Penyakit kanker dan kecacatan pada bayi yang baru lahir dapat terjadi akibat pencemaran zat

Apa saja cara yang bisa ibu hamil lakukan dalam menjaga kehamilan untuk mencegah bayi lahir cacat? Berikut beragam hal yang perlu Anda perhatikan.

1. Menghindari diet

Jika diet yang Anda maksud selama hamil yakni untuk menurunkan berat badan, hal ini tidak dianjurkan.

Bahkan, sah-sah saja dan akan lebih baik jika berat badan bertambah selama masa kehamilan.

Ini karena janin di dalam kandungan membutuhkan asupan nutrisi yang berkelanjutan untuk mendukung pertumbuhan bayi.

Ketika Anda dengan sengaja mengurangi porsi makan atau membatasi jenis makanan tertentu, cara ini justru akan mengurangi asupan nutrisi janin.

Padahal, 1000 hari pertama kehidupan merupakan masa emas bagi tumbuh kembang bayi.

Seribu hari pertama kehidupan ini mulai berlangsung sejak bayi berada di dalam kandungan sampai usianya genap dua tahun.

Akan tetapi, makan berlebihan juga tidak bagus karena berisiko membuat Anda mengalami berat badan berlebih dan obesitas saat hamil.

2. Sembarangan minum obat tanpa pengawasan dokter

Anda tak boleh sembarangan minum obat saat hamil. Beberapa obat dapat “terminum” oleh janin karena terserap ke dalam saluran plasenta.

Ambil contohnya yakni obat nyeri seperti aspirin dan ibuprofen. Konsumsi kedua obat tersebut pada ibu hamil harus sangat diperhatikan waktu dan dosis minumnya, terutama pada trimester pertama dan terakhir.

Melansir dari Mayo Clinic, konsumsi aspirin pada trimester pertama kehamilan dalam dosis tinggi dapat menyebabkan cacat bawaan.

Jika aspirin dosis tinggi diminum selama trimester ketiga kehamilan, hal ini berisiko mengakibatkan penyumbatan pembuluh darah di jantung janin sehingga menimbulkan cacat jantung.

3. Hindari rokok dan alkohol

Cara lain untuk mencegah bayi lahir cacat yakni dengan menghindari minum alkohol dan merokok saat sedang hamil.

Selain mencegah cacat lahir pada bayi, upaya ini juga membantu menurunkan risiko terjadinya keguguran.

Anak yang lahir dari ibu perokok mempunyai risiko yang lebih tinggi untuk memiliki mata juling alias strabismus.

Bayi yang ibunya merokok pada trimester pertama kehamilan lebih mungkin untuk memiliki cacat jantung dan paru saat kelahiran.

Merokok selama kehamilan juga dapat berdampak permanen pada fungsi otak anak, misalnya IQ rendah.

Selain itu, bahaya merokok saat hamil juga menyebabkan bayi lahir prematur, bibir sumbing, hingga kematian bayi.

Minum alkohol saat hamil juga dapat menyebabkan bayi lahir dengan fetal alcohol syndrome atau kondisi cacat lahir yang dapat berdampak permanen.

Bayi juga bisa mengalami kelainan bentuk wajah (kepala lebih kecil), bayi lahir mati, cacat fisik, dan kerusakan sistem saraf pusat.

4. Hindari kondisi tubuh yang terlalu panas

CDC menganjurkan ibu hamil untuk menghindari kondisi yang terlalu panas (overheating) dan mendapatkan penanganan segera saat sedang demam.

Hal ini dikarenakan berada dalam kondisi maupun suhu tubuh yang terlalu panas dapat meningkatkan risiko bayi lahir dengan cacat tabung saraf (anencephaly).

Oleh karena itu, ada baiknya segera obati demam dan hindari paparan suhu terlalu panas seperti berendam di bak mandi air panas.

5. Mendapatkan imunisasi saat hamil

Ada beberapa jenis imunisasi yang aman diberikan saat hamil bahkan direkomendasikan. Jenis imunisasi tersebut yakni vaksin flu dan vaksin Tdap (tetanus, difteri, dan aselular pertusis).

