Mengapa kita dianjurkan mengucapkan Subhanallah ketika melihat atau mendengar sesuatu yang tidak sesuai dengan keagungan Allah?

Fimela.com, Jakarta Dalam kehidupan sehari-hari, sering kali kita mengucapkan dan mendengar ucapan Subhanallah dan MasyaAllah. Kedua ucapan tersebut sering diucapkan umat Muslim, sebagai dzikir setiap harinya.

Dzikir adalah salah satu kegiatan yang dilakukan umat Muslim, untuk bermeditasi menenangkan hati dan pikiran, serta mengagungkan dan memuliakan kebesaran seluruh ciptaan Allah SWT.

Berdzikir biasanya dilakukan setelah melaksanakan shalat, dan bacaan dzikir juga bisa diucapkan setiap umat muslim mulai dari sebelum terbit matahari hingga terbenam, seperti yang tertulis pada firman Allah SWT dalam Al Quran Surah Toha Ayat 130, yang artinya:

"Maka bersabarlah engkau (Muhammad) atas apa yang telah mereka katakan, dan bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu, sebelum terbit matahari dan sebelum terbenam."

Kalimat Subhanallah dan MasyaAllah adalah kalimat dzikir yang sering diucapkan umat Muslim setiap harinya. Arti Subhanallah dan MasyaAllah memang sering disandingkan, untuk mengagumi segala keindahan ciptaan Allah.

Namun ternyata kedua kalimat dzikir tersebut, memiliki arti yang berbeda walaupun sering disandingkan. Berikut perbedaan arti Subhanallah dan Masyaallah yang sering diucapkan sehari-hari, dilansir dari Liputan6.com:

Jakarta -

Masya Allah dan subhanallah sering diucapkan kaum muslim. Tapi suka bingung nggak apa bedanya dengan subhanallah?Dikutip dari Muslim.or.id, Syaikh Abdul Aziz bin Baz mengatakan, "Disyariatkan bagi orang mukmin ketika melihat sesuatu yang membuatnya takjub hendaknya ia mengucapkan 'Masya Allah' atau 'Baarakallahu Fiik' atau juga 'Allahumma Baarik Fiihi' sebagaimana firman Allah Ta'ala:وَلَوْلَا إِذْ دَخَلْتَ جَنَّتَكَ قُلْتَ مَا شَاء اللَّهُ لَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللَّهِ

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

'Dan mengapa kamu tidak mengucapkan tatkala kamu memasuki kebunmu "Maa Syaa Allah, Laa Quwwata Illaa Billah" (QS. Al Kahfi: 39)" (Fatawa Nurun 'alad Darbi, no.39905).

Lalu apa makna dari ucapan Masya Allah?

Arti masya Allah dalam bahasa Indonesia adalah "Apa yang dikehendaki oleh Allah, maka itulah yang akan terjadi".Ringkasnya, "Maa syaa Allah" bisa diterjemahkan dengan dua terjemahan, "Inilah yang diinginkan oleh Allah" atau "Apa yang dikehendaki oleh Allah, maka itulah yang akan terjadi". Maka ketika melihat hal yang menakjubkan, lalu kita ucapkan "masya Allah", artinya kita menyadari dan menetapkan bahwa hal yang menakjubkan tersebut semata-mata terjadi karena kuasa Allah.

Nah, bagaimana dengan Subhanallah? Subhahallah berarti Maha suci Allah. Subhanallah diucapkan ketika melihat atau mendengar keburukan atau hal tidak baik.

Mulai sekarang jangan lupa lagi mengucapkan masya Allah dan subhanallah ya!

(nwy/jbr)

Mengapa kita dianjurkan mengucapkan Subhanallah ketika melihat atau mendengar sesuatu yang tidak sesuai dengan keagungan Allah?

Jawaban:

Masya Allah diucapkan bila seseorang melihat yang indah-indah karena keindahan atas kuasa dan kehendak Allah Ta'ala. Adapun ucapan Subhanallah diucapkan saat mendengar atau melihat hal buruk. Ucapan Subhanallah sebagai penegasan: “Allah Mahasuci dari keburukan tersebut”.

Penjelasan:

maaf ya kalo salah

Mengapa kita dianjurkan mengucapkan Subhanallah ketika melihat atau mendengar sesuatu yang tidak sesuai dengan keagungan Allah?

Jawaban:

Subhanallah yang berati Maha suci Allah, seharusnya diucapkan ketika melihat atau mendengar keburukan atau hal tidak baik. Sementara, Masya Allah artinya itu terjadi atas kehendak Allah atau saat melihat sesuatu yang indah atau rasa kagum. Namun, umat sering terbalik menempatkan ucapannya.

  • Mengapa kita dianjurkan mengucapkan Subhanallah ketika melihat atau mendengar sesuatu yang tidak sesuai dengan keagungan Allah?

  • Mengapa kita dianjurkan mengucapkan Subhanallah ketika melihat atau mendengar sesuatu yang tidak sesuai dengan keagungan Allah?

Alhamdulillah. Asshalaatu wassalaamu ‘ala nabiiyihi alkariim.

Beberapa tulisan di dunia maya menyebutkan kelirunya ungkapan “subhaanallah” ketika seseorang takjub atau kagum terhadap sesuatu. Pernyataan yang benar, insya Allah, bahwa salah satu ungkapan yang dilirihkan seorang muslim ketika takjub atau kagum terhadap sesuatu adalah ungkapan ‘subhaanallah’.

