Sebutkan apa saja rintangan dakwah rasulullah shallallahu alaihi wasallam secara sembunyi

Jakarta -

Nabi Muhammad SAW menerima wahyu kerasulan pertama kali saat menjelang usia 40 tahun. Wahyu datang melalui Malaikat Jibril di Gua Hira pada suatu malam. Ada yang menyebut peristiwa itu terjadi pada 17 Ramadhan 13 tahun sebelum hijriyah.

Setelah peristiwa malam tersebu, Muhammad suami Khadijjah binti Khuwailid itu sempat mengalami pergulatan batin selama beberapa hari. Hingga kemudian setelah tenang, putra Abdullah bin Abdul Muthalib pergi ke Kakbah.

Dalam perjalanan ke Kakbah Nabi Muhammad SAW bertemu dengan Waraqah bin Naufal, sepupu Siti Khadijjah. Kepada Waraqah, Muhammad menceritakan semua peristiwa yang dia alami di Gua Hira.

Waraqah sebelumnya juga mendengar cerita senada dari Khadijjah. Waraqah meyakinkan bahwa Muhammad adalah Nabi yang diutus Allah SWT untuk menyempurnakan akhlak umat.

Kepada Muhammad, Waraqah mengingatkan agar berhati-hati. Sebab saat menyampaikan wahyu Allah SWT, nantinya Muhammad bisa saja mendapat penolakan dari kaum kafir Quraisy. "Pastilah kau (Muhammad) akan didustakan orang, akan disiksa, akan diusir dan akan diperangi. Kalau sampai pada waktu itu aku masih hidup, pasti aku akan membela yang di pihak Allah dengan pembelaan yang sudah diketahui-Nya pula," kata Waraqah kepada Nabi Muhammad SAW seperti dikutip Tim Hikmah detikcom dari buku Sejarah Hidup Nabi Muhammad karya Muhammad Husain Haekal.

Nabi Muhammad SAW, sang Penghulu Rasul itu pun terbayang akan perjuangan menyampaikan wahyu Allah SWT kepada kaum Quraisy. Mengajak kaum kafir Quraisy beriman kepada Allah SWT ketika itu bukan hal yang mudah.

"Mereka kaum Quraisy sangat kuat mempertahankan kebatilan itu. Mereka bersedia berperang dan mati untuk itu," kata Muhammad Husain Haekal dalam bukunya.


Disebutkan dalam sejumlah Sirah Nabawiyah, di awal kenabian Nabi Muhammad SAW terpaksa melakukan dakwah secara sembunyi-sembunyi selama 3 tahun. Sampai kemudian turun wahyu Allah SWT, Surat Asy-Syua'ra ayat 214 sampai 216.


وَأَنْذِرْ عَشِيرَتَكَ الْأَقْرَبِينَ . وَاخْفِضْ جَنَاحَكَ لِمَنِ اتَّبَعَكَ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ . فَإِنْ عَصَوْكَ فَقُلْ إِنِّي بَرِيءٌ مِمَّا تَعْمَلُونَ


Latin-Arab : Wa anżir 'asyīratakal-aqrabīn. Wakhfiḍ janāḥaka limanittaba'aka minal-mu`minīn. Fa in 'aṣauka fa qul innī barī`um mimmā ta'malụn


Artinya: "Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat. dan rendahkanlah dirimu terhadap orang-orang yang mengikutimu, yaitu orang-orang yang beriman. Jika mereka mendurhakaimu maka katakanlah: "Sesungguhnya aku tidak bertanggung jawab terhadap apa yang kamu kerjakan" (QS. Asy-Syua'ra': 214-216)

Turun juga Al Quran Surat Al-Hijr ayat 94

فَٱصْدَعْ بِمَا تُؤْمَرُ وَأَعْرِضْ عَنِ ٱلْمُشْرِكِينَ

Latin - Arab: Faṣda' bimā tu`maru wa a'riḍ 'anil-musyrikīn

Artinya: Maka sampaikanlah olehmu (Muhammad) secara terang-terangan segala apa yang diperintahkan (kepadamu) dan berpalinglah dari orang-orang yang musyrik.

Nabi Muhammad SAW kemudian memulai dakwah dengan terang-terangan dimulai dari keluarga terdekat yakni kalangan Bani Hasyim. Namun di antara kelarga Bani Hasyim hanya Ali bin Abu Thalib yang mau beriman kepada Allah SWT. Sementara Abu Thalib melindungi dakwah Muhammad namun belum mau mengucap syahadat.

