Penyakit saluran pernapasan yang mengakibatkan wajah penderitanya terlihat bodoh adalah

Adenoiditis adalah peradangan yang terjadi pada adenoid, yakni sekelompok jaringan yang terletak pada mulut bagian atas dan di belakang hidung. Dalam keadaan normal, bersamaan dengan tonsil (amandel) berfungsi untuk menangkap kuman yang melewati hidung atau mulut dengan menghasilkan antibodi untuk membantu tubuh melawan infeksi.

Pemeriksaan dilakukan dengan bantuan lampu senter, karena adenoid sangat sulit dilihat. Peradangan adenoid biasanya disebabkan oleh infeksi dan mengakibatkan kesulitan bernapas dan infeksi saluran napas berulang. Meskipun adenoiditis dapat terjadi pada orang dewasa, dalam banyak kasus adenoiditis lebih banyak terjadi pada anak-anak. 

Faktor Risiko Adenoiditis

Faktor risiko tertentu dapat membuat seseorang rentan terhadap infeksi pada jaringan adenoid. Ini mungkin termasuk:

  • Infeksi berulang di tenggorokan, leher, atau kepala.
  • Infeksi amandel.
  • Kontak dengan virus, kuman, dan bakteri di udara.

Anak-anak lebih rentan terhadap adenoiditis. Ini karena kelenjar gondok semakin menyusut selama masa kanak-kanak. Pada saat mencapai usia remaja akhir, kelenjar gondok umumnya hilang.

Penyebab Adenoiditis

Penyebab adenoiditis adalah adanya infeksi bakteri atau virus. Virus penyebab adenoiditis, antara lain virus adenovirus, Epstein-Barr, dan rhinovirus. Sementara itu, bakteri penyebab adenoiditis yang sering terjadi adalah bakteri infeksi kuman Streptokokus.

Gejala Adenoiditis

Adenoiditis biasanya menyebabkan sumbatan pada saluran napas, sehingga umumnya keluhan yang dialami, yaitu:

  • Gangguan bernapas, termasuk saat bicara.
  • Mendengkur saat tidur.
  • Terdapat nyeri atau kering pada tenggorokan akibat pembengkakkan dan sering bernapas menggunakan mulut.
  • Gejala infeksi, seperti demam dan pilek.
  • Adanya pembesaran kelenjar getah bening pada leher.
  • Adanya nyeri telinga atau gangguan pendengaran.

Diagnosis Adenoiditis

Diagnosis adenoiditis dilakukan dengan cara pemeriksaan fisik dan juga wawancara oleh dokter. Biasanya, diagnosis dilakukan oleh dokter spesialis THT (Telinga, Hidung, dan Tenggorokan) untuk memeriksa lokasi peradangan dengan akurat. 

Jika dibutuhkan, pengambilan sampel bakteri atau organisme lain dari tenggorokan akan dilakukan untuk diperiksa lebih lanjut. Selain itu, pemeriksaan darah mungkin akan dilakukan untuk melihat tanda adanya peradangan, serta pemeriksaan penunjang lain, seperti pemeriksaan X-Ray untuk memastikan dan menentukan ukuran adenoiditis.

Komplikasi Adenoiditis

Jika terapi tidak dilakukan, peradangan adenoid dapat meluas dan menyebabkan gangguan pada organ sekitarnya, seperti telinga, hidung, dan dada. Infeksi telinga yang sering terjadi adalah infeksi telinga tengah, karena adenoid berlokasi dekat dengan saluran Eustachius, yaitu saluran yang menghubungkan tenggorokan dan telinga tengah. 

Pada keadaan normal, saluran ini berfungsi sebagai drainase cairan yang ada pada telinga tengah. Dengan adanya peradangan dan pembengkakkan pada adenoid, aliran tuba akan terhambat dan dapat mengganggu pendengaran dan infeksi.

Adenoiditis juga dapat mengganggu aliran udara melalui hidung. Sinusitis dapat terjadi diakibatkan oleh adanya pembengkakan adenoid yang menyebabkan rongga sinus terisi cairan dan terinfeksi. Sementara itu, infeksi paru, pneumonia, dan bronkitis juga dapat terjadi pada pengidap adenoiditis lama.

