Puisi tentang keragaman sumber daya alam di lingkungan sekitar

Puisi tentang keragaman sumber daya alam di lingkungan sekitar

Ilustrasi alam. (Photo by Simon Berger on Unsplash)

Bola.com, Jakarta - Puisi tentang alam berisi ungkapan penuh rasa syukur dan mewakili rasa cinta terhadap bumi. Alam menyimpan banyak keindahan untuk siapa pun yang ada di muka bumi.

Rasa kagum dirasakan seseorang saat melihat keindahan alam, mulai gunung, danau, persawahan hingga pantai. Hal tersebut yang membuat seseorang mencintai alam.

Setiap orang mempunyai cara tersendiri untuk mengungkapkan rasa cintanya terhadap alam, seperti dengan mengunjunginya. Namun, ada pula yang menggambarkan perasaan terhadap alam melalui puisi.

Tak sedikit orang yang menyusun puisi yang indah tentang alam. Dalam puisi tersebut biasanya berisi gambaran betapa indah dan berharganya alam bagi kehidupan manusia.

Kamu juga bisa membacakan puisi tentang alam sebagai bentuk dan rasa syukur. Ada banyak contoh puisi tentang alam yang bisa kamu baca dan nikmati.

Berikut ini kumpulan contoh-contoh puisi tentang alam, seperti dilansir dari laman pantuncinta2000.blogspot dan kozio.com, Senin (20/9/2021).

Betapa indahnya negeri ini

Laut yang berombak ombak

Lereng yang bertingkat-tingkat

Angin berembus sepoi-sepoi

Berdiri aku di tepi pantai

Di bawah langit yang membentang

Merasakan negeri keindahan

Indonesia yang ku sayang

Indonesia Negeri Khatulistiwa

Beribu nikmat di dalamnya

Pemberian dari Tuhan Yang Esa

Agar bersyukur kita kepada-Nya.

Bila datang ke negeriku

Kan disambut dengan alam yang hijau

Dengan gunung yang menjulang

Dan ombak yang berderai di lautan

Burung-burung akan bernyanyi

Bersiul-siul sepanjang pagi

Riangnya tiada pernah berhenti

Memuji robbul Izzati

Bila datang ke negeriku

Kan kau lihat sungai mengalir

Angin-angin bersemilir

Bunga mekar beribu-ribu.

Terperosok pada hamparan hijau

Menggantung pada nuansa manja ilalang

Tunggu! akan ku hirup perlahan aroma rumput ini

Sebab, ku tau inilah ciptaan Tuhan yang harus kita nikmati

Jauh di ufuk kehijauan

Dengan dasar coklat yang menyatu pada komponen penting

Berbasis kesuburan, yang terikat pada keindahan tanaman liar

Sebut saja bunga

Bunga menjadikan sepasang aksa siap meraih

Sentuhan halus jemari mungil

Siap mengabadikan momen kemekarannya

Bidikan-bidikan kecil siap menjadikan momen indah untuk dikenang

Sebagai hal ciptaan Tuhan yang terindah.

Belum tampak mendung merenung bumi

Seberkas haru larut terbalut kalut dan takut

Terpaku ratap menatap jiwa-jiwa penuh rindu

Hangatkan dahaga raga yang sendu merayu

Bulan tak ingin membawa tertawa manja

Kala waktu enggan berkawan pada hari

Saat bintang bersembunyi sunyi sendiri

Terhapus awan gelap melahap habis langit

Bulan memudar cantik menarik pada jiwa ini

Hitam memang menang menyerang terang

Tetapi mekar fajar bersama mentari akan menari

Bersama untaian senandung salam alam pagi.