Berikut beberapa dalilnya,

Dalil pertama

إِنَّ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ وَاخْتِلافِ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ لآيَاتٍ لأولِي الألْبَابِ الَّذِينَ يَذْكُرُونَ اللَّهَ قِيَامًا وَقُعُودًا وَعَلَى جُنُوبِهِمْ وَيَتَفَكَّرُونَ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ رَبَّنَا مَا خَلَقْتَ هَذَا بَاطِلا سُبْحَانَكَ فَقِنَا عَذَابَ النَّارِ

“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal. (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): “Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia. Maha Suci Engkau (سبحانك), maka peliharalah kami dari siksa neraka”” (QS. Ali Imraan: 190-191)

Segi pendalilan dalam ayat ini adalah terdapat tanda-tanda kebesaran Allah dalam penciptaan langit dan bumi beserta hal-hal yang berkaitan dengan kehidupan di dalamnya. Lisan orang yang berakal menyenandungkan tasbih kepada Allah ketika melihat dan memikirkan tentang segala sesuatu yang Allah ciptakan[1].

Mereka berkata, seperti dalam ayat di atas: “Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia. Maha Suci Engkau (سبحانك), maka peliharalah kami dari siksa neraka”. Tentang ayat ini, Dr Muhammad ibn Ishaq berkata dalam kitabnya yang berjudul at-Tasbih fiy al-Kitab was Sunnah: “Dalam ayat ini terdapat seruan kepada kamu muslimin untuk merenungi penciptaan dan bertasbih kepada Allah ketika takjub yang menandakan kebesaran dan keagungan Allah dan bahwasanya hanya Dialah illah yang berhak diibadahi dengan benar”[2].

Dalil kedua

Allah membuka surat Al-Israa’ dengan ungkapan tasbih:

سُبْحَانَ الَّذِي أَسْرَى بِعَبْدِهِ لَيْلا مِنَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ إِلَى الْمَسْجِدِ الأقْصَى الَّذِي بَارَكْنَا حَوْلَهُ لِنُرِيَهُ مِنْ آيَاتِنَا إِنَّه هُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ

“Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al Masjidilharam ke Al Masjidilaksa yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat” (QS. Al-Israa’: 1).

Ayat yang mengagumkan ini mengandung sesuatu yang tidak bisa dilakukan oleh siapapun kecuali Allah semata. Oleh sebab itu Allah membuka surat al-Israa’ dengan tasbih sebagai sebagai bentuk takjub terhadap mu’jizat yang menandakan kebesaran dan keagungan-Nya, kebenaran kenabian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam beserta kedudukan beliau yang tingga di sisi Allah [3].

Sebagian ulama berkata: “ungkapan ‘subhaana (سبحان)’ dalam ayat di atas adalah untuk ta’ajjub (takjub/kagum)”[4].

Kesimpulan

  1. Masih banyak nash yang lain mengindikasikan bahwa ungkapan “subhanallah” juga digunakan sebagai bentuk ta’ajjub. Begitu pula ungkapan para ulama dalam tema ini.
  2. Tidak tepat jika menyalahkan orang yang mengungkapkan “subhanallah” ketika takjub/kagum.
  3. Penggunaan ungkapan “subhanallah” digunakan atau diungkapkan pada banyak kondisi seperti penyucian terhadap Allah ketika melihat atau mendengar sesuatu yang tidak disenangi, kesalahan aqidah, ta’ajjub dan kondisi lain yang disebutkan para ulama.
  4. Kami sangat menyarankan untuk membaca kitab at-Tasbih fiy al-Kitab was Sunnah wa ar-Raddu ‘ala Mafaahim al-Khathi’ah Fiyhi yang dikarang oleh Dr. Muhammad ibn Ishaq diterbitkan oleh Maktabah Daar al-Minhaaj, Riyadh. Kitab ini terdiri dari 2 jilid tebal mengulas panjang lebar tentang tasbih. Catatan sederhana ini banyak mengambil faidah dari kitab tersebut jilid 2.

Subhaanaka allahumma wabihamdika asyhadu allaa ilaaha illaa anta asytaghfiruka wa atuubu ilaika.

Direvisi kembali kamis sore, Asrama LIPIA Jakarta, 24 Muharram 1435 H

Biar lebih paham tentang ucapan ketika kagum, anda bisa baca artikel berikut.

  • Hukum Ucapan “Masya Allah Tabaarakallah”
  • Apa Arti Masya Allah?

Catatan Kaki

[1]  Lihat kitab at-Tasbih fiy al-Kitab was Sunnah oleh Dr Muhammad ibn Ishaq, hal 32, jilid 2. [2] Ibid, hal 33. [3] Lihat kitab at-Tasbih fiy al-Kitab was Sunnah, hal 33, jilid 2 [4] Lihat kitab al-Hujjah fiy Bayaani al-Muhajjah wa Syarhi ‘Aqiidati ‘Ahli as-Sunnah 1/511. Kami kutip dari kitab at-Tasbih fiy al-Kitab was Sunnah, hal 33, jilid 2

Referensi

  1. Al-Qur-an digital dan terjemahannya
  2. at-Tasbih fiy al-Kitab was Sunnah wa ar-Raddu ‘ala Mafaahim al-Khathi’ah Fiyhi oleh Dr. Muhammad ibn Ishaq, jilid 2, diterbitkan oleh Maktabah Daar al-Minhaaj, Riyadh.

Penulis: Fachriy Aboe Syazwiena

Artikel Muslim.Or.Id

🔍 Shodaqollah, Hadits Tentang Kewajiban Suami, Tasawuf Adalah Ilmu Yang Mempelajari, Batu Akik Yang Dapat Membawa Sial Manusia Di Dalam Kehidupan Sehari-hari