunjuk yang kanan diangkat agak miring ke kanan/ arah qiblat dan pandangan mata sunat diarahkan pada ujung jari telunjuk tersebut hingga akan berdiri.,dan hingga salam jika dalam tahiyat akhir.
  5. Selesai membaca do’a tahiyat serta sholawat dan akan berdiri sambil membaca takbir kedua telapak tangan diletakkan ditempat sujud, lalu setelah hampir berdiri tegak (sampai batas yang disitu sudah cukup untuk ruku’) kedua tangan diangkat seperti ketika takbiratul ihrom.
  6. Duduk untuk tahiyat akhir.
  7. Sedikit berbeda dengan duduk untuk tahiyat awal, yaitu pantat yang kiri ditempelkan pada tempat sholat, telapak kaki yang kanan ditegakkan, sedangkan telapak kaki yang kiri dikeluarkan pada arah kaki sebelah kanan ( lewat bawahnya ).

REFERENSI :

  • Bidayatul Hidayah hal  49-50                v   I’anatut Tholibin juz I hal 135 dan 175.
  • Fathul mu’in hal  22-23                  

9. MEMBACA TAHIYYAT AKHIR

  1. Bacaannya sama dengan tahiyyat awal
  2. Wajib menjaga tasydid, huruf, makhroj dan harus terus menerus.

 REFERENSI :

  • Kitab Fathul Mu’in Hal. 23
  • Bidayatutl Hidayah Hal.  49 – 50.

 10MEMBACA SHOLAWAT NABI

  1. Sekurang-kurangnya membaca ( اللهم صل على سيدنا محمد ... )
  2. Setelah membaca sholawat pada Nabi, disunatkan juga membaca sholawat untuk Keluarga Nabi yaitu lafadz ( وعلى آل سيدنا محمد ... انك حميد مجيد dan setelah itu disunatkan berdo’a.

REFERENSI :

  • Fathul Mu’in Hal. 23
  • Bidayatul Hidayah Hal. 49 – 50.

11. SALAM YANG PERTAMA

  1. Bersamaan dengan salam yang pertama ini disunatkan niat keluar dari sholat.
  2. Sambil menoleh ke arah kanan hingga pipi kanan kelihatan dari arah belakang orang yang mengucap salam, sekurang-kurangnya lafadz :

    السلام عليكم )dan sunat bila ditambah menjadi  ( السلام عليكم ورحمة الله )

  1. Setelah itu mengucapkan salam yang kedua sambil menoleh ke arah kiri.

REFERENSI :

  • Kitab Fathul Mu’in hal  23
  • Bidayatul Hidayah hal  49 – 50.

12. MENGURUT-URUTKAN RUKUN

  1. Wajib mengurutkan / menertibkan rukunya sholat, yaitu kalimat – kalimat di atas yang ditulis dengan huruf besar (yang diberi nomor).
  2. Setelah sholat selesai, kedua telapak tangan diusapkan pada dahi dan wajah sampai dagu.

REFERENSI :

  • Fathul Mu’in Hal. 
  • Bughyatul Mustarsyidin Hal. 
  • TANBIH / PERINGATAN.
  1. Sebelum sholat disunatkan siwakan dan membaca surat An Naas
  2. Sunat melafadzkan niat, supaya bisa memudahkan menghadirkan niat dalam hati
  3. Bagi wanita ketika ruku’, kedua siku tangannya dihimpitkan pada lambung (tidk boleh direnggangkan). Pada waktu sujud, kedua lutut dan kedua telapak kakinya dihimpitkan pada kedua pahanya.
  4. Dalam sholat shubuh pada roka’at kedua setelah i’tidal disunatkan melakukan do’a qunut
  5. Kalau menjadi ma’mum maka wajib niat menjadi ma’mum, yaitu kalau dilafadzkan :

( أصلى فرض الظهر اربع ركعات مستقبل القبلة أداء مأموما لله تعالى )

  1. Lima rukun qouly (bacaan) wajib terdengar oleh telinganya sendiri, yaitu :
  • - Takbiratul ihrom -   Tahiyyat akhir
  • - Surat Al Fatihah -   Sholawat pada Tahiyyat akhir.
  • - Salam yang pertama.

REFERENSI :

  • Fathul Mu’in Hal.  7, 16, 20, 36
  • Sulam Munajah Hal. 21
  • Tausyih ‘Ala Ibnu Qosim Hal.  64
  • Ihya’ ‘Ulumuddin Juz  I  Hal.  153
  1. Orang yang sholat hendaknya berpakaian yang sebaik-baiknya, memakai surban dan jika memakai sarung jangan sampai melebihi batas mata kaki.
  2. Dalam sholat berjam’ah, ma’mum yang pertama mengambil posisi di sebelah kanan imam, ma’mum yang kedua di sebelah kiri imam ( antara ma’mum yang pertama dan yang kedua harus lurus dan rapat), lalu ma’mum yang ketiga di sebelah kanan ma’mum yang pertama, sedangkan ma’mum yang ke empat di sebelah kiri ma’mum yang kedua dan seterusnya.
  1. Makruh bagi seorang ma’mum sendirian di barisan kedua, sedangkan di barisan yang pertama masih ada tempat yang kosong, dan kemakruhannya tersebut bisa mengakibatkan dirinya tidak mendapat fadlilahnya jama’ah.
  2. Sebelum sholat imam melihat ke arah ma’mum dan memerintahkan supaya meluruskan barisan dengan mengucap :

 ( سوّوا صفوفكم فان تسوية الصفوف من تمام الصلاة )

  1. Bagi imam pada sholat shubuh, maghrib dan isya’ di roka’at yang pertama dan yang kedua sunat mengeraaskan bacaan surat Alfatihah dan surat setelahnya.
  2. Bagi imam setiap bacaan takbir sunat dikeraskan.
  3. Apabila imam sudah melakukan takbiratul ihrom hendaknya ma’mum segera mengikutinya.
  4. Ma’mum tidak boleh mendahului gerakan dan bacaan imam, sebaiknya tidak ruku’ sebelum ruku’nya imam sempurna, tidak bangun dari ruku’ sebelum imam telah tegak berdiri, tidak sujud sebelum dahi imam menempel di tempat sujud, tidak bangun dari sujud sebelum imam telah sempurna duduknya, tidak salam sebelum imam mengucapkan salam yang kedua.
  5. Bagi ma’mum sebaiknya jangan meninggalkan tempat sholat sebelum imam meninggalkan tempatnya.
  6. Pada waktu berdzikir atau berdo’a bersama seusai sholat, maka imam menghadapkan bagian badan yang sebelah kanan ke arah ma’mum dan bagian yang sebelah kiri ke arah qiblat dan dalam berdo’a sunat mengangkat kedua tangan sejajar dengan bahu (pundak) lalu mengusapkan ke wajah setalah selesai berdo’a sambil mengucapkan lafadz amiiin.
  7. Jika imam melakukan sujud sahwi, wajib bagi ma’mum baik muwafiq atau masbuk untuk mengikutinya, jika tidak mengikuti (juga tidak mufaroqoh) maka batal sholatnya ma’mum, dan disunatkan bagi ma’mum masbuk mengulangi sujud sahwi diakhir sholatnya.

REFERENSI :

  • Fathul Mu’in Hal.  20, 24, 26, 35, 36, 37.
  • Kasyifatus Sajaa Hal.  49, 
  • Tausyih ‘Ala Ibnu Qosim Hal. 
  • I’anatut Tholibin Juz  I  Hal.