Pastikan Anda berkonsultasi lebih dulu dengan dokter untuk mengetahui vaksin mana yang disarankan selama kehamilan.

6. Penuhi kebutuhan asam folat

Ibu hamil sangat disarankan untuk memenuhi kebutuhan asam folat harian sebagai upaya untuk mencegah kelahiran cacat pada bayi, khususnya di bagian otak dan sumsum tulang belakang.

Terlebih lagi karena otak dan sumsum tulang belakang terbentuk sangat dini sehingga berisiko menyebabkan kelainan jika tidak berjalan dengan baik.

Salah satu cacat lahir yang bisa terjadi karena asupan asam folat yang kurang yakni spina bifida pada bayi.

Ibu dianjurkan untuk mengonsumsi asam folat setidaknya satu bulan sebelum hamil dan dilanjutkan secara rutin selama masa kehamilan.

Teratogen adalah agen asing yang dapat menyebabkan bayi cacat lahir akibat terjadinya kelainan perkembangan pada janin selama dalam kandungan. Teratogen dapat berupa zat kimia, infeksi, bahan asing, atau obat-obatan tertentu, bahkan penyakit yang dialami pada ibu hamil.

Pada umumnya kelainan yang berkaitan dengan teratogen disebabkan oleh paparan yang berasal dari lingkungan, baik secara langsung maupun tidak langsung dan/atau sengaja atau tidak. Diperkirakan 4-5% kasus bayi cacat lahir disebabkan oleh paparan teratogen.

Bagaimana teratogen dapat menyebabkan bayi cacat lahir?

Sel telur yang sudah dibuahi membutuhkan waktu sekitar enam hingga sembilan hari untuk melekat pada rahim. Proses ini memungkinkan janin mendapatkan suplai darah dari sumber yang sama dengan ibu, sehingga adanya suatu agent atau zat asing di dalam darah ibu dapat ikut masuk ke aliran darah janin yang sedang berkembang.

Paparan teratogen meningkatkan risiko gangguan perkembangan pada janin jika hal ini terjadi pada masa awal kehamilan, atau sekitar 10 hingga 14 hari setelah sel telur dibuahi. Meskipun demikian kelainan juga dapat terjadi di luar fase tersebut, ketika paparan teratogen spesifik bertepatan dengan fase perkembangan organ tertentu. Misalnya, asupan alkohol dalam darah ibu hamil setelah janin berusia satu bulan dapat memengaruhi perkembangan otak dan tulang belakangnya.

Jenis zat asing yang termasuk dalam teratogen

Teratogen banyak terdapat di lingkungan sekitar, dan dapat memasuki tubuh kapan saja di mana saja. Paparan teratogen sebagian besar berasal dari lingkungan, namun beberapa metode pengobatan dan penggunaan obat juga diketahui memiliki efek teratogenik.

Zat kimia obat

  • Aminopterin – merupakan kandungan dalam obat kemoterapi yang memiliki efek samping menghambat kerja asam folat dan pertumbuhan sel dan DNA janin, serta dapat menyebabkan gangguan perkembangan sel saraf pusat pada otak janin.
  • Phenytoin, valporic acid dan trimethadione – merupakan kandungan obat antiepilepsi yang diketahui memicu kelainan jantung dan mikrosefalus pada bayi.
  • Warfarin – merupakan obat pengencer darah yang dapat mengganggu perkembangan saraf otak dan penglihatan janin.
  • Selective serotonin reuptake inhibitors (SSRIs) – adalah obat antidepresan yang diketahui memicu gangguan tidak spesifik pada saluran pernapasan dan diare pada bayi setelah dilahirkan. Meskipun demikian perlu dipahami bahwa manfaat antidepresan saat hamil lebih tinggi daripada risikonya. Depresi selama kehamilan lebih berisiko menimbulkan masalah kesehatan bagi ibu dan kehamilannya dibandingkan efek samping obatnya.
  • Isotretinion – obat yang digunakan untuk mengatasi jerawat diketahui menyebabkan gangguan perkembangan berbagai organ diantaranya kelainan jantung, bibir sumbing, dan cacat tabung saraf.
  • Angiotensin-converting enzyme (ACE) inhibitors – merupakan obat antihipertensi yang diketahui dapat menghambat perkembangan janin secara keseluruhan serta gangguan pada ginjal bayi, dan terkadang kematian.
  • Hormon androgen dan progestin – dapat memicu kelainan organ reproduksi pada janin perempuan sehingga memiliki fitur yang lebih maskulin seperti pembesaran klitoris dan rongga genital yang menutup.
  • Hormon estrogen – dalam bentuk diethylstilbestrol (DES) diketahui dapat memicu perkembangan abnormal pada organ uterus, serviks dan vagina pada janin perempuan.

