Show Tawazun adalah sikap menyeimbangkan segala aspek dalam kehidupan, tidak condong kepada salah satu perkara saja. Sikap ini sebaiknya ada dalam diri setiap Muslim dan diperintahkan secara langsung oleh Allah SWT dalam firman-Nya. Makna seimbang yang dimaksud dalam tawazun sangat luas. Melansir laman NU Online, tawazun bisa bermakna keseimbangan dalam penggunaan dalil 'aqli (dalil yang bersumber dari akal pikiran rasional) dan dalil naqli (bersumber dari Al-Qur’an dan Hadits). Selain itu, bisa juga diartikan sebagai keseimbangan hidup dunia dan akhirat, serta keseimbangan antara jasad, akal, dan hati nurani seorang Muslim. Sikap ini sangat diperlukan untuk menambah keimanan supaya semakin kokoh. Seorang Muslim dapat menjadikan dirinya kuat, tabah, dan tawakkal dengan menyeimbangkan berbagai aspek dalam kehidupannya. Makna Tawazun Menurut Rasulullah SAWMengutip buku Getar Hati: Kumpulan Materi Kuliah Online Pekanan oleh Yanto Sugianto, S.Pd., sikap tawazun berarti memberikan hak tanpa pengurangan dan penambahan. Artinya, seseorang melakukan sesuatu secara proporsional dan seimbang. Kehidupan manusia bisa seimbang, jika segala aspek yang mempengaruhinya juga diseimbangkan. Misalnya, ketika seseorang mencari keberhasilan di dunia, ia harus menyeimbangkannya dengan kesuksesan akhirat. Iringi kerja keras di dunia dengan ibadah kepada Allah SWT. Niscaya Allah akan menyeimbangkan kehidupannya dan menentramkan hatinya. Sehingga tidak ada lagi kegelisahan serta keraguan baginya. Ilustrasi sikap tawazun. Foto: pixabayMengutip buku Raih Kekayaan Langgeng dengan The Power of Tawakkal oleh Tiana S Wijono, disebutkan bahwa Rasulullah pernah membahas tawazun ketika menasehati Abdullah bin Amr. Ketika mengetahui sahabatnya itu terus melakukan ibadah puasa, sholat, dan membaca Alquran namun mengabaikan hak dirinya, hak istrinya, hak anaknya, dan hak orang lain yang ada di sekitarnya, beliau berkata kepada Abdullah bin Amr: "Wahai Abdullah bin Amru, telah sampai berita kepadaku bahwa kamu berpuasa sepanjang hari dan shalat sepanjang malam. Janganlah kamu lakukan, sebab jasadmu yang mempunyai hak atas dirimu, kedua matamu yang mempunyai hak atasmu, dan istrimu juga punya hak atasmu. Oleh karena itu, hendaknya kamu puasa dan juga berbuka. Berpuasalah tiga hari pada setiap bulannya, sebab itulah sebenarnya puasa sepanjang masa." Saya berkata, "Wahai Rasulullah, sesungguhnya saya kuasa melakukannya." Beliau bersabda, "Kalau begitu, berpuasalah sebagaimana puasa Daud AS, berpuasalah sehari dan berbukalah sehari. " Di kemudian hari 'Abdullah bin Amru pun berkata, "Duhai., Sekiranya kau mengambil rukhshah (keringanan) itu" (Muslim, Kitab: Puasa, Bab Larangan untuk puasa dahr, hadis no. 1973) Dari hadist tersebut dapat disimpulkan bahwa sikap tawazun diperlukan oleh setiap Muslim. Seorang Muslim hendaknya senantiasa menyeimbangkan kehidupan dunia dan akhiratnya, tidak condong pada salah satu di antaranya. Jalankan ibadah seperti sholat, puasa, zakat, membaca Alquran, dzikir, dan lain-lain sebagai bentuk takwa seorang hamba kepada Allah SWT. Namun tidak mengabaikan hak dirinya dan orang di sekitarnya.