Pengobatan Adenoiditis

Pengobatan adenoiditis dilakukan dengan cara terapi awal dengan menggunakan antibiotik atau anti-virus untuk membunuh virus atau bakteri. Terapi pembedahan untuk mengangkat adenoid (adenoidektomi) mungkin akan disarankan pada beberapa keadaan. 

Misalnya kondisi infeksi yang tidak membaik setelah diterapi dengan antivirus atau antibiotik, terjadinya infeksi yang berulang, serta terdapat masalah medis lain. Misalnya keganasan, atau ukuran yang sangat besar hingga sangat mengganggu pernapasan dan saat menelan makanan.

Adapun efek samping dari pengobatan adenoiditis dengan pemberian antibiotik adalah adanya reaksi alergi. Selain itu, pada pengobatan yang tidak sesuai dengan anjuran dokter dapat menyebabkan resistensi terhadap antibiotik tersebut. Oleh karena itu, tidak disarankan untuk mengonsumsi antibiotik tanpa resep dokter.

Pencegahan Adenoiditis

Adenoiditis dapat dicegah dengan pola hidup sehat serta tetap menjaga daya tahan tubuh dengan berolahraga secara teratur. Pilihlah makanan sehat dan higienis, serta minum cukup air putih. Rata-rata kebutuhan air harian untuk orang dewasa adalah 2 liter dan dapat lebih apabila melakukan aktivitas berat. Usahakan juga untuk cukup tidur dan segera berobat ke dokter jika mengalami keluhan medis.

Kapan Harus ke Dokter?

Apabila mengalami gangguan nyeri tenggorokan, gangguan menelan atau bernapas yang disertai demam, sebaiknya segera periksakan diri ke dokter. Untuk melakukan pemeriksaan, kamu bisa langsung membuat janji dengan dokter di rumah sakit pilihan lewat aplikasi Halodoc. Yuk, download aplikasinya sekarang! 

Penyakit saluran pernapasan yang mengakibatkan wajah penderitanya terlihat bodoh adalah

Referensi:
WebMD. Diakses pada 2021. Adenoiditis.
Healthline. Diakses pada 2021. Adenoiditis: An Infection of Your Infection-Fighting Tissue.


Alat- alat pernapasan merupakan organ- organ tubuh yang sangat penting. Jika alat- alat ini terganggu karena penyakit atau kelainan maka proses pernapasan akan terganggu, bahkan dapat menyebabkan kematian. Berikut akan diuraikan beberapa macam gangguan yang umum terjadi pada saluran pernapasan manusia:

1.                 Asma

Asma merupakan suatu penyakit penyumbatan saluran pernapasan yang disebabkan alergi terhadap rambut, bulu, debu, atau tekanan psikologis. Asma bersifat menurun. Asma adalah keadaan saluran napas yang mengalami penyempitan karena hiperaktivitas terhadap rangsangan tertentu, yang menyebabkan peradangan; penyempitan ini bersifat sementara.

Pada penderita asma, penyempitan saluran pernapasan merupakan respon terhadap rangsangan yang pada paru-paru normal tidak akan memengaruhi saluran pernapasan. Penyempitan ini dapat dipicu oleh berbagai rangsangan, seperti serbuk sari, debu, bulu binatang, asap, udara dingin dan olahraga.

Frekuensi dan beratnya serangan asma bervariasi. Beberapa penderita lebih sering terbebas dari gejala dan hanya mengalami serangan serangan sesak napas yang singkat dan ringan, yang terjadi sewaktu-waktu. Penderita lainnya hampir selalu mengalami batuk dan mengi (bengek) serta mengalami serangan hebat setelah menderita suatu infeksi virus, olah raga atau setelah terpapar oleh alergen maupun iritan. Menangis atau tertawa keras juga bisa menyebabkan timbulnya gejala dan juga sering batuk berkepanjangan terutama di waktu malam hari atau cuaca dingin.

