Sapi merupakan hewan yang halal untuk dimakan namun bisa menjadi haram jika

2014-08-14 09:16:28

Sapi merupakan hewan yang halal untuk dimakan namun bisa menjadi haram jika

Pertanyaan

Assalamu’alaykum warahmatullah

Saya pernah mengikuti acara pemasangan pertama pondasi proyek pembangunan jembatan yang besar. Ketika itu ada penyembelihan kerbau, dipimpin oleh seorang kyai, dengan doa-doa. Lalu kepala kerbau dikubur di dekat pondasi proyek itu. Katanya sebagai sesajenan, tumbal untuk si penunggu daerah itu, agar proyek yang besar itu dapat selamat dari ‘gangguan’ si penunggu tempat. Nah, bagaimana hukumnya memakan daging dari sembelihan yang semacam itu pak ustadz?

Demikian pertanyaan dari kami dan atas jawaban yang diberikan kami mengucapkan terimakasih yang sebanyak-banyaknya.

Wassalam

Bayu, Tegal

Jawaban:

Kalau kita baca konteks ayat tentang penyembelihan hewan yang menyebutkan: wamaa uhilla lighoirillahi bih... (“dan apa-apa/daging hewan yang disembelih atas nama selain Allah…” Q.S. 5:3). Maksudnya bahwa penyembelihan itu bukan saja zhahirnya harus menyebut Nama Allah, tetapi juga bahwa penyembelihannya itu secara batinnya memang ditujukan untuk ibadah atau amalan yang diperbolehkan Allah. Maka kalau ada penyembelihan dengan menyebut Nama Allah, tetapi diperuntukkan untuk hal-hal yang menyimpang dari Tauhid, apalagi ke arah Syirik seperti yang disebutkan untuk tumbal itu, maka dagingnya tetap dihukumi haram untuk dimakan. Karena ayat itu mesti kita pahami bukan secara zhahir saja, melainkan secara bathiniyah, dalam arti hal-hal yang dimaksud atau ditujukan dengan amal-perbuatan yang dilakukan, harus sinkron antara amalan zhahir dengan bathinnya. Maka walaupun hewan sapi atau kerbau itu disembelih dengan menyebut Nama Allah, tetapi dimaksudkan untuk tumbal, sesajenan atau yang semacam itu, yang jelas-jelas merupakan perbuatan syirik, maka itu menjadi haram hukumnya.

Dalam hal ini, kita harus memahami ajaran Islam secara Kaaffaah, secara totalitas. Tidak boleh sebagian-sebagian, secara parsial. Seperti itu tadi, menyembelih dengan menyebut Nama Allah, pakai doa-doa, mungkin juga dipimpin oleh seorang yang disebut kyai, tetapi kepala hewan ditanam untuk tumbal atau sesajenan.

Apalagi kalau itu dilakukan dengan tujuan untuk memenuhi keinginan Jin atau Setan yang katanya akan mengganggu. Jelas itu merupakan bentuk kemusyrikan, menyalahi Aqidah, yang dilarang dalam agama! Seolah-olah ada keyakinan bahwa untuk menghindari gangguan, agar selamat, adalah dengan meminta perlindungan kepada Jin atau Setan, dengan memberinya sesajenan. Bukan meminta kepada Allah.  Perhatikanlah makna ayat yang tegas menyatakan: “Hanya Engkaulah yang kami sembah, dan hanya kepada Engkaulah kami meminta pertolongan.” (Q.S. 1:5).

Dalam ayat yang lain dikemukakan: “Dan bahwasanya ada beberapa orang laki-laki di antara manusia meminta perlindungan kepada beberapa laki-laki di antara jin, maka jin-jin itu menambah bagi mereka dosa dan kesalahan.” (Q.S. 72:6).

Oleh karena itu, kita mengingatkan bersama, kalau ada proyek pembangunan, seperti yang disebutkan itu, kita boleh berdoa, menyembelih sapi dengan menyebut Nama Allah. Lalu dagingnya dimakan bersama, atau dibagikan kepada kaum fakir-miskin. Tapi jangan ada niatan dan amalan yang lain, seperti kepalanya ditanam, untuk menjadi tumbal atau sesajenan!

Dari sisi lain, perbuatan seperti menanam kepala sapi itu juga bisa dipahami sebagai perbuatan Tabdzir, perbuatan dosa, “idho’atul maal” menyia-nyiakan harta, itu termasuk saudaranya Setan. “Dan janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros (mubadzir). Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara syaitan dan syaitan itu adalah sangat ingkar kepada Tuhannya.” (Q.S. 17: 26-27).

