Negara ASEAN yang menyumbang karet terbesar di dunia adalah

Keyword: Summary/meta desc: 


Topik:

https://www.bisnis.com/topic/56678/Negara-Penghasil 

https://www.bisnis.com/topic/1129/negara 

https://www.bisnis.com/topic/537/karet 

https://www.bisnis.com/topic/9162/sejarah 

Bisnis.com, JAKARTA - Apakah kamu mengetahui negara penghasil karet terbesar di dunia? Karet merupakan salah satu komoditas yang sangat ramai diperdagangkan karena digunakan untuk berbagai macam industry. Namun, tidak semua negara bisa memproduksi karet karena tumbuhan yang menghasilkan getah karet hanya dapat tumbuh pada kondisi tertentu. 

Tanaman ini akan tumbuh subur pada Kawasan dengan kelembaban sekitar 80 persen dan suhu sekitar 24˚°C- 28˚°C. umumnya, tanaman ini tumbuh subur di daerah tropis antara 10˚°LU hingga 10˚°LU. Tanaman asal Amerika Selatan dan Amerika Tengah ini dibudidayakan di berbagai negara, terutama Asia Tenggara, Afrika dan Amerika Selatan. 

Berikut ini beberapa negara penghasil karet terbesar di dunia yang sudah dilansir dari berbagai sumber:

1. Filipina (423.371 ton)

Negara yang didominasi dengan perbukitan dan hutan tropis ini ternyata memiliki produksi karet yang cukup tinggi, sekitar 423 ribu ton. Produksi karet di negara ini Sebagian besar digunakan dalam negeri, seperti 70 persen pada produksi ban, 18 persen pada industri alas kaki, dan 12 persen pada sarung tangan karet. Oleh karena itu, Filipina tidak banyak mengekspor karetnya ke pasaran global. 

Lahan perkebunan karet di Filipina dikelola secara perseorangan. Setiap petani rata-rata memiliki 3 hingga 10 hektar kebun karet. Karena kepemilikannya bersifat perorangan ini, harga karet bergerak cukup dinamis tanpa adanya monopoli. 

2. India (978.317 ton)

India sendiri memiliki perkebunan karet yang cenderung kecil, yaitu 450 ribu hektar yang Sebagian besar berada di Kerala. Oleh karena itu, dapat diasumsikan bahwa produktivitas pertanian Karet India cukup tinggi, dengan lahan yang kecil tetap mampu memproduksi karet dalam jumlah yang banyak. 

Namun, produksi ini hanya digunakan untuk kebutuhan dalam negeri dan jumlah tersebut masih kurang 150 ribu ton setiap tahunnya. Saat ini, India adalah salah satu negara pengimpor karet terbesar di dunia dengan total impor 150-215 ribu ton per tahunnya. 

3. Indonesia (3.630.368 ton)

Produksi karet di Indonesia telah memenuhi 29,8 persen kebutuhan dunia dengan nilai ekspor sebesar 3,9 miliar US Dollar. Dengan produksi total tahunan 3,6 juta ton, karet merupakan salah satu komoditas ekspor utama Indonesia. Sebagian besar karet di Indonesia dikirimkan ke China, Jepang, Amerika Serikat, dan beberapa negara lainnya. 

5 provinsi di Indonesia yang menghasilkan karet terbanyak berada di Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Riau, Jambi dan Kalimantan Barat. Daerah tersebut memiliki lahan-lahan karet yang sangat luas. Hal ini terjadi karena harga lahan masih mudah dibandingkan pulau Jawa dan kualitas tanah serta iklim yang cocok untuk perkebunan tersebut. 

4. Thailand (4.744.250 ton)

Negara yang berada di Asia Tenggara ini sudah memenuhi sekitar 31,5 persen dari kebutuhan karet di dunia. dengan produksi tahunan sekitar 4,7 ton, nilai ekspor dari karet Thailand diperkirakan sekitar 4,1 Miliar US Dollar. Sebuah angka yang cukup besar bagi perekonomian Thailand. Karet sendiri merupakan salah satu sumber devisa negara ini dan menjadi komoditas ekspor utama dari negara Thailand. 

Thailand memiliki luas kebun karet sekitar 2 juta hektar dengan kapasitas produksi 1,7 ton per hektar. Hal ini mengantarkan Thailand menjadi salah satu dengan produktivitas perkebunan karet terbesar di dunia. 

