Para sahabat yang mula-mula masuk islam disebut

Waspada.co.id – Sahabat nabi adalah orang-orang yang memiliki kedekatan dengan Rasulullah SAW, baik yang berasal dari hubungan kerabat maupun sahabat.

Di antara banyak orang dekat di sekeliling Rasulullah, terdapat sahabat nabi yang pertama masuk Islam. Mereka disebut sebagai golongan assabiqunal awwalun, atau pemeluk Islam pertama mendahului orang-orang yang lainnya.

Para sahabat nabi ini mengenal dan memeluk Islam pada masa penyebaran Islam pertama kali di Mekkah. Saat itu, para sahabat nabi jumlahnya masih sedikit dan rata-rata berasal dari golongan miskin dan lemah.

Berikut nama-nama sahabat nabi yang pertama masuk Islam.

1. Abu Bakar Ash-Siddiq

Abu Bakar adalah sahabat nabi pertama yang masuk Islam. Abu Bakar juga merupakan mertua sekaligus khalifah pertama sepeninggal Rasulullah.

Nabi Muhammad SAW memberinya gelar Ash-Shiddiq yang artinya ‘yang berkata benar’ setelah Abu Bakar masuk Islam dan membenarkan peristiwa Isra Miraj yang diceritakan Nabi kepada para pengikutnya.

Sebagai pemeluk Islam pertama, Abu Bakar memiliki peran besar dalam mengajak dan mengislamkan banyak orang yang di kemudian hari menjadi tokoh-tokoh penting dalam sejarah Islam.

2. Ali bin Abi Thalib

Secara silsilah, Ali adalah sepupu dari Nabi Muhammad. Pernikahan Ali dengan Fatimah az-Zahra menjadikannya sebagai menantu Nabi Muhammad.

Sejak kecil hingga dewasa, Ali diasuh oleh Nabi Muhammad bersama istrinya, Khadijah. Didikan langsung dari Nabi mengenai Islam membuat Ali tumbuh menjadi seorang pemuda yang cerdas, bijak, dan berani.

Meski usianya terbilang muda bila dibandingkan sahabat utama Nabi yang lain, Ali banyak terlibat pada masa kenabian.

3. Sa’ad bin Abi Waqqash

Sa’ad bin Abi Waqosh masih berusia 20 tahun ketika memutuskan untuk masuk Islam. Hal tersebut menjadikannya golongan orang pertama masuk Islam dari kalangan pemuda.

Sa’ad tertarik terhadap Islam dan memutuskan menjadi seorang muslim atas ajakan Abu Bakar As-Shidiq yang dikenal sebagai sosok ramah dan sabar.

Keislaman Sa’ad sempat ditentang keras oleh keluarganya. Namun dengan kekuatan dan keteguhan iman, Sa’ad menyebut kecintaannya pada Allah dan Rasulullah jauh lebih besar.

4. Zaid bin Haritsah

Zaid bin Haritsah merupakan orang pertama yang masuk Islam dari kalangan hamba sahaya. Setelah dibebaskan, Zaid kemudian diangkat menjadi anak oleh Rasulullah.

Selama perjuangan Rasulullah, Zaid senantiasa setia mendampingi Rasulullah, baik ketika berada di Mekkah maupun ketika hijrah di Madinah. Ia turut dalam setiap pertempuran dan pada akhir hayatnya ia menjadi panglima perang dalam Pertempuran Mu’tah.

5. Ustman bin Affan

Ustman bin Affan masuk Islam pada masa awal masuknya Islam ke Mekkah. Masuknya Ustman ke agama Islam sempat membuat marah sukunya, Bani Ummayyah, yang sangat menentang ajaran Nabi Muhammad.

Sama seperti dua pendahulunya, Utsman termasuk salah satu sahabat utama Nabi Muhammad dan menjadi khalifah ketiga setelah masa kepemimpinan Umar.

6. Zubair bin Awwam

Zubair bin Awwam adalah sahabat sekaligus sepupu Nabi Muhammad SAW. Ibu Zubair, Shafiyyah binti Abdul Muthalib merupakan adik perempuan dari Abullah bin Abdul Muthalib, ayah Rasulullah.

Sementara ayah Zubair, Awwam bin Khuwailid merupakan kakak laki-laki Khadijah, istri Rasulullah. Zubair menjadi Muslim pada usia 15 tahun dan termasuk yang dijanjikan surga. Ia adalah prajurit Muslimin pemberani yang memimpin pasukan dalam banyak peperangan.

7. Thalhah bin Ubaidillah

Sahabat Nabi yang pertama masuk Islam selanjutnya adalah Thalhah bin Ubaidillah. Ia masuk Islam di awal-awal Islam datang ke Mekkah.