Maka jelas, kita harus memperbaiki kesesatan semacam ini. Dan itu bisa! Kami pernah punya pengalaman. Di kampung kami, ada seorang pengusaha mau membangun pabrik penggilingan padi. Konon katanya dari awal pengerjaan pembangunan itu, ada saja pekerjanya yang kecelakaan, terkena musibah. Sampai mesin penggilingan padi yang baru dibeli, setelah dipasang, ternyata ada gangguan, tidak bisa jalan. Katanya hal itu terjadi karena ada yang mengganggu, dan meminta tumbal atau sesajenan, kepala sapi atau kerbau, kalau mau selamat. Namun kami dengan para ulama setempat sepakat tidak mau memenuhi permintaan yang jelas menyesatkan itu. Tapi kita bersama-sama membaca doa, berdzikir, meminta pertolongan dan perlindungan kepada Allah, di tempat shohibul bait itu. Dan Alhamdulillah, pada akhirnya semua berlangsung selamat.

Sapi merupakan hewan yang halal untuk dimakan namun bisa menjadi haram jika

Melalui penelitian ilmiah yang dilakukan oleh dua staf ahli peternakan dari Hannover University , sebuah universitas terkemuka di Jerman. Yaitu: Prof.Dr. Schultz dan koleganya, Dr. Hazim. Keduanya memimpin satu tim penelitian terstruktur untuk menjawab pertanyaan: manakah yang lebih baik dan paling tidak sakit, penyembelihan secara Syari’at Islam yang murni (tanpa proses pemingsanan) ataukah penyembelihan dengan cara Barat (dengan pemingsanan)?Keduanya merancang penelitian sangat canggih, mempergunakan sekelompok sapi yang telah cukup umur (dewasa). Pada permukaan otak kecil sapi-sapi itu dipasang elektroda (microchip) yang disebut Electro-Encephalograph (EEG).Microchip EEG dipasang di permukaan otak yang menyentuh titik (panel) rasa sakit di permukaan otak, untuk merekam dan mencatat derajat rasa sakit sapi ketika disembelih. Di jantung sapi-sapi itu juga dipasang Electro Cardiograph (ECG) untuk merekam aktivitas jantung saat darah keluar karena disembelih.Untuk menekan kesalahan, sapi dibiarkan beradaptasi dengan EEG maupun ECG yang telah terpasang di tubuhnya selama beberapa minggu. Setelah masa adaptasi dianggap cukup, maka separuh sapi disembelih sesuai dengan Syariat Islam yang murni, dan separuh sisanya disembelih dengan menggunakan metode pemingsanan yang diadopsi Barat.Dalam Syariat Islam, penyembelihan dilakukan dengan menggunakan pisau yang tajam, dengan memotong tiga saluran pada leher bagian depan, yakni: saluran makanan, saluran nafas serta dua saluran pembuluh darah, yaitu: arteri karotis dan vena jugularis.Patut pula diketahui, syariat Islam tidak merekomendasikan metoda atau teknik pemingsanan. Sebaliknya, Metode Barat justru mengajarkan atau bahkan mengharuskan agar ternak dipingsankan terlebih dahulu sebelum disembelih.Selama penelitian, EEG dan ECG pada seluruh ternak sapi itu dicatat untuk merekam dan mengetahui keadaan otak dan jantung sejak sebelum pemingsanan (atau penyembelihan) hingga ternak itu benar-benar mati.Nah, hasil penelitian inilah yang sangat ditunggu-tunggu!Dari hasil penelitian yang dilakukan dan dilaporkan oleh Prof. Schultz dan Dr. Hazim di Hannover University Jerman itu dapat diperoleh beberapa hal sbb:

Penyembelihan Menurut Syariat Islam

Hasil penelitian dengan menerapkan praktek penyembelihan menurut Syariat Islam menunjukkan:Pertama:pada 3 detik pertama setelah ternak disembelih (dan ketiga saluran pada leher sapi bagian depan terputus), tercatat tidak ada perubahan pada grafik EEG. Hal ini berarti bahwa pada 3 detik pertama setelah disembelih itu, tidak ada indikasi rasa sakit.Kedua:pada 3 detik berikutnya, EEG pada otak kecil merekam adanya penurunan grafik secara bertahap yang sangat mirip dengan kejadian deep sleep (tidur nyenyak) hingga sapi-sapi itu benar-benar kehilangan kesadaran. Pada saat tersebut, tercatat pula oleh ECG bahwa jantung mulai meningkat aktivitasnya.Ketiga:setelah 6 detik pertama itu, ECG pada jantung merekam adanya aktivitas luar biasa dari jantung untuk menarik sebanyak mungkin darah dari seluruh anggota tubuh dan memompanya keluar. Hal ini merupakan refleksi gerakan koordinasi antara jantung dan sumsum tulang belakang (spinal cord). Pada saat darah keluar melalui ketiga saluran yang terputus di bagian leher tersebut, grafik EEG tidak naik, tapi justru drop (turun) sampai ke zero level (angka nol).Hal ini diterjemahkan oleh kedua peneliti ahli itu bahwa: “No feeling of pain at all!” (tidak ada rasa sakit sama sekali!).Keempat:karena darah tertarik dan terpompa oleh jantung keluar tubuh secara maksimal, maka dihasilkan healthy meat (daging yang sehat) yang layak dikonsumsi bagi manusia. Jenis daging dari hasil sembelihan semacam ini sangat sesuai dengan prinsip Good Manufacturing Practise (GMP) yang menghasilkan Healthy Food.