Gelombang air menari-nari di tepian pantai

Menyapa pasir yang dimainkan bocah-bocah pantai

Gerombolan camar berterbangan di atas ombak

Berharap ikan segar tersambar diparuh-paruh mereka

Gelombang ombak tepian pantai mengusap kedua mata kaki

Terasa dingin meresa hingga ke relung dada

Ikan-ikan kecil genit menggigit telapak kaki

Menambah perasaan suka berada di alam indah ini

Kupandangi jauh di ufuk benang kemerahan

Terasa indah di pandang mata

Kurasa sinar mentari indah inilah

Yang menyatukan langit biru

Dan laut dengan hamparan luasnya

Ya Tuhan

Perkenankan kami untuk menikmati indah alam-Mu

Beberapa kali lagi

Sebelum raga berada di ujung lubang tanah

Perkenankan kami menjaga alam indah-Mu ini

Agar lestari hingga ke akhir masa.

Alamku adalah sahabatku

Tempat aku berdiam dan tinggal

Dia telah banyak memberikan

Apa yang aku butuhkan

Jangan hujannya dia mencurahkan

Segenap air yang kami butuhkan

Dengan pepohonan yang dia tumbuhkan

Kami menghirup kesegaran

Dengan lautan yang dihamparkan

Kami berlayar mencari ikan

Dengan gunung-gunung menjulang

Kami buat persawahan

Dengan alam Tuhan memberikan

Segalanya yang manusia membutuhkan

Agar mereka bersyukur

Jangan sampai manusia kufur

Kepada-Nya kita bersujud

Merendahkan diri ini

Menjadi hamba yang mengerti

Keagungan Ilahi Robbi.

Terbentang luas alam negeriku

Puisi ini ku berikan cinta untukmu

Semilir angin di pesisir laut

Menyadarkan arti sebuah keanekaragaman

Rimpuh... kisahmu kini

Nestapa yang kian membuncah

Sadar bahwa usiamu kini sudah menua

Tapi hasrat... kau selalu di genggam

Pohon, danau, laut mulai mengobarkan industri alam yang baru

Mengisi cinta pada perolehan yang kelak tidak menjadi kekal

Nabastala berkata.

Bahwa bumi ini akan menjadi bumi yang kekal dan abadi

Dengan pancaran indah pesona Sang Ilahi

Sumber: Pantuncinta2000, Kozio

Puisi tentang keragaman sumber daya alam di lingkungan sekitar
puisi lingkungan

Taman

Taman punya kita berdua tak lebar luas, kecil saja satu tak kehilangan lain dalamnya Bagi kau dan aku cukuplah Taman kembangnya tak berpuluh warna Padang rumputnya tak berbanding permadani halus lembut dipijak kaki Bagi kita bukan halangan Karena dalam taman punya berdua kau kembang, aku kumbang aku kumbang, kau kembang kecil, penuh surya taman kita

tempat merenggut dari dunia dan ‘nusia

Kemarau Diam

Kemarau diam di jiwaku. Serangkai bayang-bayang randu tumbang, berisi adzan dengan pilu. Pahamilah bagaimana mataku rabun, jumpalitan, begitu cemburu. Aku susuri ketiakmu, tapi rupanya jalanan makin malam, meski aku telah tinggalkan dirimu. Sepanjang keriuhan kelu, mayatku terpencil. Ingus para pejalan bergayutan

di jenggotku

Seluruh kesumat dan derita memacu pengetahuanku. Arwahku memanggil namamu, sementara panorama lebur, selangkah demi selangkah memudar, menjelajahi batu. Di dasar pijaran kabut, aku adalah jenazah bagi setiap hasrat dan kesintalanmu. Kegembiraanku mengintip tato kupu-kupu di pusaramu.

Malam makin dingin, mendzikirkan diamku.

Penampakan-penampakan gaib, samun, mencair hitam bersama salju. Karena bunga-bunga gugur adalah sihir yang menghidupkan bangkai-bangkai, juga sajak-sajakku. Demikianlah dingin meledak bersama shalatku. Pohon-pohon yang rabun dalam gerimis kabur bersama gemuruh. Aku wudhlu matahari meniupkan terompet seribu tahun di hari-hari pagi talkin seratus gerhana menafasiku. Dunia kelak hanya kelam yang mempasakkan gaung-gaung. Halimun menghirup mayat-mayat rumput. Aku kini pelangi. Peneguh riwayat ketelanjangan

letusan-letusan peluru.