Thalhah merupakan sepupu dari Abu Bakar As-Shidiq, sekaligus suami dari Hammamah binti Jahsy, sepupu Rasulullah.

Dalam pertemuannya dengan Rasulullah, Thalhah menjadi seorang muslim usai mengucapkan dua kalimat syahadat.

Thalhah dikenal atas pengorbanannya pada Perang Uhud dalam melindungi Nabi Muhammad. Ia menggunakan dirinya menjadi perisai untuk menghalau panah yang diarahkan ke diri Rasulullah. (wol/cnnindonesia/ari/data3)

YANG PERTAMA KALI MASUK ISLAM

Setelah menerima wahyu pertama, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak langsung menerima wahyu berikutnya. Ada tenggang waktu. Masa kekosongan ini disebut dengan masa fatrah. Tidak ketahui secara pasti berapa lama masa ini berlangsung. Namun, sepertinya tidak berlangsung lama.[1] Saat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam sudah mulai merasa tenang dan siap menerima wahyu berikutnya, maka wahyupun turun.

Mengenai wahyu yang turun setelah masa fatrah ini, para ulama berselisih pendapat mengenai wahyu yang turun kemudian. Ada yang mengatakan surat al Muddatstsir ayat 1-5. Ada juga yang mengatakan surat adh Dhuha, seperti Ibnu Ishaq. Beliau t mengatakan dalam sirahnya : “Kemudian wahyu tidak turun kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam beberapa saat, sehingga Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam merasa berat dan sedih. Lalu Jibril datang kepadanya dengan membawa surat adh Dhuha”.[2]

Namun dari dua pendapat tersebut, yang terkuat, yaitu pendapat yang didukung oleh hadits, yakni surat al Muddatstsir. Sebagaimana tersebut dalam sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang diriwayatkan dari Jabir :

فَبَيْنَا أَنَا أَمْشِي سَمِعْتُ صَوْتًا مِنْ السَّمَاءِ فَرَفَعْتُ بَصَرِي قِبَلَ السَّمَاءِ فَإِذَا الْمَلَكُ الَّذِي جَاءَنِي بِحِرَاءٍ قَاعِدٌ عَلَى كُرْسِيٍّ بَيْنَ السَّمَاءِ وَاْلأَرْضِ فَجَئِثْتُ مِنْهُ حَتَّى هَوَيْتُ إِلَى اْلأَرْضِ فَجِئْتُ أَهْلِي فَقُلْتُ زَمِّلُونِي زَمِّلُونِي فَزَمَّلُونِي فَأَنْزَلَ الهُا تَعَالَى يَا أَيُّهَا الْمُدَّثِّرُ قُمْ فَأَنْذِرْ إِلَى قَوْلِهِ فَاهْجُرْ

Ketika aku sedang berjalan, (tiba-tiba) aku mendengar suara dari (arah) langit. Aku mengangkat pandanganku ke arah langit, ternyata ada malaikat yang mendatangiku di Gua Hira`. Dia duduk di atas kursi antara langit dan bumi. Aku takut padanya, sampai-sampai aku jatuh ke tanah. Lalu aku mendatangi keluargaku. Aku katakan kepada mereka : “Selimuti aku! Selimuti aku!” Maka merekapun menyelimutiku, lalu Allah Azza wa Jalla menurunkan :

يَا أَيُّهَا الْمُدَّثِّرُ قُمْ فَأَنْذِرْ وَرَبَّكَ فَكَبِّرْ وَثِيَابَكَ فَطَهِّرْ وَالرُّجْزَ فَاهْجُرْ

Hai orang yang berkemul (berselimut), bangunlah, lalu berilah peringatann, dan Rabb-mu agungkanlah, dan pakaianmu sucikanlah, dan perbuatan dosa (menyembah berhala) tinggalkanlah, -QS al Muddatstsir ayat 1-5. [HR Imam al Bukhari dan Muslim].

Sedangkan surat adh Dhuha, surat ini diturunkan saat wahyu tidak turun selama dua atau tiga hari.[3] Kemudian orang kafir Quraisy mengolok-olok, dengan mengatakan bahwa Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah ditinggalkan Rabb-nya. Bahkan diriwayatkan, ada seorang wanita musyrik mendatangi Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam seraya berkata : “Aku berharap setanmu telah meninggalkan engkau,” akan tetapi kemudian Allah Azza wa Jalla menurunkan surat ini sebagai pelipur lara bagi Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam .

