Senin, 1 November 2021 | 16:00 WIB Show
Nationalgeographic.co.id—28 Oktober 1928, jauh sebelum kemerdekaan, suatu bangsa yang besar telah sepakat untuk bersatu dalam satu bahasa, bahasa Indonesia. Kongres yang dihadiri oleh segenap generasi muda bangsa Indonesia, dinamakan Kongres Pemuda. "Melalui Kongres Pemuda yang melahirkan Kongres Bahasa Indonesia I di Solo, bahasa Indonesia resmi menjadi alat perjuangan," tulis Sudaryanto. Ia menulis dalam jurnal Kajian Linguistik dan Sastra, berjudul Dari Sumpah Pemuda (1928) Sampai Kongres Bahasa Indonesia I (1938): Kajian Linguistik Historis Sekitar Masa-Masa Prakemerdekaan, publikasi tahun 2018. Berkat ikrar Sumpah Pemuda, lahirlah bahasa Indonesia yang menjadi bahasa resmi negara Indonesia, berdasarkan Pasal 36 Undang-Undang Dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia Tahun 1945.
Bahasa merupakan salah satu unsur identitas nasional. Bahasa dipahami sebagai sistem perlambangan yang secara arbiter dibentuk atas unsur-unsur bunyi ucapan manusia dan digunakan sebagai sarana berinteraksi manusia. Di Indonesia terdapat beragam bahasa daerah yang mewakili banyaknya suku-suku bangsa atau etnis. Setelah kemerdekaan, bahasa Indonesia ditetapkan sebagai bahasa nasional. Bahasa Indonesia dahulu dikenal dengan bahasa melayu yang merupakan bahasa penghubung antar etnis yang mendiami kepulauan nusantara. Selain menjadi bahasa penghubung antara suku-suku, bahasa melayu juga menjadi bahasa transaksi perdagangan internasional di kawasan kepulauan nusantara yang digunakan oleh berbagai suku bangsa Indonesia dengan para pedagang asing. Baca Juga : Makalah Ragam Bahasa Indonesia Telah dikemukakan pada beberapa kesempatan, mengapa bahasa melayu dipilih menjadi bahasa nasional bagi negara Indonesia yang merupakan suatu hal yang menggembirakan. Dibandingkan dengan bahasa lain yang dapat dicalonkan menjadi bahasa nasional, yaitu bahasa jawa (yang menjadi bahasa ibu bagisekitar setengah penduduk Indonesia), bahasa melayu merupakan bahasa yang kurang berarti. Di Indonesia, bahasaitu diperkirakan dipakai hanya oleh penduduk kepulauan Riau, Linggau dan penduduk pantai-pantai diseberang Sumatera. Namun justru karena pertimbangan itu jualah pemilihan bahasa jawa akan selalu dirasakan sebagai pengistimewaan yang berlebihan. Alasan kedua, mengapa bahasa melayu lebih berterima dari pada bahasa jawa, tidak hanya secara fonetis dan morfologis tetapi juga secara reksikal, seperti diketahui, bahasa jawa mempunyai beribu-ribu morfen leksikal dan bahkan beberapa yang bersifat gramatikal. Baca Juga : Fungsi dan Kedudukan Bahasa Indonesia Dari sumber-sumber China kuno dan kemudian juga dari sumber Persia dan Arab, kita ketahui bahwa kerajaan Sriwijaya di sumatera Timur paling tidak sejak abad ke -7 merupakan pusat internasional pembelajaran agama Budha serta sebuah negara yang maju yang perdagangannya didasarkan pada perdagangan antara Cina, India dan pulau-pulau di Asia Tenggara. Bahas melayu mulai dipakai dikawasan Asia Tenggara sejak Abad ke-7. bukti-bukti yang menyatakan itu adalah dengan ditemukannya prasasti di kedukan bukit karangka tahun 683 M (palembang), talang tuwo berangka tahun 684 M (palembang), kota kapur berangka tahun 686 M (bukit barat), Karang Birahi berangka tahun 688 M (Jambi) prasasti-prasasti itu bertuliskan huruf pranagari berbahasa melayu kuno. Bahasa melayu kuno itu hanya dipakai pada zaman sriwijaya saja karena di jawa tengah (Banda Suli) juga ditemuka prasasti berangka tahun 832 M dan dibogor ditemukan prasasti berangka tahun 942 M yang juga menggunakan bahasa melayu kuno. Baca Juga : Pendidikan Barat Di Indonesia Pad zaman Sriwijaya, bahasa melayu dipakai sebagai bahasa kebudayaan , yaitu bahasa buku pelajaran agama Budha. Bahasa