Hijau Rindang Sekolahku

Di sini aku menemukan hidup baru Dalam deraian syukur dalam kalbu

Menatap masa depan di dalam rumah keduaku

Sekolah tempatku mencari ilmu
Di sini, kehijauan yang menghampiri ruang dan waktu

Angin semilir diterpa kesejukan Membelai tubuhku lembut

Kedamaian merasuk dalam hati

Di Sini, di Sekolahku
Aku duduk di bawah pohon

Diatas rumput hijau yang mengindahkan pandang mata
Dengan lembutnya semilir angin

Dengan sejuknya udara,
Sekolah adalah taman terindah pencari ilmu

Persamaan

Alam adalah kuil dimana pilar-pilarnya berjiwa Kadang-kadang menggaungkan gebalau kata-kata; Insane lalu di sana lintas rimba lambing dan tanda,

Yang menyuguhinya pandangan bagai seorang saudara.

Bagai gema-gema panjang yang berhimpun di kejauhan Dalam suatu pumpunan yang dalam dan gelita, Luas seperti malam dan laksana siang megahnya,

Aneka wangi, warna dan bunyi lalu berjaawab-jawaban.

Ada bauan ssegar, bagai daging kanak-kanak menghawa. Manis bagai seruling, hijau seperti padang-padang

-dan juga si kaya busuk dan serba megah,

Yang bagai hal-hal abadi, menyan dan cendana. Bagai ambar dan kesturi di dalam kembang,

Yang menyanyikan gairah dari nafsu dan jiwa.

Puisi tentang keragaman sumber daya alam di lingkungan sekitar
puisi lingkungan

Puisi Keindahan Lingkungan – Hamparan Mutiara

Sepi hening dikeramaian menatap hari tanpa dedaunan tak satupun serpan daun menerawang menutupi diri dalam ketenangan berdiri sepi menatap rembulan ditemani sang kekasih malam hamparan mutiara bersinar terang tanpa bunyi rembulan malam diri runtuh benuh keikhlasan menuntun diir mengharap penerangan wujut nyata tanpa bayangan mensyukuri indahnya angin menitih air dari rembulan melapas angan angan menunggu ke ikhlasan

agar datang ketenangan

Aku dan Bangau

Air danau nan tenang Nyaris beku oleh dinginnya musim Kala bangau menari diatasnya

Menari bagi sang kekasihnya

Aku berdiri di tepi danau itu Menikmati indahnya salju yang turun Lalu aku berteduh di sebuah paviliun

Duduk dan minum teh yang hangat

Bangau-bagau itu menari terus Tak jarang bangau itu terbang dan mendarat lagi Sebagian lagi terlihat cemas dan khawatir

Seperti ada sesuatu akan terjadi

Aku berpikir sejenak sambil memandang mereka Apakah mereka bangau yang kebal udara dingin Rasanya aku ingin berbagi tehku pada mereka

Tapi mereka hanya terus menari

Hujan

Hujan turun deras menjelang bulan sebelas
Menyirami halaman depan yang selama ini gersang

Rerumputannya kembali tumbuh hijau Yang dulu meranggas dimusim kemerau

Kali kecil naik sampai pinggang

Bau tanah basah menguap dari kebun belakang
Aroma pagi terasa hingga siang

Suasana hati sejuk riang
Lelah luluh tak tunggu larut

wajah – wajah pulas tak berkerut seakan hilang semua kemelut

seakan hidup tanpa maut

Nostalgia Negeri Sampah

aku tak lagi heran nusantara ini dipenuhi lautan sampah disana-sini sering aku memandanginya