5. Vietnam (1.137.725 ton)

Negara ini memiliki iklim tropis, suhu hangat dan curah hujan tinggi. Semua unsur yang membuat tanaman karet tumbuh dan berkembang dengan baik. Dengan produksi total tahunan sekitar 1,1 juta ton, negara ini memenuhi kebutuhan ekspor karet dunia sebesar 7,6 persen dengan nilai ekspor 998,1 juta US Dollar. 

Oleh karena itu, karet merupakan salah satu sumber devisa terbesar untuk negara Vietnam dari kegiatan ekspor impornya. Perkebunan karet juga merupakan hajat hidup orang banyak karena banyak petani dan buruh Vietnam yang bekerja di perkebunan-perkebunan karetnya. 

Itulah negara penghasil karet terbesar di dunia, Indonesia termasuk penghasil terbesar dan kita patut bangga. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Simak Video Pilihan di Bawah Ini :


Konten Premium Nikmati Konten Premium Untuk Informasi Yang Lebih Dalam

Negara ASEAN yang menyumbang karet terbesar di dunia adalah

Negara ASEAN yang menyumbang karet terbesar di dunia adalah

Negara ASEAN yang menyumbang karet terbesar di dunia adalah

Perhatikan daftar kegiatan ekonomi berikut ini! 1) Adela membeli Ayam Geprek Bensu melalui go food. 2) Jeany membeli headset Sony melalui aplikasi Sho … ope. 3) Kurir Pizza Hut mengantarkan pesanan delivery seorang pelanggan. 4) Deasy meminta kakaknya membelikan Boba Milk Tea setelah pulang kuliah. 5) Perusahaan gas mendistribusikan tabung gas melalui, agen, grosir, dan pedagang perantara. Dari kegiatan ekonomi di atas yang termasuk distribusi semi langsung adalah…. A. 1, 2, dan 4 B. 2, 3, dan 5 C. 1, 2, dan 3 D. 2, 3, dan 4​

3. Seperangkat aturan berupa perintah atau larangan yang ditetapkan berdasarkan kesepakatan bersama serta bersifat tegas, nyata, dan jelas disebut….

bekicot gurita dan kerang termasuk dalam kelompok​

10. VOC dapat menaklukan Kesultanan Mataram Baru melalui politik devide et impera. Kesultanan Mataram Baru kemudian dipecah menjadi du bagian melalui … perjanjian.

11. Berdasarkan iklim yang ada di Indonesia saat bulan Juli adalah musim….

Negara ASEAN yang menyumbang karet terbesar di dunia adalah
Sidang the 33rd ASEAN Consultative Committee For Standards and Quality (ACCSQ), telah diselenggarakan di Singapura, pada tanggal 16-20 Maret 2009. Rangkaian sidang tersebut didahului dengan the 3rd ASEAN Forum on Standards and Conformance pada tanggal 16 Maret 2009 yang menghasilkan rekomendasi mengenai New Strategic Approach for Standardisation and Regulatory Framework. Teo Nam Kuan dari Singapore bertindak sebagai chairman dan Sherley dari Sekretariat ASEAN sebagai co-chairman, Sidang ACCSQ ke-33 dan dihadiri seluruh negara anggota ASEAN kecuali Myanmar, Wakil Sekjen ASEAN untuk Komunitas Ekonomi ASEAN dan staf sekretariat ASEAN. Delegasi Indonesia dipimpin oleh Deputi bidang Penelitian dan Kerjasama Standardisasi - Badan Standardisasi Nasional, dengan anggota terdiri dari BSN, BPOM, Dep. Perhubungan, Dep. Perindustrian dan Dep.Luar Negeri.

POKOK-POKOK HASIL PERTEMUAN

Wakil Sekjen ASEAN menjelaskan perkembangan terakhir kerja sama ASEAN, khususnya pasca berlakunya Piagam ASEAN dan hasil-hasil penting yang dihasilkan dari KTT ASEAN ke-14 yang telah diselenggarakan di Cha Am, Thailand, akhir bulan Februari 2009. Wakil Sekjen ASEAN juga menyampaikan beberapa kemajuan dan kesepakatan-kesepakatan baru di bidang ekonomi seperti ditandatanganinya ATIGA (ASEAN Trade in Goods Agreement), ACIA (ASEAN Comprehensive Investment Agreement), kesepakatan AANZ-FTA (ASEAN-Australia/New Zealand Free Trade Area), dan perkembangan kerja sama ekonomi dengan mitra dialogue ASEAN. Terkait scorecard, wakil Sekjen ASEAN menjelaskan bahwa scorecard akan menjadi alat untuk memantau kepatuhan tiap-tiap negara anggota atas komitmen percepatan integrasi ekonomi di bidang teknisnya masing-masing. Dokumen tersebut masih dalam tahap finalisasi dan akan disampaikan kepada masing-masing fora, termasuk ACCSQ setelah mendapatkan laporan dari masing-masing product working group mengenai perkembangan di tiap-tiap fora.