Setelah itu, dakwah terang-terangan Nabi Muhammad selalu mendapat pertentangan dari kaum Quraisy. Bahkan, para pemuka Quraisy menuduh Nabi Muhammad gila dan sempat melemparkan kotoran ke tubuh Nabi. Termasuk yang menentang dakwah Nabi Muhammad SAW adalah sang paman, Abu Jahal dan Abu Lahab.

Bersama kaum kafir Quraiys Abu Jahal dan Abu Lahab menentang habis-habisan dakwah Rasulullah dan mengintimidasi pengikutnya. Mereka khawatir ajaran yang dibawa Muhammad bisa merusak agama nenek moyang kaum Quraisy yakni menyembah berhala.

Mereka pun melakukan segala cara untuk menolak dakwah Rasulullah dengan mencoba membunuhnya. Kaum Quraisy membujuk Abu Talib dengan memberikan sejumlah uang tebusan untuk membiarkan Nabi Muhammad dibunuh.

Rencana pembunuhan dilakukan dengan melibatkan orang di luar suku Quraisy sehingga tidak akan memecah perang saudara. Abu Talib yang mendengar hal itu pun melihat tanda keseriusan Quraisy dalam memerangi dakwah Nabi Muhammad.

Ia pun bergegas memanggil semua keluarga Bani Hasyim dan memberi tahu rencana suku Quraisy. Mereka pun berupaya melindungi Rasulullah dari segala teror yang direncanakan.

Kesulitan yang dihadapi oleh Rasulullah ternyata juga terjadi pada keluarga Bani Hasyim. Kaum Quraisy diketahui memboikot segala jual-beli, pernikahan dan hubungan sosial dengan Bani Hasyim sehingga mengakibatkan mereka kesulitan mendapatkan bahan pangan.

Kaum Quraisy berharap dengan adanya pemboikotan tersebut bisa membuat Bani Hasyim menyerahkan Rasulullah untuk dibunuh. Untuk itu, Abu Thalib memerintahkan seorang dari Bani Hasyim tidur di ranjang Rasulullah sehingga menyerupai Nabi Muhammad.

Setelah berbagai kesulitan yang dialami Nabi Muhammad SAW dan pengikutnya di Makkah, turunlah perintah hijrah. Awalnya tujuan hijrah adalah ke negeri Habasyah atau Ethiophia. Namun turun perintah agar umat Islam hijrah ke Madinah.

(pay/erd)

Nabi Muhammad menempuh tiga cara dakwah dalam menyampaikan ajaran Allah SWT.

Republika/Kurnia Fakhrini

Mengambil Teladan dari Dakwah Rasulullah.

Red: Ani Nursalikah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Nabi Muhammad menempuh banyak cara untuk menyampaikan risalah Islam, baik selama di Mekkah maupun di Madinah. Sejak awal, Islam sudah menjadi agama dakwah. 

Baca Juga

Agama yang menetapkan, mengajarkan, dan mengajak orang untuk berbuat baik, menaati segala yang menjadi kewajiban Islam dan meninggalkan apa yang menjadi larangan Tuhan (amar makruf nahi munkar). Nabi Muhamamd SAW yang mula-mula mendapat tugas dakwah Islam sebagai pelanjut dakwah para nabi dan orang saleh sebelumnya, menjadikan seluruh aktivitasnya sebagai dakwah di jalan Tuhan.

Semula, dakwah Nabi SAW dilakukan secara sembunyi-sembunyi dan dari rumah ke rumah. Cara ini ditempuh berkaitan dengan besarnya tantangan dan rintangan dari kaum jahiliyah Quraisy yang terus memusuhi agama baru yang dibawa Muhammad. 

Selain kaum Quraisy, cercaan dan rintangan juga datang dari keluarga Muhammad yang belum menerima ajaran Islam. Semua cobaan itu dihadapi Nabi SAW dengan hati lapang, sabar dan tabah. 

Baru setelah umat Islam bertambah dan makin banyaknya para pemuka suku Quraisy masuk Islam, dakwah dilakukan Nabi SAW secara terbuka dan terang-terangan. Selain secara lisan, dakwah juga dilakukan secara tertulis. 

Cara terakhir ini, misalnya, dilakukan Rasulullah dengan berkirim surat kepada para raja di masanya, di antaranya Raja Heraklius dari Byzantium, Raja Mukaukis dari Mesir, Raja Kisra dari Persia (Iran), serta Raja Najasyi dari Habasyah (Ethiopia). Isi surat itu adalah menyeru mereka untuk menganut agama Islam. 

Agar dakwah dapat mencapai sasaran dengan baik, Allah SWT memberi konsep strategis kepada Nabi SAW. Konsep itu mencakup tiga metode, sebagaimana tercantum surat An Nahl ayat 125, yaitu dengan metode al hikmah, al mau'izah al hasanah, dan al mujadalah billati hiya ahsan.