Suatu serangan asma dapat terjadi secara tiba-tiba ditandai dengan napas yang berbunyi (mengi, bengek), batuk dan sesak napas. Bunyi mengi terutama terdengar ketika penderita menghembuskan napasnya. Di lain waktu, suatu serangan asma terjadi secara perlahan dengan gejala yang secara bertahap semakin memburuk. Pada kedua keadaan tersebut, yang pertama kali dirasakan oleh seorang penderita asma adalah sesak napas, batuk atau rasa sesak di dada. Serangan bisa berlangsung dalam beberapa menit atau bisa berlangsung sampai beberapa jam, bahkan selama beberapa hari.

Gejala awal pada anak-anak bisa berupa rasa gatal di dada atau di leher. Batuk kering di malam hari atau ketika melakukan olah raga juga bisa merupakan satu-satunya gejala.

Selama serangan asma, sesak napas bisa menjadi semakin berat, sehingga timbul rasa cemas. Sebagai reaksi terhadap kecemasan, penderita juga akan mengeluarkan banyak keringat.

Pada serangan yang sangat berat, penderita menjadi sulit untuk berbicara karena sesaknya sangat hebat. Kebingungan, letargi (keadaan kesadaran yang menurun, dimana penderita seperti tidur lelap, tetapi dapat dibangunkan sebentar kemudian segera tertidur kembali) dan sianosis (kulit tampak kebiruan) merupakan pertanda bahwa persediaan oksigen penderita sangat terbatas dan perlu segera dilakukan pengobatan. Meskipun telah mengalami serangan yang berat, biasanya penderita akan sembuh sempurna,

Kadang beberapa alveoli (kantong udara di paru-paru) bisa pecah dan menyebabkan udara terkumpul di dalam rongga pleura atau menyebabkan udara terkumpul di sekitar organ dada. Hal ini akan memperburuk sesak yang dirasakan oleh penderita.

2.                 TBC

Penyakit paru-paru akibat infeksi bakteri Mycobacterium Tuberculosa. Difusi oksigen akan terganggu karena adanya bintil- bintil atau peradangan pada dinding alveolus. Jika bagian paru- paru yang diserang meluas, sel- selnya mati dan paru- paru mengecil. Akibatnya napas penderita terengah- engah. Penyakit ini juga dapat merusak paru-paru tapi dapat juga mengenai

sistem saraf sentral (meningitis, sistem lymphatic, sistem sirkulasi (miliary TB), sistem genitourinary, tulang dan sendi.

Penyebab penyakit ini adalah bakteri kompleks Mycobacterium tuberculosis. Mycobacteria termasuk dalam famili Mycobacteriaceae dan termasuk dalam ordo Actinomycetales. kompleks Mycobacterium tuberculosis meliputi M. tuberculosis, M. bovis, M. africanum, M. microti, dan M. canettii. Dari beberapa kompleks tersebut, M. tuberculosis merupakan jenis yang terpenting dan paling sering dijumpai.

Gejala respiratori ialah batuk lebih dari 2 minggu, batuk bercampur darah. Bisa juga nyeri dada dan sesak napas. Selanjutnya ada gejala yang disebut sebagai Gejala sistemis antara lain Demam , badan lemah yang disebut sebagai malaise, keringat malam, anoreksia dan berat badan menurun menjadi semakin kurus. Gejala respiratori sangat bervariasi, dari mulai tidak ada gejala sampai gejala yang cukup berat tergantung dari luas lesi, sehingga pada kondisi yang gejalanya tidak jelas sehingga terkadang pasien baru mengetahui dirinya terdiagnosis Tuberkulosis saat medical check up.

3.                 Influenza (Flu )

Influenza ditularkan melalui udara lewat batuk atau bersin, yang akan menimbulkan aerosol yang mengandung virus. Influenza juga dapat ditularkan melalui kontak langsung dengan tinja burung atau ingus, atau melalui kontak dengan permukaan yang telah terkontaminasi. Aerosol yang terbawa oleh udara (airborne aerosols) diduga menimbulkan sebagian besar infeksi, walaupun jalur penularan mana yang paling berperan dalam penyakin ini belum jelas betul. Virus influenza dapat diinaktivasi oleh sinar matahari, disinfektan, dan deterjen. Sering mencuci tangan akan mengurangi risiko infeksi karena virus dapat diinaktivasi dengan sabun.

