refleksi sumber ilustrasi : Maxresdefaullr
MAKNA BINEKA TUNGGAL IKA Makna Bhinneka Tunggal Ika Semboyan Bhinneka Tunggal Ika tertulis pada lambang negara Indonesia yaitu Garuda Pancasila. Semboyan Bhinneka Tunggal Ika berarti berbeda-beda tetapi tetap satu. Makna Bhinneka Tunggal Ika adalah meskipun berbeda-beda tetapi pada hakikatnya bangsa Indonesia tetap satu kesatuan. Semboyan ini menggambarkan persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia yang memiliki keberagaman suku bangsa, budaya, bahasa daerah, agama dan kepercayaan, ras maupun antargolongan. Negara Republik Indonesia adalah Negara yang sangat luas dengan beribu-ribu pulau dari Sabng sampai Merauke. Dengan banyaknya pulau-pulau tesebut secara otomatis terdapat beraneka ragam budaya, bahasa ataupun tradisi yang berbeda-beda anatar suku. Untu mempersatukan perbedaan tersebut tentulah diperlukan suatu wadah yang dapat menampung segala perbedaan tersebut. Dan salah satu wadah tersebut adalah Bhineka Tunggal Ika. Hal ini lahir dari pemikirin jeniuus para tokoh-tokoh bangsa yang mempunyai jiwa nasionalisme yang tidak diragukan lagi. Oleh karenanya sebagai anak bangsa kita harus menjaga dan merawat semboyan tersebut dalamkehidupan sehari-hari. Merawat Bhinneka Tunggal Ika Keberagaman dalam masyarakat Indonesia antara lain meliputi suku bangsa, agama, ras, budaya dan antargolongan. Faktor penyebab keberagaman masyarakat Indonesia antara lain: Letak strategis wilayah Indonesia Kondisi negara kepulauan Perbedaan kondisi alam Keadaan transportasi dan komunikasi Penerimaan masyarakat terhadap perubahan Keberagaman masyarakat Indonesia memiliki dampak positif sekaligus dampak negatif bagi diri sendiri, masyarakat, bangsa dan negara. Dampak positif, keberagaman memberikan manfaat bagi perkembangan dan kemajuan. Sedangkan dampak negatifnya mengakibatkan ketidakharmonisan bahkan perpecahan bangsa dan negara. Keberagaman masyarakat Indonesia memiliki arti penting sebagai berikut: Keberagaman tersebut akan menjadi modal sosial yang besar dan sebagai hasanah bangsa untuk membangun bangsa dan negara Indonesia yang maju dan sejahtera. Sebaliknya, bila keberagaman tersebut tidak dapat dikelola dengan baik dan tidak dalam bingkai Bhinneka Tunggal Ika, maka dapat menjadi penyebab timbulnya konflik yang membahayakan keutuhan bangsa dan negara Indonesia. Dengan demikian, semboyan Bhinneka Tunggal Ika dipergunakan sebagai upaya mempertahankan persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia. Meskipun berbeda-beda suku bangsa, adat istiadat, ras dan agama, masyarakat Indonesia tetap bersatu dalam perjuangan mengisi kemerdekaan. Untuk mewujudkan cita-cita negara yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur. Keberagaman bukan unsur perpecahan namun justru yang menciptakan kesatuan bangsa melalui semboyan Bhinneka Tunggal Ika. Kesatuan adalah upaya untuk mempersatukan perbedaan suku, adat istiadat, ras dan agama untuk menjadi satu yaitu bangsa Indonesia.Yaitu bangsa yang berbeda-beda, dan yang maju peradabannya serta sejahterarakyatnya. Bhinneka Tunggal Ika adalah moto atau semboyan bangsa Indonesia yang tertulis pada lambang negara Indonesia, Garuda Pancasila. Frasa ini berasal dari bahasa Jawa Kuno yang artinya adalah “Berbeda-beda tetapi tetap satu”.
Kata bhinnêka berasal dari dua kata yang mengalami sandi, yaitu bhinna 'terpisah, berbeda' dan ika 'itu'. Kata tunggal berarti 'satu'. Secara harfiah, Bhinneka Tunggal Ika dapat diartikan "Itu berbeda, itu satu", yang bermakna meskipun beranekaragam, pada hakikatnya bangsa Indonesia tetap merupakan satu kesatuan. Semboyan ini digunakan untuk menggambarkan persatuan dan kesatuan Bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang terdiri atas beraneka ragam budaya, bahasa daerah, ras, suku bangsa, agama dan kepercayaan. Kalimat ini merupakan kutipan dari sebuah kakawin Jawa Kuno yaitu kakawin Sutasoma, karangan Mpu Tantular semasa kerajaan Majapahitsekitar abad ke-14, di bawah pemerintahan Raja Rājasanagara, yang juga dikenal sebagai Hayam Wuruk. Kakawin ini istimewa karena mengajarkan toleransi antara umat Hindu Siwa dengan umat Buddha.[1] Kutipan ini berasal dari pupuh 139, bait 5. Bait ini secara lengkap seperti di bawah ini:
Terjemahan:
Terjemahan ini didasarkan, dengan adaptasi kecil, pada edisi teks kritis oleh Dr. Soewito Santoso.[2]
|