DAKWAH SECARA RAHASIA
Setelah menerima surat al Muddatstsir ayat 1-5, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam mulai mendakwahkan Islam secara sembunyi-sembunyi. Mulanya dengan mendakwahkan kepada orang-orang yang terdekat dengan beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam . Ibnu Ishaq dan al Waqidi mengatakan, dakwah dengan cara seperti ini berlangsung selama tiga tahun. Ada juga yang mengatakan selama empat tahun. Hingga akhirnya Islam mulai dikenal, dan mulai ada sahabat yang beriman kepada Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam

Meskipun saat itu fanatik kesukuan sangat kuat tertanam dalam dada orang Quraisy, namun Islam tidak tersebar melalui jalur ini. Buktinya, tidak semua orang terdekat beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam mau menerima dakwah ini. Sebagai contoh, Abu Thalib meninggal dalam keadaan tidak beriman. Begitu juga salah satu paman beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang bernama Abu Jahl, bahkan menjadi penentang keras dakwah Islam.

ORANG-ORANG YANG PERTAMA KALI MENERIMA ISLAM

1. Khadijah Radhiyallahu anha binti Khuwailid.
Hadits yang berkaitan dengan permulaan wahyu menunjukkan bahwa, Khadijah Radhiyallahu anha adalah orang yang pertama kali mendengar kabar kenabian beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan turunnya wahyu. Dalam hadits itu juga dijelaskan, Khadijah Radhiyallahu anha percaya terhadap apa yang didengarnya dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam , mendukungnya, dan berusaha meringankan beban yang dirasakan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam .

Siapapun yang memahami permasalahan ini, tentu tidak merasa heran jika Khadijah Radhiyallahu anha menjadi orang pertama yang beriman kepada risalah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam , sebagaimana dikatakan oleh Ibnu Ishaq dan al Waqidi. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak pernah mendengar sesuatu yang menyakitkan dari Khadijah; tidak pernah membantah dan juga tidak pernah mendustakan. Kegelisahan dan penderitaan yang dirasakan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam , telah dihapus oleh Allah Azza wa Jalla, atau berkurang dengan perantaraan Khadijah Radhiyallahu anha . Sungguh, beliau Radhiyallahu anha seorang isteri yang sangat berjasa. Wajarlah jika Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam sangat mencintainya. Sampai-sampai diceritakan bahwa, Aisyah Radhiyallahu anhuma tidak pernah merasa cemburu kecuali kepada Khadijah Radhiyallahu anha, karena Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam sering menyebutnya, meskipun beliau Radhiyallahu anha sudah wafat.

2. Ali bin Abu Thalib bin Abdul Muthallib al Quraisy al Hasyimiy.
Tidak berapa lama kemudian, Ali bin Abu Thalib Radhiyallahu anhu memeluk Islam. Beliau Radhiyallahu anhu berada dalam asuhan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam , sebagai wujud kepedulian beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada pamannya yang memiliki banyak anggota keluarga, sementara tidak memiliki harta yang cukup untuk menanggung beban hidup.

Tentang usia Ali bin Abu Thalib Radhiyallahu anhu saat memeluk Islam, para ulama berbeda pendapat. Imam ath Thabari, Ibnu Ishaq, menguatkan pendapat yang mengatakan, usianya saat itu dua puluh tahun.[4] Sedangkan Imam Ibnu Hajar, menguatkan pendapat yang menyatakan sepuluh tahun. Yang jelas, Ali bin Abu Thalib Radhiyallahu anhu termasuk generasi pertama yang memeluk Islam. Kemudian dijadikan menantu oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam , menikahkannya dengan Fatimah anak Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam .

Ali bin Abu Thalib Radhiyallahu anhu juga memiliki banyak keutamaan, kedudukan dan keistimewaan di sisi Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam . Dijelaskan dalam banyak hadits, di antaranya sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada Ali bin Abu Thalib :

أَنْتَ مِنِّي وَأَنَا مِنْكَ

Engkau adalah bagian dariku, dan aku bagian darimu.

Umar bin Khaththab juga pernah mengatakan :

تُوُفِّيَ رَسُولُ الهِa صَلَّى الهُl عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَهُوَ عَنْهُ رَاضٍ

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam wafat dalam keadaan ridha terhadap Ali Radhiyallahu anhu . [Lihat Shahih Bukhari].

3. Abu Bakr ash Shiddiq.
Dia bernama ‘Abdullah bin Utsman. Terkenal dengan nama Abu Qahafah at Taimiy, berasal dari Bani Taim bin Murrah. Dialah laki-laki dewasa merdeka yang pertama kali masuk Islam, sekaligus sebagai pendukung pertama Rasulullah. Membantu Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan harta dan jiwanya. Dia tegar bersama Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam . Mempercayai Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam saat orang lain mengingkari atau meragukannya. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menceritakan :

إِنَّ اللَّهَ بَعَثَنِي إِلَيْكُمْ فَقُلْتُمْ كَذَبْتَ وَقَالَ أَبُو بَكْرٍ صَدَقَ وَوَاسَانِي بِنَفْسِهِ وَمَالِهِ

Sesungguhnya Allah Azza wa Jalla telah mengutusku kepada kalian, lalu kalian mengatakan : “Engkau dusta,” sedangkan Abu Bakr mengatakan : “Dia benar,” lalu dia membantuku dengan harta dan jiwanya. [HR Bukhari].