"Dari Anas ra, bahwasannya Rasulullah Saw. telah bersabda, "Bukanlah yang terbaik diantara kamu orang yang meninggalkan urusan dunianya karena (mengejar) urusan akhiratnya, dan bukan pula (orang yang terbaik) oarang yang meninggalkan akhiratnya karena mengejar urusan dunianya, sehingga ia memperoleh kedua-duanya, karena dunia itu adalah (perantara) yang menyampaikan ke akhirat, dan janganlah kamu menjadi beban orang lain." Hadist tersebut di atas menjelaskan tentang kehidupan manusia yang seharusnya, yaitu kehidupan yang berimbang, kehidupan dunia harus diperhatikan disamping kehidupan di akhirat. Islam tidak memandang baik terhadap orang yang hanya mengutamakan urusan dunia saja, tapi urusan akhirat dilupakan. Sebaliknya Islam juga tidak mengajarkan umat manusia untuk konsentrasi hanya pada urusan akhirat saja sehingga melupakan kehidupan dunia. Dalam surat al-Qashash ayat 77, Allah mengingatkan: Artinya; “ Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.” Kehidupan Akhirat Adalah TujuanAllah SWT berfirman, " Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akherat . Di sini terlihat dengan jelas bahwa yang harus kita kejar adalah kebahagiaan hidup akhirat. Mengapa? Karena di sanalah kehidupan abadi. Tidak ada mati lagi setelah itu. Karenanya dalam ayat yang lain Allah berfirman: " Dan sesungguhnya akhirat itulah kehidupan yang sebenarnya " (QS. Al-Ankabut: 64). Kebahagiaan DuniaAllah SWT berfirman: ” Dan janganlah kamu melupakan kebahagiaanmu dari kenikmatan duniawi dan berbuat baiklah kepada orang lain sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu. Ayat di atas dengan jelas bahwasannya Allah memerintahkan umat Islam untuk selalu berusaha menggapai kebahagiaan akhirat, tetapi jangan melupakan kehidupan di dunia ini. Meskipun kebahagiaan dan kenikmatan dunia bersifat sementara tetapi tetaplah penting dan agar tidak dilupakan, sebab dunia adalah ladangnya akhirat. Masa depan di akhirat kita, sangat bergantung pada apa yang diusahakan sekarang di dunia ini. Allah telah menciptakan dunia dan seisinya adalah untuk manusia, sebagai sarana menuju akhirat. Allah juga telah menjadikan dunia sebagai tempat ujian bagi manusia, untuk mengetahui siapa yang paling baik amalnya, siapa yang paling baik hati dan niatnya. ”Tidakkah kalian perhatikan bahwa Allah telah menurunkan untuk kalian apa-apa yang ada di langit dan di bumi dan menyempurnakan untuk kalian nikmat-Nya lahir dan batin ” (QS. Luqman: 20). Allah hanya memandang kemauan, kesungguhan dan tekad seorang hamba dalam mengusahakan urusan dunianya secara benar. Allah SWT menegaskan bahwa:” Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah kedudukan suatu kaum, sehingga kaum itu mengubah kondisi, kedudukan yang ada pada diri mereka sendiri (melalui kerja keras dan kesungguhannya ” (QS. Ar-Ro’d: 11). Keseimbangan dalam KehidupanAllah telah memberikan predikat kepada umat islam sebagai umat yang pertengahan, yaitu umat yang berada di tangah-tengah antara umat-umat lainnya. Umat yang berada di tengah karena mampu menyeimbangkan dan meratakan amal dalam seluruh aspek kehidupan ini . Allah Subhanahu Wata’ala berfirman: Artinya: dan demikian (pula) Kami telah menjadikan kamu (umat Islam), umat yang adil dan pilihan agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kamu. “(Al-Baqarah: 143) Umat Islam menjadi umat pertengahan dan mampu menjadi saksi bagi umat-umat yang lainnya, karena mempnyai beberapa kelebihan. Diantaranya adalah:
Keseimbangan antara Dunia AkhiratHadist Rasulullah SAW: Artinya: “Bukankah orang yang paling baik diantara kamu orang yang meninggalkan kepentingan dunia untuk mengejar akhirat atau meninggalkan akhirat untuk mengejar dunia sehingga dapat memadukan keduanya. Sesungguhnya kehidupan dunia mengantarkan kamu menuju kehidupan akhirat. Janganlah kamu menjadi beban orang lain”.(H.R. ‘Asakir dan Anas) Dari hadist tersebut diljelaskan bahwa ada sebagian orang yang menugutamakan akhirat dari pada kehidupan dunia, oleh karena itu dia akan terus berdzikir dan beribadah kepada Allah dan melalaikan kehidupan dunia. Cara hidup seperti ini bukanlah cara hidup yang baik menurut Rasulullah. Ada pula orang yang lebih mengutamakan kehidupan didunia dari pada kehidupan akhirat, oleh karena itu dia akan terus bekerja untuk mengejar dunia, sehingga ia lupa akan Allah. Cara hidup seperti ini juga bukanlah cara hidup yang baik menurut Rasulullah. Kehidupan yang baik ialah kehidupan seseorang yang mampu mampu menyeimbangkan kehidupan dunia dan akhiratnya dengan menyadari bahwa hidup didunia akan ada akhirnya, dan bekal bekal hidup di akhirat hanyalah amal shaleh yang kita lakukan selam hidup didunia. Dan ada Hadist nabi yang juga menganjurkan untuk seimbang antara kehidupan dunia dan akhirat yaitu: Artinya: “orang yang paling baik diantarakamu ialah, barang siapa yang tidak meninggalkan akhiratnya karena dunianya, tidak pula meniggalkan dunianya karena akhiratnya dan dia tidak menjadi beban orang banyak”. Sebagai umat Islam kita dilarang untuk menjadi beban orang lain, maka dari itu kita harus berusaha untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari dengan kemampuan kita sendiri. Rasulullah SAW memotivasi kita agar kita menjadi mukmin yang kuat, karena Allah menyukai mukmin yang kuat. Dalam mencapai sesuatu yang bermanfaat kita harus bersenmangat dan juga diiringi dengan memohon pertolongan Allah agar dipermudah jalannya. Sebagaimana Hadis Nabi Muhammad SAW: Artinya: Mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai oleh Allah dari pada mukmin yang lemah, sedangkan pada masing-masing ada kebaikannya. Bersemangatlah lkamu untuk mencapai sesuatu yang beermanfaat bagimu. Mohonlah pertolongan kepada Allah dan janganlah kamu merasa tidak berdaya”.(H.R. Muslim) Dalam mengerjakan sesuatu kita harus bersungguh-sungguh melakukannya agar hasilnya baik, namun disaat beribadah kepada Allah kita harus dengan dengan setulus hati beribadah kepada-Nya |