kotoran-kotoran manusia yang sejak lama telah ada

untunglah, masih masih ada mereka mereka sudi memilih dan memilah kotoran-kotoran itu biarkan saja…

isi perut mereka adalah hasil jerih payahnya

Puisi tentang keragaman sumber daya alam di lingkungan sekitar
puisi lingkungan

Puisi Lingkungan – Alamku Berbicara

Pertiwi kini berduka, Pertiwi kini berteriak, Memangil, mencari, Dimana manusia berada??? Pertiwi berkata Masih adakah manusia yang akan melayaniku??? Kutumpahkan lahar di Jogja, Kuberi air bah untuk Mentawai, Kudatangkan banjir untuk Wasior, Dab kubuat Jakarta tenggelam, Hutanku, kekayaanku, Telah kau rampas dengan paksa, Kau curi seluruh isi perutku… Aku hanya ingin kau lindungi agar ku dapat bertahan, Dan dapat memberikan nafas kehidupan untuk mu manusia Lindungi aku, dan jangan rampas hak milikku Aku menangis karena kau sakiti,

Dan kau menangis setelah aku tumpahkan isi perutku

Puisi Bencana Alam – Tanah Longsor

Suara gemuruh menderu-deru

Ku pikir itu kendaraan yang berlalu

Namun orang-orang mulai berteriak pilu

Kulihat tanah melaju, menuruni bukit-bukit biru

Ia menerjang apapun, menimbun semuanya seakan tak mau tahu

Ia menimbun semuanya, menjadi serpihan debu

Rinduku pada hutan

Rinduku pada Hutan Menghirup udaranya Memandang Rimbunya Hijau Daunnya

Sepinya

Rinduku pada hutan Menginjak rumputnya Embunnya Rinduku pada hutan Mendengar kicau burungnya Teriakan sang kera Auman harimau Kegesitan kijang Atau ular yang melata Rinduku pada hutan

Rindunya kehidupan

Membaca Tanda-tanda

Ada sesuatu yang rasanya mulai lepas dari tangan dan Meluncur lewat sela-sela jari kita Ada sesuatu yang mulanya tak begitu jelas Tapi, kini kita telah mulai merindukanya Kita saksikan udara abu-abu warnanya Kita saksikan air danau yang semakin surut tampaknya Burug-burung kecil tak lagi berkicau di pagi hari Hutan kehilangan ranting Ranting kehilangan daun Daun kehilangan dahan

Dahan kehilangan hutan

Kita saksikan gunung memompa abu Abu membawa batu Batu membawa lindu Lindu membawa longsor Longsor membawa banjir Banjir membawa air Air mata Kita telah saksikan seribu tanda-tanda

Bisakah kita membaca tanda-tanda

Puisi tentang keragaman sumber daya alam di lingkungan sekitar
puisi lingkungan

Alam Desaku

Kulihat sawah membentang warna hijau bagai permata alam kucoba telusuri jalan

akankah tetap begitu

Kuingin tetap begini terlihat apa adanya kuingin tetap begitu

terlihat kenyataanya

Mentari mulai tenggelam dan..akupun teteap disini menikmati alam yang ada

anugerah dari yang kuasa

Oh..alam desaku …aman dan damai Oh…. alam desaku

….lestarikanlah

Puisi Lingkungan – Lembayung Jingga

Lembayung jingga masih setia diatas bukit yang sama beranjak perlahan melepas senja

menunggu sesaat sambut kejora

Sedikt engkau terlihat resah saat pekat hendak menjelma seakan kau terluka

saksikan kiprah para manusia

Raut wajahmu tak seindah dulu selalu ceria dan tak pernah sendu kini kau simpan dendam menggebu

pada kami yang merasa tak tahu

Kau tatap kami dengan sinarmu yang tajam bagai ceria yang siap menghujam tanpa merasa ada batas yang menghadang