Dakwah bil hikmah berarti menyampaikan dakwah dengan terlebih dulu mengetahui tujuannya dan mengenal secara benar dan mendalam orang atau masyarakat yang menjadi sasarannya. Kedua, dakwah bilmau'izah hasanah, yang mengandung arti memberi kepuasan kepada jiwa orang atau masyarakat yang menjadi sasaran dakwah dengan cara-cara yang baik, seperti memberi nasihat, pengajaran, serta contoh praktis (teladan) positif.

Selanjutnya...

Sementara dakwah mujadalah billati hiya ahsan adalah dakwah yang dilakukan dengan cara bertukar pikiran (dialog), sesuai kondisi masyarakat setempat tanpa melukai perasaan mereka. Tiga bentuk dakwah inilah yang ditempuh Nabi SAW dalam menunaikan amanat dari langit. Dari mana dakwah harus dimulai? Dalam sebuah firman-Nya, Allah menyatakan, "Berilah pengajaran kepada keluargamu terdekat, dan rendahkanlah dirimu terhadap orang-orang yang mengikutimu, yaitu orang-orang yang beriman." (QS:26:214).

Dalam praktiknya, sikap Nabi SAW keseharian juga menunjukkan dakwah, yakni bil haal. Karena itulah, Allah menegaskan, pada pribadi Muhammad tercermin teladan hidup yang baik (QS: 33:21). Banyak contoh betapa agungnya sikap Nabi SAW dalam berdakwah sekalipun aniaya dari orang-orang musyrik diterimanya. Misalnya, ketika Nabi dihinakan penduduk Mekkah, maka dia mengajak Zaid bin Haritsah untuk pergi berdakwah ke Thaif, dengan sebuah harapan dakwahnya akan didengar.

Apa yang terjadi? Penduduk Thaif ramai-ramai menyongsong Nabi, bukan untuk menyambut, tetapi untuk menyambit! Tua-muda, laki-perempuan beramai-ramai melempari tubuh Nabi dengan penuh kebencian dan cacian. 

Tersaruk-saruk Nabi menghindar dari keroyokan massa ini, wajahnya penuh darah dari pelipisnya yang luka menganga, kakinya pincang karena sambitan batu yang besar. Tidak mampu menahan rasa sakit yang hebat ini, Nabi pingsan dekat sebuah kebun. Pada saat itulah Jibril dengan iba berkata kepada Nabi. "Wahai kekasih Allah, mintalah sesuatu, pasti Allah akan kabulkan permintaanmu itu."

Seperti diberi kekuatan, Nabi kemudian bersabda: Allahummahdi qoumi fainnahum laa ya'lamun (Ya Allah berilah petunjuk kepada kaumku, karena mereka tidak tahu). Bukan dendam yang dipantulkan, kendati wajahnya penuh dengan luka dan darah, tetapi kasihlah yang ditunjukkannya. Alangkah mulianya akhlak rasul. Dalam fitnah dan amarah para jahili, dia tetap istiqamah memancarkan kesejukan abadi. Pancaran cinta, marhamah harus didakwahkan kepada setiap manusia di setiap sudut kehidupan, balighu 'ani walau ayah (sampaikanlah ajaranku ini walau satu ayat).

Sepeninggal Nabi SAW, dakwah Islam dilanjutkan para sahabat, di antaranya para pemimpin Islam yang empat: Abu Bakar, Umar bin Khathab, Usman bin Affan, dan Ali bin Abi Thalib. Di masa para sahabat dan generasi sesudahnya inilah, dakwah Islam terus meluas dan makin mendapatkan tempat di hati masyarakat, sekalipun tantangan juga tak kalah derasnya. 

Mengiringi proses kehidupan, tugas dakwah terus berlanjut hingga kini. Bahkan, setiap diri dari kita pun sebenarnya mempunyai amanat menyampaikan risalah Alhanif ini. Karena itu pula, setiap juru dakwah (dai) berarti juga penerus tugas para nabi dan rasul.

Itu sebabnya mereka pantas memperoleh kemuliaan dan pahala yang besar dari Allah. Allah memuji para penyeru dakwah ini dengan berkata, "Dan siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh dan berkata: sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri," (Al-Fushilat: 33). Sementara Rasulullah SAW menegaskan, "Barang siapa yang menunjukkan kepada kebaikan, maka ia mendapat pahala sama dengan yang mengerjakannya," (HR Muslim). 

  • dakwah nabi muhammad
  • dakwah islam
  • teladan nabi muhammad

Sebutkan apa saja rintangan dakwah rasulullah shallallahu alaihi wasallam secara sembunyi

sumber : Arsip Republika