Gejala influenza dapat dimulai dengan cepat, satu sampai dua hari setelah infeksi. Biasanya gejala pertama adalah menggigil atau perasaan dingin, namun demam juga sering terjadi pada awal infeksi, dengan temperatur tubuh berkisar 38-39 °C (kurang lebih 100-103 °F). Banyak orang merasa begitu sakit sehingga mereka tidak dapat bangun dari tempati tidur selama beberapa hari, dengan rasa sakit dan nyeri sekujur tubuh, yang terasa lebih berat pada daerah punggung dan kaki. Gejala influenza dapat meliputi:

·         Demam dan perasaan dingin yang ekstrem (menggigil, gemetar)

·         Batuk

·         Sumbatan hidung

·         Nyeri tubuh, terutama sendi dan tenggorok

·         Kelelahan

·         Nyeri kepala

·         Iritasi mata, mata berair

·         Mata merah, kulit merah (terutama wajah), serta kemerahan pada mulut, tenggorok, dan hidung

·         Pada anak, gejala gastrointestinal seperti diare dan nyeri abdomen, dapat menjadi parah pada anak dengan influenza B).

4.                  Kanker paru-paru

Mempengaruhi pertukaran gas di paru-paru. Kanker paru-paru dapat menjalar keseluruh tubuh. Kanker paru-paru sangat berhubungan dengan kebiasaan merokok (75% penderita adalah perokok). Perokok pasif juga dapat terkena kanker paru-paru. Penyebab lain adalah penderita menghirup debu asbes kromium, produk petroleum, dan radiasi ionisasi.

Kanker paru-paru adalah pertumbuhan sel kanker yang tidak terkendali dalam jaringan paru. Patogenesis kanker paru belum benar-benar dipahami. Sepertinya sel mukosal bronkial mengalami perubahan metaplastik sebagai respon terhadap paparan kronis dari partikel yang terhirup dan melukai paru. Sebagai respon dari luka selular, proses reaksi dan radang akan berevolusi. Sel basal mukosal akan mengalami proliferasi dan terdiferensiasi menjadi sel goblet yang mensekresi mukus. Sepertinya aktivitas metaplastik terjadi akibat pergantian lapisan epitelium kolumnar dengan epitelium skuamus, yang disertai dengan atipia selular dan peningkatan aktivitas mitotik yang berkembang menjadi displasia mukosal. Rentang waktu proses ini belum dapat dipastikan, hanya diperkirakan kurang lebih antara 10 hingga 20 tahun.

Asal-usul sel penyebab kanker paru masih belum dapat dijelaskan. Selama ini berkembang dua buah teori,

·         Teori pleuripotential cell oleh Auerbach, yang menjelaskan penyimpangan yang terjadi pada proses diferensiasi sel punca menjadi sel-sel lain.

·         Teori sel kecil oleh Yesner, yang menjelaskan neoplasma sel kecil yang mengalami transformasi dan berevolusi menjadi sel kanker.

Merokok merupakan penyebab utama dari sekitar 90% kasus kanker paru-paru pada pria dan sekitar 70% pada wanita. Semakin banyak rokok yang dihisap, semakin besar risiko untuk menderita kanker paru-paru.

Hanya sebagian kecil kanker paru-paru (sekitar 10%-15% pada pria dan 5% pada wanita) yang disebabkan oleh zat yang ditemui atau terhirup di tempat bekerja. Bekerja dengan asbes, radiasi, arsen, kromat, nikel, klorometil eter, gas mustard dan pancaran oven arang bisa menyebabkan kanker paru-paru, meskipun biasanya hanya terjadi pada pekerja yang juga merokok.

Peranan polusi udara sebagai penyebab kanker paru-paru masih belum jelas. Beberapa kasus terjadi karena adanya pemaparan oleh gas radon di rumah tangga.