Baca Juga  Kegiatan Politik Dan Militer Menjelang Perang Badar Kubra

Dia jualah yang memberikan pembenaran terhadap peristiwa Isra` dan Mi`raj Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, saat orang-orang kafir Quraisy berusaha membuatnya ragu, namun ia sama sekali tidak bergeming. Sehingga tidak mengherankan, kalau kemudian ia mendapatkan gelar ash Shiddiq.

4. Zaid bin Haritsah.
Dia merupakan orang yang pertama kali masuk Islam dari kalangan budak yang sudah merdeka. Berasal dari suku al Kalb. Dia menjadi tawanan pada masa jahiliyah. Lalu Hakim bin Hazam membelinya untuk Khadijah. Dan saat Rasulullah menikah dengan Khadijah, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam memintanya.

Pada saat bapak dan bibinya datang ke Mekkah, mereka mengetahui keberadaan Zaid bin Haritsah. Lalu ingin menebusnya, tetapi Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam memberikan pilihan kepada Zaid. Ikut bapak dan bibinya, atau tetap bersama Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam . Ternyata, Zaid lebih memilih tetap bersama Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam .[5] Oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam , Zaid bin Haritsah disebutnya sebagai “saudara”, sebagaimana dalam sabda beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam:

أَنْتَ أَخُوْنَا وَ مَوْلاَنَا

Engkau adalah saudara dan pembantu kami.

5. Bilal bin Rabbah.
Dialah dari kalangan budak yang pertama kali masuk Islam. Dia budak dari seorang tuan yang zhalim, yaitu Umayyah bin Khalaf. Saat tuannya mengetahui Bilal telah memeluk Islam, maka ia menyiksanya dengan siksaan yang berat, dengan harapan Bilal mau kembali meyakini yang telah menjadi keyakinannya semula. Namun Bilal, tetap teguh dengan keimanannya, meskipun mendapatkan siksaan yang berat. Sampai akhirnya, dia dibeli oleh Abu Bakr, lalu dibebaskannya.

Kemuliannya nampak, karena dia termasuk di antara para sahabat yang dijamin masuk surga.\ Disabdakan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam :

… فَإِنِّي سَمِعْتُ دَفَّ نَعْلَيْكَ بَيْنَ يَدَيَّ فِي الْجَنَّةِ …

… Sesungguhnya aku mendengar suara gerakan dua sandalmu di hadapanku di surga. [HR Bukhari].

Demikian beberapa sahabat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang pertama kali memeluk Islam. Namun siapakah di antara para sahabat tersebut yang paling dahulu memeluk Islam?

Dalam masalah ini, para ulama berselisih pendapat. Di antaranya ada yang berpendapat Khadijah yang paling pertama. Yang lain mengatakan Ali Radhiyalllahu anhu . Yang lain lagi mengatakan Abu Bakr Radhiyallahu anhu. Dan ada juga yang mengatakan Zaid bin Haritsah Radhiyallahu anhu. Terlepas dari perbedaan pendapat ini, yang jelas mereka merupakan orang-orang yang paling pertama menyambut dakwah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam .

Syaikh al Albani mengatakan : “Lelaki dewasa dan merdeka yang pertama kali beriman adalah Abu Bakar. Dari kalangan anak-anak adalah Ali bin Abu Thalib Radhiyallahu anhu. Dari kalangan wanita ialah Khadijah, isteri beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam . Dan dari kalangan budak adalah Zaid bin Haritsah al Kalbiy. Semoga Allah meridhai mereka, serta membuat mereka menjadi ridha”. [6]
Wallahu a’lam bish-shawab.

[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 07//Tahun X/1427H/2006M. Penerbit Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl. Solo-Purwodadi Km.8 Selokaton Gondangrejo Solo 57183 Telp. 0271-761016] _______ Footnote [1]. As Siratun Nabawiyah ash Shahihah, hlm. 127. [2]. As Siratun Nabawiyah fi Dhau-il Kitab was Sunnah, hlm. 280. [3]. HR Bukhari. Lihat As Siratun Nabawiyah ash Shahihah, hlm. 127. [4]. As Siratun Nabawiyah fi Dhau-il Kitab was Sunnah, hlm. 284. [5]. Lihat Fat-hul Baari, Manaqibu Zaid.

[6]. Shahihus Siratin Nabawiyah, hlm. 99.