Masalah pelayanan kesehatan di rumah sakit

Pelayanan kesehatan termasuk dalam hak azasi warga negara Indonesia. Perlindungannya berada dalam lingkup Undang-undang Dasar 1945 Pasal 28 H ayat (1), (2), dan, (3) dan Pasal 34 ayat (1), 2), dan (3).

Dalam Pasal 34 ayat (3) disebutkan bahwa negara bertanggung jawab atas penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan dan fasilitas pelayanan umum yang layak. Namun pada prakteknya masih terdapat empat masalah utama pelayanan kesehatan di Indonesia.

Menurut Suryo Suwignjo, Presiden Direktur Philips Indonesia, ada empat hal terkait layanan kesehatan, yakni; Accessibility, Capability, Capacity, dan Affordability. "Untuk Accessibility, memang sekarang sudah banyak rumah sakit. Tapi hanya mengelompok di kota-kota tertentu, kota-kota besar, terutama pelayanan rumah sakit yang bentuknya spesialis," ujar Suryo dalam forum Diskusi Philips HealthTech dengan tema 'Peran Teknologi dalam Meningkatkan Akses Kesehatan' di bilangan Menteng, Jakarta Pusat, pekan lalu.

"Bayangkan orang di pedalaman di mana orang harus tiga hingga empat jam naik perahu untuk menuju ke Rumah Sakit, ditambah harus menyambung lagi satu jam dengan naik kendaraan darat. Mereka terkadang punya biaya untuk berobat tapi ngga punya biaya untuk transportasinya," tambah Suryo.

Untuk Capability adalah kendala di mana tenaga-tenaga dokter umum mungkin memang banyak, tetapi tidak dengan dokter-dokter spesialis. Sedangkan menyoal Capacity, alat-alat medis dengan terobosan-terobosan inovatif yang belum dimiliki oleh banyak rumah sakit. Kalau pun ada, ketersediaannya terbatas sehingga tidak mampu mengakomodir jumlah pasien yang banyak.

"Affordability adalah apakah mereka (pasien) mampu berobat? Problem kita ada di empat area (Accessibility, Capability, Capacity, dan Affordability) itu," lanjut Suryo.

Menurut Fajaruddin Sihombing, selaku perwakilan dari Asosiasi Rumah Sakit Swasta Indonesia, apa yang dikatakan Suryo adalah realita yang terjadi di Indonesia. Keempat masalah inilah yang memang butuh atensi khusus agar pemerataan pelayanan kesehatan dapat terlaksana.

"Banyak faktor-faktor yang memengaruhi kualitas pelayanan nantinya. Faskes dan subsistem lainnya harus bisa saling dukung," ujar Fajaruddin saat berbincang di kesempatan yang sama.

Bentuk pelayanan kesehatan dapat ditingkatkan dengan kehadiran teknologi. Sebab dengan teknologi nantinya akan membantu untuk peningkatan efisiensi biaya pelayanan rumah sakit. Sebagai contoh adalah kerja sama antara dokter di Amerika Serikat dengan di India.

Tenaga-tenaga ahli medis merupakan tenaga mahal di AS. Mereka berusaha memikirkan bagaimana cara menekan biaya jasa mereka dengan menggunakan teknologi dan bekerja sama dengan tenaga ahli kesehatan di India. Dua negara yang memiliki beda waktu 12 jam ini kemudian saling bekerja sama dalam melakukan diagnosa.

Waktu pagi AS, dokter melakukan tes radiologi, kemudian mereka pun mengirimkan ke India untuk dibaca hasilnya oleh ahli radiologi di India. Ahli radiologi India pun mengirimkan hasil diagnosanya dan kemudian dokter di AS bisa mengambil tindakan medis selanjutnya berdasarkan hasil diagnosa dari India. Diharapkan inilah nantinya yang bisa diaplikasikan di Indonesia.

