A. KONSEKUENSI POSISI SILANG Coba Anda ingat kembali tentang letak geografis negara Indonesia. Bagaimanakah posisi negara Indonesia? Ya, tentu Anda akan mengatakan bahwa negara Indonesia berada pada posisi silang, terletak di antara dua benua dan dua samudera. Karena letak Indonesia berada pada posisi silang, tentu memiliki berbagai konsekuensi, baik pada bidang ekonomi perdagangan, ketahanan nasional, maupun sosial dan hukum. Konsekuensi itu tidak selalu positif, tetapi bisa juga negatif. Adapun pengaruh posisi silang Indonesia, antara lain:
Kondisi posisi silang negara Indonesia, tentu memiliki berbagai dampak baik positif maupun negatif yang ditimbulkannya. Untuk itu kita harus jeli dan mampu memfilter segala keuntungan dan ancaman yang mungkin terjadi. Berikut ini dampak yang terjadi dari posisi silang wilayah Indonesia. Dampak Positif
Sikap yang harus kita bangun untuk menghadapi berbagai tantangan, sebagai akibat yang ditimbulkan oleh posisi silang negara kita adalah:
Coba Anda perhatikan toko atau warung yang berada di perempatan jalan. Bagaimana keadaannya, apakah ramai dilalui orang atau tidak ada orang yang lewat daerah itu? Tentu kawasan yang berada di perempatan jalan akan lebih ramai bila dibandingkan dengan daerah yang terpencil tanpa ada jalannya. Demikian juga dengan posisi suatu negara. Indonesia berada pada posisi persilangan jalur transportasi dan perdagangan internasional. Sebagai negara yang berada pada posisi silang, antara dua benua dan dua samudera, negara Indonesia sangat strategis sebagai jalur transportasi dan perdagangan dunia. Indoneaia terletak antara Benua Asia dan Australia serta Samudra Hindia dan Pasifik. Jalur transportasi dari benua Asia ke Australia tentu akan melintas di Indonesia. Demikian juga pelayaran internasional yang melintas samudra Hindia maupun Pasifik, akan melalui perairan Indonesia. Posisi silang Indonesia masih ditambah dengan beberapa kota negara tetangga di sekitar Indonesia yang merupakan pusat lalu lintas perdagangan dan jalur transportasi internasional, seperti Kuala Lumpur dan Singapura. Negara tetangga Indonesia ini membutuhkan hasil-hasil pertanian dan hasil pertambangan yang banyak dihasilkan Indonesia dan dikirim melalui jalur perairan. Begitu pula dengan transportasi, Indonesia dikenal sebagai tempat transit karena letaknya yang berada di tengah-tengah banyak negara. Jalur transportasi dan perdagangan internasional yang dimiliki Indonesia sejak dulu sampai sekarang terbilang kuat karena memiliki laut yang luas dan letak yang strategis. Perkembangan jalur transportasi pada zaman kerajaan (Majapahit dan Sriwijiaya) telah mengenal jalur transportasi laut. Pada masa lampau pernah terjadi migrasi, yaitu perpindahan penduduk dari satu negeri ke negeri lain. Orang India dan Cina datang ke Indonesia dengan berbagai maksud, umumnya untuk berdagang. Perjalanan mereka ke Indonesia menggunakan perahu. Berawal dari pelayaran pada masa Kerajaan Sriwijaya dan Majapahit yg dilakukan oleh Laksamana Cheng Ho. Pada abad ke-16, Laksamana Cheng Ho melakukan pelayaran dari Tiongkok ke Samudra Hindia melewati kepulauan Indonesia bagian barat, sampai ke Timur Tengah dan pantai timur Afrika dengan tujuan ekspedisi laut. Malaka menjadi salah satu bagian yang merupakan jaringan terbesar kala itu yang disebut dengan jalur sutra. Selanjutnya perkembangan jalur transportasi laut di wilayah Indonesia lebih ramai pada zaman penjajahan Portugis, Belanda, Inggris dan Jepang. Wilayah laut Indonesia sudah menjadi jalur transportasi internasional dari berbagai penjuru dengan berbagai tujuan. Bahkan untuk mendukung transportasi laut tersebut, pemerintah Hindia Belanda membangun pabrik kapal di Indonesia pada tahun 1823, yang diawali dengan bengkel reparasi kapal laut, pada masa Gubernur General Hindia belanda V.D. Capellen. Yang selanjutnya berkembang menjadi industri perkapalan yang merancang dan membangun kapal sebagai sarana transportasi laut. Perusahaan kapal tersebut menjadi BUMNmilik Indonesia dengan nama PT. PAL Indonesia. Saat ini Indonesia merupakan salah satu negara maritim yang perlu diperhitungkan. Penyebabnya karena Indonesia memiliki 4 chokepoint dari 10 chokepoint di seluruh dunia. Chokepoint merupakan selat sempit yang harus dilalui oleh kapal untuk mencapai pelabuhan tujuan. Keempat chokepoint tersebut berada di Selat Malaka (antara dataran Asia dan Pulau Sumatera), Selat Sunda (antara Pulau Sumatera dan Pulau Jawa), Selat Lombok (antara Pulau Bali dan Nusa Tenggara Barat), dan Selat Ombai-Wetar (antara Pulau Alor dan dataran Sunda Kecil). Selat-selat tersebut sangat ramai dan potensial sebagai jalur transportasi laut internasional. Selain empat lokasi tersebut, berikut ini adalah berbagai jalur transportasi dan perdagangan internasional Indonesia saat ini:
Berkaitan dengan jalur perdagangan laut yang sangat strategis, pemerintah Indonesia memiliki rencana membangun “Tol Laut”. Tujuannya adalah untuk meratakan distribusi orang, barang maupun jasa melalui jalur laut ke seluruh Indonesia dengan biaya terjangkau dan efisien. Dibangunnya jalur Tol Laut ini dengan alasan :
|