Mengapa kebiasaan merokok dapat menimbulkan terjadinya kanker paru-paru brainly

07 Desember 2016

Mengapa kebiasaan merokok dapat menimbulkan terjadinya kanker paru-paru brainly

Sudah bukan rahasia lagi, mereka yang merokok sering dihubungkan dengan kanker paru-paru, tapi para peneliti ternyata menemukan bahwa mereka yang bukan perokok bisa lebih berisiko terkena kanker paru-paru. Walaupun kanker paru-paru sering dihubungkan dengan perilaku merokok, menurut American Cancer Society, 20% yang meninggal karena penyakit kanker paru-paru di negara Amerika Serikat tiap tahunnya tak pernah menyentuh produk tembakau sama sekali. Kenapa mereka yang bukan perokok bisa terkena kanker paru-paru? Ini beberapa alasannya.

Gaya Hidup

Walaupun mereka yang bukan perokok secara signifikan menurun dalam hal risiko terkena penyakit kanker paru-paru, tanpa mereka sadari mereka bisa meningkatkan risiko karena gaya hidup yang mereka jalani. Contoh, terlalu sering menghabiskan banyak waktu di daerah yang membuat mereka terpapar asap rokok. Hal inilah yang bisa meningkatkan risiko itu. Selain itu, penelitian American Cancer Society juga mengungkapkan dengan memakan makanan yang sehat, seperti buah dan sayuran, bisa melindungi diri kita dari kanker paru-paru, baik itu pada mereka yang merokok dan mereka yang bukan perokok.

Lingkungan

Faktor lingkungan ternyata memegang peran utama dalam meningkatkan risiko kanker paru-paru. Berdasarkan info dari U.S Envrionmental Protection Agency, gas radon merupakan penyebab utama kanker paru-paru pada mereka yang bukan perokok. Gas Radon tersebut tidak punya warna, tidak berbau dan terbentuk secara alami dari peluruhan unsur-unsur radiokatif, seperti uranium. Berdasrkan penelitian oleh American Cancer Story, kita bisa terkena gas radon di rumah atau di bangungan yang sedang dalam proses pembangunan di atas permukaan tanah atau bebatuan yang mengandung radioaktif yang tinggi. Gas radon yang dilepaskan oleh permukaan tanah atau bebatuan tersebut bisa masuk ke dalam ruangan melalui retakan di dinding atau pondasinya. Karena itulah mereka yang sering berada di dalam ruang bawah tanah atau yang tinggal di tingkat terendah dari bangunan bisa memiliki risiko paling besar terpapar gas radon.

Genetika

Beberapa orang dikeahui memiliki kecenderungan genetik penyakit kanker paru-paru. Berdasarkan info dari The American Cancer Story, beberapa mutasi genetik tertentu sebenarnya lebih sering terjadi pada para pasien kanker paru-paru yang bukan perokok dibandingkan pada pasien yang memang perokok. Cancer Treatment Centers of America menemukan, mereka yang punya keluarga dekat yang menderita kanker paru-paru, baik yang perokok maupun yang bukan perokok, memiliki kemungkinan lebih besar mengembangkan penyakit kanker paru-paru ini.

Sumber: http://nationalgeographic.co.id/berita/2016/11/tiga-alasan-seorang-bukan-perokok-dapat-terkena-kanker-paru-paru

Ditulis oleh: Mitra Keluarga

Menghirup asap rokok, baik secara konvensional maupun dari rokok elektrik (vape), merupakan salah satu kebiasaan yang sangat tidak sehat. Bukan hanya orang yang merokoknya saja yang akan terkena dampak, tetapi risiko kesehatan juga mengancam para perokok pasif. 

Perokok pasif adalah orang di sekitar yang ikut menghirup asap tembakau orang lain. Asap dapat terhidup jika berada di dekat atau dalam satu ruangan tertutup dengan orang yang sedang merokok.

Jika para perokok pasif ini terlalu sering menghirup asap rokok, maka risiko terkena kanker paru tak dapat dihindari lagi. Apa alasannya seseorang bisa tetap mengidap penyakit kanker paru sekalipun tidak merokok secara langsung?