karena kami yang selalu jauh pada Sang Khalam

Berita Alam

Halilintar menggelegar, daun-daun berguguran Langit biru menghilang Burung terbang tinggalkan sarang Rintik hujan berjatuhan, payung-payung dikenakan Pohon tumbang tercabut dari akarnya Awan hitam semakin mengembang Kulangkahkan kakiku menuju cakrawala Gapai harapan mimpi indah Kupetik senar gitarku nyanyikan lagu tra la la Merah putih sudah kusam warnanya Burung garuda entah terbang kemana Pancasila tak lagi bermakna Indonesiaku tertutup wajahnya Badai datanglah hentak kegersangan Hujan air turunlah sirami kekeringan Mentari terbitlah ubah kesuraman alam ini

Nergri ini….

Puisi Keindahan Alam – Di Tepi Laut

Diujung musim yang bertiup angin bagai denguas gurun pasir cahaya melompat dalam lautan salju diseretnya langkah dimalam itu dalam putih waktu kutawarkan pada-Mu jenuh semesta ini kupenuhi isi dihidupmu nasib dunia bentangkan kedua tangan mu pohon-pohon kering di tepi laut padang pasir menyanyi dalam gaib malam kepada seluruh dunia yang menelankan dipucuk pantai

kuburlah hidup tanpa kesadaran

Puisi tentang keragaman sumber daya alam di lingkungan sekitar
puisi lingkungan

Kicau Burung

Kicau burung yang menyusup lewat sela daun mangga bersama hangatnya mentari pagi adalah sebuah misteri

pada siapa rindu kubagi

Kicau burung yang menggetarkan ibaku daun terbang entah kemana adalah sebuah duka yang tertinggal dari kibasan

sayap lukanya

Aku bersyukur

Tuhan mengijinkanku untuk dapat belajar Di sekolah yang indah permai

Dengan pohon berjejer rapi di depan

Aku berterima kasih Untuk orang tua yang menyayingku Hingga aku dapat menimba ilmu

Di rumah pengetahuan yang terbentang

Di sekolah ini Kedamaian selalu kurasakan Tenang menghanyutkan rasa

Dalam kedamaian yang merasuk jiwa

Sawah

Kau bangun di awal hari, sebelum muncul mentari pagi, sebelum kokok ayam jantan pertama berbunyi

Kau mempersiapkan segalanya, untuk pekerjaanmu pagi ini

Cangkul di tangan kanan, rantang nasi di kiri

Kau pergi menemui dewi sri

Ia menari-nari menyambut belaian angin

Kau terpukau oleh hamparan permadani, hijau berseri-seri

Lalu kau berbisik sendiri, ‘elok nian kau dewi’

Tanpa sadar petak-petakmu berkurang, hamparan sawahmu mulai menghilang

Berganti gedung gilang-gemilang

Kau berang, orang-orang berang, semua menjadi berang

Impianmu ikut terbang

Puisi Lingkungan – Biru

Di batas biru lazuardi kepak pun lelah tembus mega hanya getar menggelepar sebentar lalu luluh luka di balik sayap masih sayat tapi darah bukan batas lihat tak ada merah di cakrawala

hanya biru

kepak… kepakkan sayapmu raja langit hentak bumi dan terjang angkasa Terbang… Terbanglah lagi elang tak ada batas di langitmu

hanya biru dan biru

Puisi tentang keragaman sumber daya alam di lingkungan sekitar
puisi lingkungan

Indahnya Potongan Surga

Indonesia, negeriku tercinta Berjuta warna dalam satu negara Di tanah air tumpah darah bangsa

Kita hidup di atas potongan surga

terhampar dari sabang hingga merauke berjejer pulau pulau indah dengan pantai dengan permadani hamparan pasir

Biru langitku, biru lautku

Gunung gunung megah tampak berdiri dengan gagah Perkasa berhiaskan pohon – pohon hijau Disana ada mutiara hidup para penghuninya