melayu dipakai sebagai bahasa perhubungan antar suku di Nusantara. Bahasa melayu dipakai sebagai bahasa perdagangan, baik sebagai bahasa yang digunakan terhadap para pedagang yang datang dari luar nusantara. Informasi dari seorang ahli sejara China I-Tsing yang belajar agama Budha di Sriwijaya, antara lain menyatakan bahwa di Sriwijay ada bahasa yang bernama Koen Loen (I-Tsing : 63-159), Kou Luen (I-Tsing : 183), K’ouen loven (Ferrand, 1919), Kw’enlun (Ali Syahbana, 1971 : 0001089), Kun’lun (parnikel, 1977 : 91), K’un-lun (prentice 1978 : 19), ayng berdampingan dengan sanskerta. Peristiwa-Peristiwa Penting Bahasa Indonesia
Baca Juga : Lembaga Negara Indonesia
Penyempurnaan EjaanEjaan Melayu / Indonesia mengalami beberapa tahapan sebagai berikut : Baca Juga : Asal Usul Nenek Moyang Bangsa Indonesia Ejaan ini ejaan bahasa Melayu dengan huruf Latin. Charles Van Ophuijsen dibantu oleh Nawawi Soetan Ma’moer dan Moehammad Taib Soetan Ibrahim menulis ejaan baru ini pada tahun 1896. Pedoman tata bahasa yang kemudian dikenal dengan nama ejaan secara resmi diakui pemerintah kolonial van Ophuijsen pada tahun 1901. Karakteristik ejaan ini ya itu :
Ejaan ini diresmikan pada 19 Maret 1947 menggantikan ejaan sebelumnya. Ejaan juga dikenal dengan nama Soewandy ejaan. Karakteristik ejaan ini adalah:
Baca Juga : Bahasa Pemrograman Konsep ejaan ini dikenal pada akhir tahun 1959. Karena perkembangan politik selama tahun-tahun berikutnya, diurungkanlah peresmian ejaan ini. Ejaan ini diresmikan penggunaannya pada tanggal 16 Agustus 1972 oleh Presiden Republik Indonesia. Peresmian ini didasarkan pada Keputusan Presiden Nomor 57 Tahun 1972. Dengan EYD, ejaan dua bahasa serumpun, yakni Indonesia dan Malaysia, semakin standar. Indonesia memiliki posisi yang sangat penting seperti yang tercantum dalam :
Dari kedua itu, maka posisi Indonesia sebagai :
Sumber Bahasa IndonesiaSejarah tumbuh dan berkembangnya Bahasa Indonesia tidak lepas dari Bahasa Melayu. Dimana Bahasa melayu sejak dahulu telah digunakan sebagai bahasa perantara (lingua franca) atau bahasa pergaulan. Bahasa melayu tidak hanya digunakan di Kepulauan Nusantara, tetapi juga digunakan hampir diseluruh Asia Tenggara. Hal ini diperkuat dengan ditemukannya Prasasti-prasasti kuno dari kerjaan di indonesia yang ditulis dengan menggunakan Bahasa Melayu. Dan pasa saat itu Bahasa Melayu telah Berfungsi Sebagai : Baca Juga : Potensi Lokasi Indonesia
Jadi jelashlah bahwa bahasa indonesia sumbernya adalah bahasa melayu. Peresmian Nama Bahasa IndonesiaBahasa Indonesia secara resmi diakui sebagai bahasa nasional pada saat Sumpah Pemuda tanggal 28 Oktober 1928. Penggunaan bahasa Melayu sebagai bahasa nasional merupakan usulan dari Muhammad Yamin, seorang politikus, sastrawan, dan ahli sejarah. Dalam pidatonya pada Kongres Nasional kedua di Jakarta, Yamin mengatakan bahwa : “Jika mengacu pada masa depan bahasa-bahasa yang ada di Indonesia dan kesusastraannya, hanya ada dua bahasa yang bisa diharapkan menjadi bahasa persatuan yaitu bahasa Jawa dan Melayu. Tapi dari dua bahasa itu, bahasa Melayulah yang lambat laun akan menjadi bahasa pergaulan atau bahasa persatuan. Secara Sosiologis kita bisa mengatakan bahwa Bahasa Indonesia resmi di akui pada Sumpah Pemuda tanggal 28 Oktober 1928. Hal ini juga sesuai dengan butir ketiga ikrar sumpah pemuda yaitu “Kami putra dan putri Indonesia menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia.” Namun secara Yuridis Bahasa Indonesia diakui pada tanggal 18 Agustus 1945 atau setelah Kemerdekaan Indonesia. Demikianlah artikel dari dosenpendidikan.co.id mengenai Sejarah Bahasa Indonesia : Peristiwa Penting, Penyempurnaan, Sumber Bahasa, Peresmian Nama, semoga artikel ini bermanfaat bagi anda semuanya. |