Kadang kanker paru (terutama adenokarsinoma dan karsinoma sel alveolar) terjadi pada orang yang paru-parunya telah memiliki jaringan parut karena penyakit paru-paru lainnya, seperti tuberkulosis dan fibrosis.

Gejala paling umum yang ditemui pada penderita kanker paru adalah:

·         Batuk yang terus menerus atau menjadi hebat.

·         Dahak berdarah, berubah warna dan makin banyak.

·         Napas sesak dan pendek-pendek.

·         Sakit kepala, nyeri atau retak tulang dengan sebab yang tidak jelas.Kelelahan kronis

·         Kehilangan selara makan atau turunnya berat badan tanpa sebab yang jelas.

·         Suara serak/parau.

·         Pembengkakan di wajah atau leher.

5.                  Asfiksi

Adalah gangguan pernapasan pada waktu pengangkutan oksigen yang disebabkan oleh : tenggelam (akibatnya terisi air), pneumonia (akibatnya alveolus terisi lendir dan cairan limfa), keracunan CO atau HCN, atau gangguan sitokrom (enzim pernapasan).

Asfiksi ada bermacam-macam misalnya terisinya alveolus dengan cairan limfa karena infeksi Diplokokus pneumonia atau Pneumokokus yang menyebabkan penyakit pneumonia.

Pada orang yang tenggelam, alveolusnya terisi air sehingga difusi oksigen sangat sedikit bahkan tidak ada sama sekali sehingga mengakibatkan orang tersebut shock dan pernapasannya dapat terhenti. Orang seperti itu dapat ditolong dengan mengeluarkan air dari saluran pernapasannya dan melakukan pernapasan buatan tanpa alat dengan cara dari mulut ke mulut dengan irama tertentu dan menggunakan metode Silvester dan Hilger Neelsen.

Asfiksi dapat pula disebabkan karena penyumbatan saluran pernapasan oleh kelenjar limfa, misalnya polip, amandel, dan adenoid.

6.                  Asidosis

Adalah kenaikan kadar asam karbonat dan asam bikarbonat dalam darah, sehingga pernapasan terganggu.

Asidosis Metabolik adalah keasaman darah yang berlebihan, yang ditandai dengan rendahnya kadar bikarbonat dalam darah. Bila peningkatan keasaman melampaui sistem penyangga pH, darah akan benar-benar menjadi asam. Seiring dengan menurunnya pH darah, pernafasan menjadi lebih dalam dan lebih cepat sebagai usaha tubuh untuk menurunkan kelebihan asam dalam darah dengan cara menurunkan jumlah karbon dioksida. Pada akhirnya, ginjal juga berusaha mengkompensasi keadaan tersebut dengan cara mengeluarkan lebih banyak asam dalam air kemih. Tetapi kedua mekanisme tersebut bisa terlampaui jika tubuh terus menerus menghasilkan terlalu banyak asam, sehingga terjadi asidosis berat dan berakhir dengan keadaan koma.

Asidosis Respiratorik adalah keasaman darah yang berlebihan karena penumpukan karbondioksida dalam darah sebagai akibat dari fungsi paru-paru yang buruk atau pernafasan yang lambat. Kecepatan dan kedalaman pernafasan mengendalikan jumlah karbondioksida dalam darah. Dalam keadaan normal, jika terkumpul karbondioksida, pH darah akan turun dan darah menjadi asam. Tingginya kadar karbondioksida dalam darah merangsang otak yang mengatur pernafasan, sehingga pernafasan menjadi lebih cepat dan lebih dalam.

7.                 Difteri

Difteri adalah penyumbatan pada rongga faring maupun laring oleh lendir yang dihasilkan oleh kuman difteri.

Difteri adalah suatu infeksi akut pada saluran pernafasan. Lebih sering menyerang anak-anak. Penularan difteri biasanya terjadi melalui percikan ludah dari orang yang membawa kuman ke orang lain yang sehat. Selain itu penyakit ini bisa juga ditularkan melalui benda atau makanan yang terkontaminasi. Tetapi tak jarang racun juga menyerang kulit dan bahkan menyebabkan kerusakan saraf dan jantung. Beberapa tahun yang lalu, Difteri merupakan penyebab utama kematian pada anak-anak tetapi sekarang sudah tidak lagi.