"Dokter-dokter di pedalaman dapat melakukan tes-tes radiologi kemudian mengirimkan hasilnya ke dokter ahli di kota. Dan nantinya, hasil diagnosa bisa diberikan untuk tindakan medis selanjutnya," Suryo memberikan pengandaian.

Atas beberapa solusi teknologi yang diberikan Suryo bersama layanan kesehatan Phillips, Fajaruddin mengaku mendukung karena memang diperlukan sinergi antara para stake-holder untuk mengatasi masalah ini.

"Asosiasi Rumah Sakit Swasta saat ini sudah melakukan penghitungan biaya pelayanan rumah sakit yang mencakup tiga komponen, yaitu lama perawatan, ketenagaan medis yang terlibat dan komponen-komponen pendukung. Bila penggunaan teknologi mampu menjawab ketiga komponen tersebut maka memang teknologi kita butuhkan dan tidak akan bisa dielakkan," tutup Fajaruddin.

(vem/zzu)

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Berbicara tentang rumah sakit pastinya sangat dekat dengan pelayanan kesehatan, pengobatan, perawatan, pembiayaan dan berbagai hal yang berbau kesehatan. Dalam pelaksanaan perawatan dirumah sakit dibutuhkan sistem pelayanan kesehatan yang maksimal yaitu untuk mencapai keberhasilan dalam perawatan kesehatan. Pelayanan kesehatan merupakan salah satu bentuk pelayanan yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat, pelayanan kesehatan merupakan pemeliharaan atau peningkatan status kesehatan melalui usaha preventif (pencegahan), sistem pelayanan kesehatan akan berjalan baik apabila memiliki mekanisme pembiayaan, tenaga kerja yang baik dan dibayar dengan memadai, fasilitas kesehatan terpelihara, dan pemberian obat-obatan yang berkualitas.

Jenis Pelayanan kesehatan meliputi:

  • Pelayanan kesehatan primer (primary health care) yaitu pelayanan kesehatan utama yang pertama dibutuhkan pada saat masyarakat mengalami gangguan pada kesehatannya.

  • Pelayanan kesehatan sekunder (secondary health care) yaitu pelayanan yang dibutuhkan oleh masyarakat seperti pelayanan rawat inap, atau rawat jalan.

  • Pelayanan kesehatan tersier (tertiary health care) yaitu pelayanan yang dibutuhkan masyarakat pada pelayanan jalan maupun pelayanan rawat inap (rehabilitasi) di masyarakat.

 Kualitas pelayanan kesehatan ditentukan oleh konsumen atau pasien. Salah satu sarana pelayanan yang penting dalam pemberian pelayanan kesehatan kepada masyarakat adalah rumah sakit. Rumah sakit merupakan pusat pelatihan tenaga kesehatan dan pusat penelitian medis. Rumah sakit adalah insitusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan secara individu baik itu pelayanan rawat inap maupun gawat darurat.

Tujuan adanya rumah sakit adalah agar terlaksananya upaya pelayanan kesehatan dengan baik yaitu fokus mengutamakan pemulihan dan penyembuhan pasien. Dibalik tujuan yang besar dari rumah sakit, mengapa kita masih banyak mendengar keluhan-keluhan masyarakat dengan berbagai variasi, baik pada pelayanan, pengobatan, administrasi kesehatan dan lainnya. Bukankah rumah sakit harus menjaga kepercayaan dari konsumen dengan memperhatikan apa yang dibutuhkan oleh konsumen. Apakah ada hambatan dalam pelayanan kesehatan dan apa penyebabnya?

Seringkali kita mendengar masyarakat mengeluh tentang pelayanan kesehatan dirumah sakit, keluhan- keluhan yang seharusnya dipindai oleh rumah sakit agar konsumen dapat mempercayainya. Keluhan-keluhan masyarakat pada pelayanan kesehatan dirumah sakit meliputi pelayanan yang lamban, perawat yang kurang ramah dan tidak komunikatif, administrasi yang menyulitkan sehingga pasien yang sangat membutuhkan pelayanan segera itu terhambat akibat administrasi.