Tempat dimana mereka menikmati kedamaian

Indahnya negeriku Menjelajah kepulauan yang luas Dibawah langit tuhan

Dibawah selaksa awan yang beriringan

Indonesia, alam dari surga Secuil keindah surgawi

yang hinggap di negeri kita

Namaku Alam

Perkenalkan, namaku adalah alam Aku adalah tempat tinggal bagi flora dan fauna Dimana bagi hewan-hewan aku adalah rumah mereka Tempat mereka bertumbuh Berkembang biak, dan mencari makan

Melakukan semua aktivitas kehidupan alam

Bukan hanya hewan Tumbuhan pun merasakan hal yang sama Bagiku, tumbuhan adalah perhiasanku

Dan hewan, adalah peliharaanku

Aku juga slalu memberi kesejukan bagi penduduk bumi Aku memberikan oksigen bagi manusia Aku juga memberikan sumber daya bagi mereka Memberikan mereka energi, kekuatan, perhiasan

Dan segalanya yang mereka butuhkan

Semua itu adalah pada saat bumi masih dalam keadaan stabil Ketika bumi tidak dipenuhi orang orang serakah

Menggunakan sumber dayaku sesuai kebuhannya saja

Tapi kini Manusia hanya memikirkan kepentingannya sendiri Mereka tak pernah memikirkan aku Mereka slalu ingin lebih atas apa yg telah diberi oleh – Nya Ketamakan, kerakusan, pemborosan

Telah membawaku kepada kerusakan

Lihat apa yang telah mereka perbuat padaku Setelah apa yang aku berikan pada mereka Mereka membalasnya dengan merusakku Menebang pohon pohonku Memberikan polusi padaku Memburu hewan hewanku Dan merusak ozonku

Dengan zat zat yang dulu tak pernah ada di bumi ini

Sungguh perih hati ini rasanya Apakah tak ada kesadaran sedikit pun dihati mereka? Apakah tak ada rasa iba mereka atas rusaknya diriku?

Sungguh, sungguh, dan sungguh sangat miris hati ini

Puisi tentang keragaman sumber daya alam di lingkungan sekitar
puisi lingkungan

Puisi Lingkungan – Bumi Pertiwi

Bumi ini….

Dialah yang memberikan tempat hidup Dialah yang memberikan kenyamanan

Dialah yang mencukupkan segala kebutuhan

Manusia hidup berbaur didalamnya Diliputi hati yang saling berselisih

Berjalan dengan angkuh diatas tanah pertiwi

Manusia tidak mencintai tanah ini

Tanah dengan air yang murni
Mereka tidak pernah berpikir dengan hati nurani

Merusak alam atas nama pembangunan Menggusur alam atas nama pengembangan Padahal manusia hanya menumpang

Tidak berhak mengotori dan menodai

Dia sudah memberikan udara, air, dan angin Tapi manusia masih saja menjerit

Seakan-akan pemberian itu berarti

Mengambil semua dengan serakah Kilauan tambang butakan mata

Harapan jahat terus dipahat

Udara kematian berkumpul pekat Asap hitam pekat bergerak bebas tak terikat

Sesakkan dada matikan jiwa

Lautan berubah coklat kehitaman Tercemar limbah kemanusiaan

Kematian pun datang dengan tergesa-gesa

Tanah ini murni sejak jaman dahulu kala Dipenuhi dengan kehidupan dalam balutan mahkota

Sekarang menjadi gersang dan berkehidupan

Para merpati lari selamatkan diri Tergerus oleh keserakahan Terusir oleh keegoisan

Terbang bebas tak tentu arah

Bumi pertiwi memberikan segalanya Manusia campakkan itu semua Lingkungan perlahan mulai pudar

Terganti oleh nafsu egois tanpa sadar

Demikianlah kumpulan puisi lingkungan hidup terbaik yang bisa dibagikan pada postingan kali ini. Semoga kumpulan puisi yang dibagikan ini bisa memberikan manfaat dan inspirasi untuk kita semua untuk terus menjaga dan melestarikan lingkungan di sekitar kita.