Yuk, simak penjelasan secara rinci melalui artikel Mitra Keluarga berikut ini:

Baca juga: Fakta Seputar Kanker Paru: Penyebab, Gejala, dan Pengobatan

Mengapa perokok pasif bisa terkena kanker paru? 

Kanker paru-paru terjadi adanya mutasi sel di dalamnya. Perubahan sel tersebut disebabkan karena penderita menghirup udara yang mengandung bahan kimia berbahaya. 

Kalau Sahabat MIKA terlalu sering terpapar asap rokok secara terus-menerus, maka akan menyebabkan kerusakan sel dan jaringan tubuh. Sayangnya, hampir sebagian besar pasien kanker paru tidak sadar akan bahaya ini sekalipun ia bukanlah perokok. 

Sahabat MIKA, yuk simak seperti apa pengaruh perokok pasif dalam meningkatkan risiko kanker paru berikut ini:

Asap rokok bertahan selama berjam-jam

Terlalu sering menghirup asap rokok konvensional maupun rokok elektrik, sama dengan menghirup berbagai macam bahan kimia yang sifatnya beracun bagi tubuh. 

Apalagi sebagian besar asap berbahaya tidak terlihat, mudah menyebar, dan bertahan di udara selama berjam-jam. Asap yang bertahan di udara dalam waktu lama bisa menumpuk di pakaian maupun dinding, yang mana dapat terhirup orang non perokok. 

Perokok pasif menghirup asap secara langsung

Risiko kanker paru yang menyerang para perokok pasif ternyata lebih tinggi dibandingkan perokok aktif. 

Hal ini karena perokok aktif menghisap rokok langsung, yang mana dalam rokok tersebut terdapat filter. 

Sementara perokok pasif menghirup asap dari rokok langsung tanpa filter. Belum lagi asap yang keluar dari paru-paru orang yang merokok.

Zat karsinogen di dalam rokok membahayakan perokok pasif

Pada asap tembakau yang berasal dari rokok konvensional, terkandung sekitar 7.000 bahan kimia, yang diantaranya sangat berbahaya bagi kesehatan. Salah satu zat yang berbahaya ini adalah karsinogen yang dapat menyebabkan kanker paru-paru. 

Selain pada rokok tembakau, zat ini juga terkandung di dalam knalpot diesel, asbes, dan arsenik. Ketika perokok pasif menghirup racun karsinogen inilah yang dapat menyebabkan kanker paru. 

Jika 5 menit terpapar asap sama dengan merokok langsung

Berdasarkan sejumlah penelitian pada perokok pasif, dikutip dari Cleveland Clinic, kerusakan yang disebabkan oleh asap rokok terjadi dalam waktu lima menit. 

Lalu setelah lima menit terpapar asap rokok, arteri menjadi kurang fleksibel, seperti halnya terjadi pada orang yang sedang merokok. 

Kemudian 20-30 menit, darah mulai menggumpal, dan timbunan lemak di pembuluh darah meningkatkan risiko serangan jantung dan stroke. 

Dua jam terpapar asap rokok, detak jantung menjadi tidak teratur (aritmia) sehingga dapat berkembang dan memicu serangan jantung atau masalah jantung serius lainnya.

Untuk mengetahui lebih lanjut tentang hubungan asap rokok dan kanker paru, simak Bincang Sehat MIKA “Perokok Pasif Rentan terkena Kanker paru” bersama dr. Anthony Dometrius Tulak, Sp. P-FCCPS, FIRS 

Bahaya lain jika menjadi perokok pasif

Terlalu lama terpapar asap rokok setiap harinya, hanya akan mengancam kesehatan. Misalnya karena faktor pekerjaan yang membuat Sahabat MIKA harus berada di dekat kelompok perokok, dan mungkin sulit menghindari asap rokok setiap harinya. 

Pada ibu hamil dan anak-anak yang sering menghirup asap rokok juga bisa membahayakan kesehatan. 