Substansi tertentu dan obat lainnya

  • Alkohol – konsumsi alkohol dikenal sebagai penyebab utama fetal alcohol syndrome, set kelainan kongenital yang menyebabkan kerusakan otak dan masalah pertumbuhan pada janin karena ibu minum alkohol saat hamil. Sedikit saja alkohol dapat menyebabkan gangguan perkembangan pada tubuh bayi. Perwujudan cacat lahir terutama muncul pada bagian wajah, lengan dan kaki. FAS juga menyebabkan gangguan saraf pusat, cacat jantung, dan keterbelakangan mental.
  • Rokok – dapat meningkatkan risiko perkembangan janin secara kesulurahan dan mengalami berat lahir rendah ketika dilahrikan. Ibu hamil yang merokok dapat menyebabkan bayi cacat lahir dengan kelainan jantung dan otak. Bayi yang terpapar asap rokok juga lebih mungkin mengalami masalah motorik ketika lahir, seperti refleks kaget yang lambat dan mengalami tremor. Semakin lama Anda merokok dan semakin banyak puntung rokok yang Anda isap semakin meningkatkan risiko bayi lahir cacat
  • Obat opioid – merupakan obat yang bekerja sebagai penghilang rasa sakit seperti morfin dan diketahui dapat meningkatkan risiko berat lahir rendah dan kelahiran prematur.
  • Ganja – menyebabkan efek perubahan kerja otak. Ibu yang mengisap ganja saat hamil meningkatkan risiko bayi mengalami berat lahir rendah, gangguan gula darah, defisiensi kalsium, serta perdarahan otak saat dilahirkan. Obat lainnya seperti amfetamin memiliki efek yang sama seperti ganja.
  • Kokain – kokain dapat mengganggu perkembangan saraf pusat sekaligus perkembangan organ janin selama dalam kandungan. Paparan kokain juga meningkatkan risiko anak mengalami gangguan perilaku ketika ia lahir nanti.

Bahan kimia lainnya

  • Merkuri – merupakan salah satu bahan kimia yang dapat menyebabkan cacat bawaan seperti keterbelakangan mental dan cerebral palsy. Merkuri dapat berasal dari konsumsi seafood.
  • Sinar-X – sinar-X saat rontgen dapat mengganggu perkembangan organ saraf pusat dan organ anggota gerak seperti tangan dan kaki pada saat perkembangan janin. Hingga saat ini tidak diketahui batas aman paparan sinar-X ketika rontgen saat hamil, namun penggunaan sinar-X untuk membersihkan gigi dianggap aman untuk dilakukan meski sedang hamil.
  • Radiasi dan kemoterapi – kedua metode pengobatan kanker ini tidak dianjurkan dilakukan ketika hamil karena sangat berisiko mengganggu perkembangan bayi dalam kandungan. Jika memungkinkan, prosedur ini sebaiknya ditunda hingga pascamelahirkan. Namun jika tidak memungkinan, pengobatan ini harus tetap dilakukan untuk mempertahankan peluang bertahan hidup ibu hamil.

Infeksi saat hamil

Beberapa penyakit infeksi sangat berisiko menyebabkan bayi cacat lahir, seperti keterbelakangan mental, sakit kuning, anemia, berat lahir rendah, gangguan indera penglihatan dan pendengaran, gangguan jantung dan kulit. Infeksi saat hamil juga berisiko paling tinggi menyebabkan bayi lahir mati (stillbirth) saat trisemester pertama kehamilan ketika organ utama masih dalam perkembangan.