Penyembelihan Cara Barat

Pertama:segera setelah dilakukan proses stunning (pemingsanan), sapi terhuyung jatuh dan collaps (roboh). Setelah itu, sapi tidak bergerak-gerak lagi, sehingga mudah dikendalikan. Oleh karena itu, sapi dapat pula dengan mudah disembelih tanpa meronta-ronta, dan (tampaknya) tanpa (mengalami) rasa sakit.Pada saat disembelih, darah yang keluar hanya sedikit, tidak sebanyak bila disembelih tanpa proses stunning (pemingsanan).Kedua:segera setelah proses pemingsanan, tercatat adanya kenaikan yang sangat nyata pada grafik EEG. Hal itu mengindikasikan adanya tekanan rasa sakit yang diderita oleh ternak (karena kepalanya dipukul, sampai jatuh pingsan).Ketiga:grafik EEG meningkat sangat tajam dengan kombinasi grafik ECG yang drop ke batas paling bawah. Hal ini mengindikasikan adanya peningkatan rasa sakit yang luar biasa, sehingga jantung berhenti berdetak lebih awal.Akibatnya, jantung kehilangan kemampuannya untuk menarik darah dari seluruh organ tubuh, serta tidak lagi mampu memompanya keluar dari tubuh.Keempat:karena darah tidak tertarik dan tidak terpompa keluar tubuh secara maksimal, maka darah itu pun membeku di dalam urat-urat darah dan daging, sehingga dihasilkan unhealthy meat (daging yang tidak sehat), yang dengan demikian menjadi tidak layak untuk dikonsumsi oleh manusia.Disebutkan dalam khazanah ilmu dan teknologi daging, bahwa timbunan darah beku (yang tidak keluar saat ternak mati/disembelih) merupakan tempat atau media yang sangat baik bagi tumbuh-kembangnya bakteri pembusuk, yang merupakan agen utama merusak kualitas daging.

Bukan Ekspresi Rasa Sakit!

Meronta-ronta dan meregangkan otot pada saat ternak disembelih ternyata bukanlah ekspresi rasa sakit!Sangat jauh berbeda dengan dugaan kita sebelumnya!Bahkan mungkin sudah lazim menjadi keyakinan kita bersama, bahwa setiap darah yang keluar dari anggota tubuh yang terluka, pastilah disertai rasa sakit dan nyeri. Terlebih lagi yang terluka adalah leher dengan luka terbuka yang menganga lebar…!Hasil penelitian Prof. Schultz dan Dr. Hazim justru membuktikan yang sebaliknya. Yakni bahwa pisau tajam yang mengiris leher (sebagai syariat Islam dalam penyembelihan ternak) ternyata tidaklah ‘menyentuh’ saraf rasa sakit.Oleh karenanya kedua peneliti ahli itu menyimpulkan bahwa sapi meronta-ronta dan meregangkan otot bukanlah sebagai ekspresi rasa sakit, melainkan sebagai ekspresi ‘keterkejutan otot dan saraf’ saja (yaitu pada saat darah mengalir keluar dengan deras).Mengapa demikian?Hal ini tentu tidak terlalu sulit untuk dijelaskan, karena grafik EEG tidak membuktikan juga tidak menunjukkan adanya rasa sakit itu.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa secara ilmiah ternyata penyembelihan secara syariat Islam ternyata lebih ‘berperikehewanan’. Apalagi ditambah dengan anjuran untuk menajamkan pisau untuk mengurangi rasa sakit hewan sembelihan.

“Sesungguhnya Allah menetapkan ihsan (kebaikan) pada segala sesuatu. Maka jika kalian membunuh hendaklah kalian berbuat ihsan dalam membunuh, dan apabila kalian menyembelih, maka hendaklah berbuat ihsan dalam menyembelih. (Yaitu) hendaklah salah seorang dari kalian menajamkan pisaunya agar meringankan binatang yang disembelihnya.” (H.R. Muslim).REFERENSIhttp://www.iccservices.org.uk/downloads/reports/stunning_issues__definitions_reasons_humaneness.pdfhttp://www.iupui.edu/~msaiupui/slaugteringanimals.htmhttp://www.scribd.com/doc/61577430/Summary-Report-From-Hanover-University-Prof-Schulze-and-Dr-Hazim

http://chickoorganic.com/penyembelihan-hewan-sesuai-syariat-islam/