Nilai-nilai yang terdapat pada permainan egrang

Salah satu fenomena yang mencolok belakangan ini adalah berbagai macam berbagai bentuk permainan (game) dari luar negeri. Arus ini terasa deras mengalir dalam beberapa dasawarsa terakhir ini, ketika beberapa kota besar di Indonesia muncul toko-toko yang khusus menjual mainan anak-anak, terutama tokoh-tokoh dalam film kartun.

Melihat ciri-cirinya, jelas bahwa berbagai macam permainan tersebut berasal dari produk budaya asing, terutama Amerika Serikat dan Jepang. Gelombang masuknya unsur mainan asing ini terasa semakin deras sejalan dengan dibukanya tempat-tempat permainan elektronik di banyak pusat pertokoan dan gedung-gedung bioskop. Gejala-gejala tersebut menjadi terasa begitu cepat, sehingga pusat-pusat ekonomi dan bisnis di perkotaan terasa penuh sesai dengan arus gelombang produk budaya asing yang kalau tidak disadari akan menggeser jenis produk budaya tradisional (Sukirman Dharmamulya, 2008).

Sasaran Teknologi

Dewasa ini anak-anak menjadi objek sasaran perkembangan teknologi. Tidak dapat dipungkiri, teknologi sekarang ini sudah begitu berkembang pesat. Apalagi di lingkungan perkotaan. Anak-anak sudah dapat merasakan efek dari kemajuan teknologi yang mutakhir ini. Kebudayaan mereka saat ini adalah bermain dengan menggunakan alat-alat hasil perkembangan teknologi. Permainan mereka menggunakan, gadget, play station, dan yang mulai marak adalah game online. Fenomena ini yang sangat diresahkan para orang tua.

Kini seiring dengan perkembangan sains dan teknologi, permainan modern tersebut telah mampu menggeser norma-norma sosial kemasyarakatan yang berpengaruh besar pada perilaku anak-anak. Kalau dulu perilaku anak-anak lebih mengedepankan prinsip-prinsip kebersamaan, kini mereka lebih memiliki sifat-sifat individual dalam bermain. Meskipun masih dijumpai mereka bermain bersama pada waktu-waktu tertentu, khususnya di sekolah.

Terlebih lagi waktu dulu bila anak-anak akan bermain pasti berusaha mencari teman-temannya. Bedanya saat ini permainan modern banyak yang dilakukan secara individual misalnya game watch, play station, dan segudang jenis lainnya. Anak-anak sekarang justru akan marah bila ketika bermain diganggu temannya. Kasuistis tersebut tentunya juga berpengaruh pada pembentukan sifat dan perilaku pada diri anak-anak.

Yang sangat terasa sampai saat ini, justru dari jenis permainan yang dikatakan modern itulah egoisme anak semakin ditumbuhkan dan kepekaan sosialnya semakin dibutakan. Akan sangat berbeda dengan permainan anak tempo doeloe yang lebih mengedepankan pola-pola olah rasa dan olahraga. Tak bisa dipungkiri permainan anak tempo doeloe dapat lebih mengakrabkan si anak dengan lingkungan dan juga sesamanya.

Budaya Instan

Dalam dinamika perjalanan waktu merebaknya produk budaya asing tersebut, mengakibatkan anak-anak sekarang cenderung mengedepankan budaya instan. Memang kita tidak harus menegasikan budaya asing yang sarat akan nafas teknologi. Anak-anak perlu menguasai teknologi, namun tidak harus dikuasai dan menggantungkan teknologi sebagai satu-satunya produk budaya unggulan.

Bila menengok ke masa lalu, anak-anak pada masa teknologi belum begitu segencar sekarang, justru keingintahuan mereka sangat tinggi. Hal itu, dikarenakan mereka di lingkungannya selalu bergumul dengan permainan tradisional yang mengasah pemikiran mereka untuk kreatif dan berusaha berpikir dalam tataran ideal.

Oleh sebab itu, di tengah gempuran era digitalasi sekarang ini kiranya anak-anak perlu dikperkenalkan dengan permainan tradisional. Dengan dikenalkannya dan diterapkannya permainan tradisional tersebut pada anak, akan melatih motorik kasar pada anak, itu akan sangat membantu dalam pertumbuhannya, dengan dia berlari-lari, melompat-lompat, menggerakkan tubuhnya. Hal itu akan lebih efektif dari pada anak yang hanya bermain dengan tabletnya, yang kemudian dia hanya duduk sambil makan, maka akan menjadi efek yang kurang baik pada pertumbuhan anak tersebut. Dengan permainan tradisional dapat untuk merangsang nilai karakter pertumbuhan anak. Selain itu juga dalam permainan tradisional ada juga yang bermain secara tim, ini akan melatih anak sejak dini untuk belajar bekerja sama dengan orang lain, saling membantu, dan menjaga kekompakan.

Adapun jenisnya berbagai macam, terkait juga dengan sosio kultural komunitas setempat. Sebagai contoh permainan egrang. Pada umumnya egrang adalah sebuah permainan tradisional yang menggunakan sepasang bambu untuk berjalan. Bambu dibentuk seperti tongkat yang memiliki tumpuan kaki yang terbuat dari kayu. Nilai karakter yang terkandung dalam permainan tradisional egrang adalah kerja keras, keuletan, dan sportivitas. Bermain egrang juga dapat memupuk keberanian dan mengasah kemampuan keseimbangan tubuh serta koordinasi tangan dan kaki. Bermain egrang juga mengajarkan kesabaran dan ketekunan

Perhatian Khusus

Permainan tradisonal memang sudah seharusnya mendapatkan perhatian khusus dan mendapatkan prioritas yang utama untuk dilindungi, dibina, dikembangkan, diberdayakan dan selanjutnya diwariskan. Hal seperti itu diperlukan agar permainanan tradisional dapat memiliki ketahanan dalam menghadapi unsur budaya lain di luar kebudayaannya.