Menurut tingkat keparahannya, penyakit ini dibagi menjadi 3 tingkat yaitu:

1.      Infeksi Ringan. Bila pseudomembran hanya terdapat pada mukosa hidung dengan gejala hanya nyeri menelan.

2.       Infeksi Sedang. Bila pseudomembran telah menyerang sampai faring (dinding belakang rongga mulut) sampai menimbulkan pembengkakan pada laring.

3.      Infeksi Berat. Bila terjadi sumbatan nafas yang berat disertai dengan gejala komplikasi seperti miokarditis (radang otot jan tung), paralisis (kelemahan anggota gerak) dan nefritis (radang ginjal).

Cara Penularan Difteri

Bisa ditularkan melalui udara (percikan ludah/droplet) dan selain itu bisa ditularkan juga melalui makanan yang terkon taminasi.

Gejala Penderita Difteri

Difteri termasuk penyakit saluran pernafasan bagian atas. Anak yang terinfeksi kuman Difteri setelah 2-4 hari akan mengalami gejala-gejala infeksi saluran pernafasan bagian atas, diantara nya:

1. Demam tinggi + 38 C

2. Nyeri telan

3. Pusing

4. Tampak selaput berwarna putih keabu-abuan (Pseudo membran).

5. Bengkak pada leher.

Beberapa anak dapat mengalami sakit kepala, suara parau, nyeri menelan, dan nyeri otot. Gejala-gejala ini disebab kan oleh racun yang dihasilkan oleh kuman difteri. Jika tidak diobati, racun yang dihasilkan oleh kuman ini dapat menyebab kan reaksi peradangan pada jaringan saluran napas bagian atas sehingga sel-sel jaringan dapat mati. Sel-sel jaringan yang mati bersama dengan sel-sel radang membentuk suatu membran atau lapisan yang dapat mengganggu masuknya udara pernapasan. Membran atau lapisan ini berwarna abu-abu kecoklatan, dan biasanya dapat terlihat. Gejalanya anak menja di sulit bernapas. Jika lapisan terus terbentuk dan menutup saluran napas yang lebih bawah akan menyebabkan anak tidak dapat bernapas. Akibatnya sangat fatal karena dapat menimbulkan kematian jika tidak ditangani dengan segera.

Racun yang sama juga dapat menimbulkan komplikasi pada jantung dan susunan saraf, biasanya terjadi setelah 2-4 minggu terinfeksi dengan
kuman difteri. Kematian juga sering terjadi karena jantung menjadi rusak.

8.                 Emfisema,

Emfisema adalah penyakit pembengkakan paru-paru karena pembuluh darahnya kemasukan udara. Emfisema Paru adalah penyakit Paru Obstruktif Kronik. Emfisema adalah penyakit yang gejala utamanya adalah penyempitan (obstruksi) saluran napas, karena kantung udara di paru menggelembung secara berlebihan dan mengalami kerusakan yang luas.

Gejala yang ditimbulkan antara lain :

·                    Pada awal gejalanya serupa dengan bronkhitis Kronis.

·                    Napas terengah-engah disertai dengan suara seperti peluit.

·                    Dada berbentuk seperti tong, otot leher tampak menonjol, penderita sampai membungkuk

·                    Bibir tampak kebiruan

·                    Berat badan menurun akibat nafsu makan menurun

·                    Batuk menahun

Penyebabnya yakni , Bronkhitis Kronis yang berkaitan dengan merokok, Mengisap asap rokok/debu, Pengaruh usia.

9.                 Pneumonia

Pneumonia, Adalah suatu proses peradangan dimana terdapat konsolidasi yang disebabkan pengisian rongga alveoli oleh eksudat. Pertukaran gas tidak dapat berlangsung pada daerah yang mengalami konsoloidasi dan darah dialirkan kesekitar alveoli yang tidak berfungsi. Hipoksemia dapat terjadi tergantung banyaknya jaringan paru yang sakit.

gejalanya antara lain yakni, onset mendadak, dingin, menggigil, dan demam, nyeri dada, nyeri kepala, nyeri tenggorokan, dan batuk dengan produksi sputum.