Risiko penyakit yang mengancam perokok pasif

Berikut ancaman penyakit yang mungkin akan menyebabkan atau memperburuk berbagai kondisinya, jika terlalu sering terkena paparan asap rokok:  

  • Kanker
  • Serangan jantung
  • Penyakit jantung
  • Infeksi saluran pernafasan seperti pneumonia
  • Asma
  • Diabetes

Bahaya asap rokok bagi wanita hamil

Asap rokok memiliki risiko kesehatan yang juga berbahaya, tak hanya untuk ibu tetapi turut mempengaruhi janin yang dikandungnya. Pada ibu hamil terlalu sering terpapar asap rokok menimbulkan keguguran, lahir mati, kelahiran prematur atau kehamilan ektopik. 

Sementara janin yang sering terpapar asap rokok, membuat jumlah oksigen yang seharusnya diperoleh bayi menjadi lebih rendah. Hal ini meningkatkan detak jantung janin atau menurunkan berat badan lahir. 

Terpapar asap rokok yang terlalu sering, juga akan mempengaruhi perkembangan paru-paru bayi nantinya. 

Bahaya asap rokok bagi anak-anak

Paparan konstan dari asap rokok meningkatkan efek berbahaya bagi anak-anak.

Bahaya merokok di sekitar anak-anak lebih dari sekadar merusak kesehatan mereka melalui perokok pasif. Anak yang terlalu sering menjadi perokok pasif akan berisiko terkena penyakit seperti: 

  • Asma
  • Bakteri meningitis
  • kematian ranjang
  • Infeksi telinga tengah
  • Infeksi saluran pernapasan

Baca juga: 11 Gejala Kanker Paru yang Tak Boleh Diabaikan

Tips agar terhindar paparan asap rokok

Sayangnya, tidak ada pengobatan untuk menghirup asap rokok orang lain. Tetapi ada cara untuk mengelola paparannya dan mengobati kondisi yang terkait dengan inhalasi asap rokok.

Jika Sahabat MIKA sering berada di dekat perokok pasif, maka dapat mengurangi bahayanya dengan sejumlah cara, seperti: 

  • Menjauh dari perokok dan mencari tempat bebas asap rokok.
  • Memastikan tamu di rumah tahu bahwa mereka tidak boleh merokok di area rumah.
  • Hindari paparan asap rokok di dalam mobil. Sahabat MIKA minta agar menepi jika ada penumpang yang ingin merokok. 
  • Jauhkan anak-anak dari paparan asap rokok. 
  • Jika Sahabat MIKA adalah orangtua yang memiliki kebiasaan merokok, hindari kebiasaan ini karena banyak dampak buruk pada kesehatan.

Pentingnya konsultasi dan pemeriksaan rutin 

Ketika Sahabat MIKA sudah mengalami gejala yang mengarah pada kondisi kesehatan tertentu yang disebabkan oleh paparan asap rokok, maka bisa melakukan pengobatan sesuai diagnosa penyakitnya. 

Tetapi, bagaimana untuk mengetahui adanya risiko penyakit jika Anda tidak atau belum merasakan gejala, padahal sering terpapar asap rokok? 

Maka dari itulah, Jika Sahabat MIKA sering terpapar asap rokok karena lingkungan atau tempat kerja, maka konsultasikan dengan dokter dan melakukan medical check up

Ketika sudah mengalami gejala tertentu, maka dokter mungkin melakukan pengujian air liur (ludah), urine, atau tes darah untuk mengetahui jumlah nikotin yang dihirup. 

Jika diperlukan, tes fungsi paru juga bisa dilakukan untuk mengidentifikasi kondisi yang berkaitan dengan bahaya asap rokok, seperti asma hingga kanker paru. 

Untuk memudahkan ketika ingin melakukan janji temu dengan dokter, buat janji konsultasi terlebih dahulu secara online melalui website Mitra Keluarga. Sahabat MIKA juga bisa memanfaatkan layanan telemedicine yang dimiliki oleh Mitra Keluarga. 

Semoga informasi ini bermanfaat, ya!

Mitra Keluarga,

life.love.laughter

Artikel ini telah ditinjau oleh: dr. Alfaria Elia Rahma Putri