Salah satu alternatif yang dapat dilakukan adalah memasukkan permainan tradisional dalam mata pelajaran muatan lokal di sekolah, mulai jenjang pendidikan dasar sampai menengah. Dengan memasukkan permainan tradisional dalam pembelajaran di sekolah akan dapat membekali peserta didik sejak dini untuk mengenal dan mendalami jenis permainan tradisional yang memiliki nilai humaniora.

(Oleh: Ch. Dwi Anugrah, Ketua Sanggar Seni Ganggadata Jogonegoro, Kecamatan Mertoyudan, Kab. Magelang)

Nilai-nilai yang terdapat pada permainan egrang

Permainan tradisional egrang yang menggunakan galah bambu / kabare.id

KABAR WONOSOBO – Permainan egrang merupakan salah satu permainan tradisional khas Indonesia yang juga digolongkan sebagai bagian dari olahraga tradisional.

Pasalnya, olahraga tradisional di Indonesia umumnya memang terbentuk dari pengaruh permainan daerah dari berbagai suku dan etnis yang ada.

Meskipun permainan egrang termasuk olahraga tradisional, namun egrang tersebut masih belum bisa diperlombakan sebagai salah satu cabang olahraga dalam skala nasional.

 Baca Juga: Tidak Hanya di Indonesia Saja, Permainan Gundu atau Kelereng Ternyata Telah Populer Pada Abad ke-12 di Eropa

Egrang yang dikenal juga sebagai enggrang atau jangkauan ini biasa diperlombakan sebagai olahraga permainan untuk bersenang-senang di daerah tertentu.

Sejatinya, permainan tradisional ini berupa berdiri tegak dan berjalan menggunakan tongkat atau galah bambu.

Setiap yang memainkan harus bisa berjalan lurus menggunakan bambu dan harus mempertahankan keseimbangannya.

Baca Juga: Tidak Banyak yang Tahu, Permainan Tradisional Congklak Memiliki Makna Filosofis Seperti Ini

Galah bambu yang digunakan oleh pemain berjumlah 2 buah dan biasanya memiliki ukuran tinggi 150 cm.

Ada beragam sumber belajar yang bisa digunakan anak-anak rumah baca untuk mengajarkan tentang nilai-nilai pendidikan karakter. Salah satunya bermain egrang. Seperti yang dilakukan oleh pengelola rumah baca Sahabat Kecil yang berlokasi di bawah kaki Gunung Remuk Desa Ketapang.

Siapa yang nggak kenal egrang? Permainan ini sangat familier saat kita berusia anak-anak. Meskipun masih ada sebagian kecil anak-anak yang belum pernah sama sekali melihat bahkan memainkan permaian tradisional ini.

Nilai-nilai yang terdapat pada permainan egrang

Permainan yang memerlukan keterampilan dan keseimbangan tubuh ini merupakan permainan tradisional yang sayangnya hampir nggak pernah dimainin lagi sama anak-anak zaman sekarang. D! inget banget dulu pas SD, zaman-zamannya belum ada gadget, lomba main egrang sama tetangga sering kali dijumpai di kampung-kampung.

Nurul Hikmah, pengelola pengelola Rumah Baca Sahabat Kecil yang juga menjadi pengurus Yayasan Rumah Literasi Nusantara mengungkapkan bahwa permaianan egrang juga bisa menjadi sumber belajar yang sanagat kaya.

”Main egrang ini nggak cuma butuh keterampilan tapi juga keberanian. Kalau kita ragu-ragu pas melangkah, ya kita bisa jatuh. Kalau pas langkah pertama aja udah takut jatuh, ya gimana langkah berikutnya”, pungkas Nurul HIkmah, perempuan yang juga mengelola lembaga PAUD.

Nilai-nilai yang terdapat pada permainan egrang

Selain belajar filosofi hidup yang lumayan dalam, permainan egrang juga ngajarin kita nilai-nilai positif lainnya. Seperti keuletan, hard work that pays off, dan sportivitas. Pertama ulet. Apalagi untuk mereka yang baru menjajal berjalan di atas tongkat bambu ini. Termasuk tak hanya memainkan, untuk mebmbuat sepasang egrang juga dibutuhkan keuletan, karena tidak sekedar nyatuin bambu. Pembuatan egrang ini butuh ketekunan agar egrangnya seimbang dan kokoh saat dipakai berjalan.

Nilai budaya yang terkandung dalam permainan egrang diantaranya kerja keras, keuletan, dan sportivitas. Nilai kerja keras tercermin dari semangat para pemain yang berusaha agar dapat mengalahkan diri sendiri untuk bisa menjaga keseimbangan berjalan di atas bambu. Nilai keuletan tercermin dari proses pembuatan alat yang digunakan untuk berjalan yang memerlukan keuletan dan ketekunan agar seimbang dan mudah digunakan untuk berjalan. Dan, nilai sportivitas tercermin saat egrang digunakan untuk kompetisi, tidak hanya dari sikap para pemain yang tidak berbuat curang saat berlangsungnya permainan, tetapi juga mau menerima kekalahan dengan lapang dada.

“Sudah saatnya rumah baca mulai menggunakan permainan tradisional untuk bisa mengajarkan pendidikan karakter anak-anak. Di zaman gadget ini, sebagai pengelola atau relawan kita harus mulai mengalihkan budaya permainan game digital ke permainan tradisonal. Bukan berate melarang, tapi ada waktu yang proporsional dalam menggunakan gadget”, Jelas Nurul HIkmah