Negara ASEAN yang menyumbang karet terbesar di dunia adalah
Mengenai sidang ACCSQ Forum on Standards and Conformance ke-3, pihak sekretariat ASEAN menjelaskan pokok hasil-hasil forum yang meliputi isu standardisasi, accreditation and conformity assessment, market surveillance, ASEAN Conformity Mark dan beberapa hal lain, seperti reduction of poverty and socio-economic disparity dan masalah infrastruktur, kapasitas dan kapabilitas negara-negara anggota ASEAN. Forum juga mengusulkan untuk menjajaki kemungkinan pembentukan ASEAN Regional Standards Body. Terkait standardisasi produk, Indonesia mengusulkan perlunya dikembangkan ASEAN Common Standards, dengan pendekatan mengadopsi berbagai standar internasional yang telah dapat diterima oleh seluruh negara ASEAN untuk dapat dijadikan ASEAN Common Standards. Selain itu, Indonesia juga menyoroti perlunya implementasi beberapa hasil dan rekomendasi dari ACCSQ Forum on Standards and Conformance dan mengusulkan agar implementasi tersebut ditugaskan kepada beberapa working group/task group untuk menindaklanjuti hasil-hasil ACCSQ forum tersebut di bawah pengawasan ACCSQ. Untuk memfasilitasi maksud tersebut, sekretariat ASEAN akan menyusun suatu dokumen rangkuman hasil-hasil dan rekomendasi yang telah dihasilkan dalam ACCSQ Forum on Standards and Conformance sebelumnya.

Terkait keputusan – keputusan yang telah dihasilkan dalam sidang ACCSQ ke-33, dapat dilaporkan, untuk sektor Wood Based product, diinformasikan bahwa merujuk pada keputusan SEOM dan SOM-AMAF (Senior Officials Meeting of the ASEAN Ministers on Agriculture and Forestry) untuk streamline the integration of the possible duplicating activities between the WBPWG (Wood Based Product Working Group) and the ASEAN Experts Group on Forest Research and Development (AEGFRD) maka telah dibentuk ASEAN Experts Group on Forest Product Development (AEGFDP). Lembaga baru tersebut nantinya akan dibawah pengawasan ASEAN Senior Officials for Forestry (ASOF). Sebagai realisasi dari hal ini, maka forum ACCSQ setuju bahwa the existing efforts on the harmonisation of standards for sawn-timber, wood-based panel and flooring products akan diteruskan oleh ACCSQ-WG1 (Working Group on Standards and MRAs) dan pada sidang WG1 di Bali disepakati Indonesia untuk menjadi ketua sub working group untuk harmonisasi standard produk-produk tersebut. Mengenai sektor Traditional Medicine and Health Suplement,(TMHS) dapat dilaporkan bahwa masih dilakukan proses review terhadap measures of the Roadmap for the Priority Integration Sector for Healthcare on TMHS dan setuju bahwa akan ada penundaan dalam implementasi Measure No. 67 : the development of the ASEAN Model by 31 December 2009 and its implementation by 1 January 2010. Penundaan tersebut didasarkan pada kurangnya data ilmiah dan masih kuatnya pengaruh warisan budaya dan tradisi masyarakat di kawasan ASEAN. Untuk maksud tersebut maka forum sidang ACCSQ ke-33 menyetujui rekomendasi dari Traditional Medicine and Health Suplement Product Working Group (TMHS-PWG) bahwa target finalisation of the ASEAN Model for TMHS akan selesai pada tanggal 31 Desember 2010 dimana Indonesia telah ditunjuk untuk menjadi ketua dalam project tersebut .

Terkait sektor Rubber Based Product, Indonesia, Singapore, Thailand dan Cambodia telah mendukung usulan Malaysia selaku Chairman sektor Rubber Based kepada forum ACCSQ untuk tetap mempertahankan dan melanjutkan program kerja dari Rubber Bases Product Working Group. Hal tersebut didasarkan bahwa ASEAN dikenal sebagai kawasan penghasil karet terbesar di dunia sehingga mempunyai posisi yang kuat dalam perdagangan global. Forum ACCSQ setuju terhadap usul Indonesia yang dikuatkan oleh dukungan beberapa Negara ASEAN lainnya seperti Thailand, Malaysia, Brunei Darussalam.

Negara ASEAN yang menyumbang karet terbesar di dunia adalah