10.            Wajah adenoid (kesan wajah bodoh)

Wajah adenoid, disebabkan adanya penyempitan saluran napas karena pembengkakan kelenjar limfa atau polip, pembengkakan ditekak atau amandel.

Sindroma wajah adenoid pertama kali diperkenalkan oleh Wilhelm Meyer (1868) di Copenhagen sebagai suatu kelainan dentofasial yang disebabkan oleh obstruksi saluran nafas atas jangka panjang karena hipertropi dari jaringan adenoid. Nama lain dari sindroma wajah adenoid adalah microrhinodysplasia, sindroma wajah panjang atau dummy face syndrome.

Gejala – gejala yang menyertai antara lain pernafasan mulut kronis, obstruksi apnea saat tidur dengan gejala mendengkur, penurunan fungsi pendengaran, penciuman dan pengecapan, sinusitis, suara hiponasal dan maloklusi.

Wilhelm Meyer juga yang pertama kali menyarankan untuk membuang adenoid yang hipertropi dengan prosedur bedah yang disebut adenoidektomi.

Menurut Linder – Arosson (2000), sindroma wajah adenoid diakibatkan oleh penyumbatan saluran nafas atas kronis oleh karena hipertropi jaringan adenoid. Penyumbatan saluran nafas atas kronis menyebabkan kuantitas pernafasan atas menjadi menurun, sebagai penyesuaian fisiologis penderita akan bernafas melalui mulut. Pernafasan melalui mulut menyebabkan perubahan struktur dentofasial yang dapat mengakibatkan maloklusi, yaitu posisi rahang bawah yang turun dan elongasi, posisi tulang hyoid yang turun sehingga lidah akan cenderung ke bawah dan ke depan, serta meningginya dimensi vertikal.2,5,12,13 Gambaran penderita sindroma wajah adenoid dapat terlihat seperti gambar berikut (Gambar 1).

Gambar 1. Penderita sindroma wajah adenoid

Macam-macam peradangan pada sistem pernapasan manusia:

a.                   Rinitis, radang pada rongga hidung akibat infeksi oleh virus, missal

virus influenza. Rinitis juga dapat terjadi karena reaksi alergi terhadap perubahan cuaca, serbuk sari, dan debu. Produksi lendir meningkat.

b.                  Faringitis, radang pada faring akibat infeksi oleh bakteri Streptococcus. Tenggorokan sakit dan tampak berwarna merah. Penderita hendaknya istirahat dan diberi antibiotik.

c.                   Laringitis, radang pada laring. Penderita serak atau kehilangan suara. Penyebabnya antara lain karena infeksi, terlalu banyak merokok, minum alkohol, dan terlalu banyak serak.

d.                  Bronkitis, radang pada cabang tenggorokan akibat infeksi. Penderita mengalami demam dan banyak menghasilkan lendir yang menyumbat batang tenggorokan.

e.                   Sinusitis, radang pada sinus. Sinus letaknya di daerah pipi kanan dan kiri batang hidung. sinus ini diliputi oleh selaput lendir. Jika terjadi peradangan pada rongga hidung, lendir-lendir dari sinus para nasalis akan keluar. Jika tidak dapat mengalir keluar akan menjadi sinuisitis. Biasanya di dalam sinus terkumpul nanah yang harus dibuang melalui operasi.

Pertanyaan Kelompok :

1.      Jelaskan tentang penyebab dari penyakit difteri, dan cara penularannya !

2.      Bagaimana penyakit adenoid itu sehingga disebut dengan kesan wajah bodoh!

3.      Bagaimana penyakit sinuisitis?

DAFTAR PUSTAKA

Syaifuddin. 2006. Anatomi fisiologi untuk mahasiswa edisi III. Jakarta: EGC

Somantri. 2008. Keperawatan Medikal Bedah : Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan Sistem Pernapasan edisi II. Jakarta : Salemba Medika.

Corwin. 2009. Patofisiologi : Buku Saku Edisi III. Jakarta : EGC