Bukan hanya itu, sering juga terjadinya pemakaian berbagai obat secara tidak tepat yang pada akhirnya menyebabkan ketidak efektifan biaya, membuat tambah parah kepada pasien, dan pasien yang harus menunggu lama, padahal membutuhkan pengobatan segera mungkin. Pelayanan yang pada dasarnya ditujukan kepada seluruh masyarakat tanpa membeda-bedakan jenis kelamin, golongan umur, dan perbedaan kasta yang seharusnya memberikan pelayanan yang adil kepada masyarakat yang membutuhkannya. Dalam pelaksanaan kesehatan dibutuhkan pembiayaan kesehatan untuk memenuhi hak mendasar pada masyarakat.

Pembiayaan kesehatan di Indonesia lebih banyak didominasi oleh masyarakat dibandingkan pemerintah. Meskipun di setiap rumah sakit ada jaminan kesehatan bagi masyarakat kurang mampu tetapi mereka terkadang terpaksa harus mengeluarkan biaya sendiri karena kurangnya pelayanan di administrasi karena mungkin ada pasien yang membutuhkan pelayanan darurat tetapi terhambat karena diutamakan pembiayaan terlebih dahulu daripada pengobatan.

Pelayanan kesehatan sering tidak sebanding dengan biaya yang dikeluarkan. Rumah sakit terkadang tidak melayani pasien dengan baik dan ramah. Pasien yang berobat keluar negeri terus meningkat karna pandangan masyarakat Indonesia mengenai kualitas pelayanan kesehatan di Indonesia semakin menurun. Banyak kita lihat masyarakat lebih memilih ke luar negeri untuk berobat diibandingkan berobat negara sendiri. Alasannya karena pelayanan kesehatan yang kurang memuaskan, pengobatan yang kurang efektif dan lain sebagainya. Di negara lain, mereka lebih memprioritaskan kesehatan pasiennya dari segi pengobatan daripada biaya. Sedangkan yang kita temui dilingkungan kita banyak rumah sakit yang tidak memprioritaskan kesehatan pasien terlebih dahulu. Selain itu, pada pelayanan kesehatan juga terjadi perbedaan kasta dimana pasien dengan ekonomi tinggi di prioritaskan dibandingkan ekonomi rendah padahal kebutuhan mereka sama, mereka sama sama masyarakat yang membutuhkan pengobatan, sama sama ingin sembuh hanya karna perbedaan kasta mereka dibedakan padahal kebutuhan mereka sama.

Dimasa sekarang semua dikendalikan secara sistem online, saya mengakui bahwa sistem online sangat membantu dan memudahkan masyarakat dalam hal seperti pendaftaran untuk berobat dan lainnya. Namun disisi lain ada banyak juga masyarakat yang tidak memahami sistem tersebut dan kebanyakan mereka yang berasal dari pendesaan dan juga dari kalangan masyarakat yang lansia. Ketika mereka datang untuk berobat mereka akan kesulitan jika tidak didampingi keluarga yang memahami sistem tersebut. Mungkin di Sebagian rumah sakit diajarkan bagaimana penerapan sistem tersebut lalu bagaimana dengan mereka yang membutuhkan pelayanan darurat, tentunya pengobatannya akan terhambat. Seharusnya jika diterapkan sistem online tersebut ada baiknya jika dilakukan terlebih dahulu edukasi bagaimana cara pemakainnya agar masyarakat yang mungkin tinggal dipendesaan bisa lebih mengetahui tentang penerapan sistem online itu.

Pembiayaan pada kesehatan keseringan terpakai untuk hal yang bisa dikatakan kurangnya pemakaian seperti pada pendaan alat kesehatan di rumah sakit, yang sebenarnya dana dari pembiayaan alat yang kurang dipakai atau digunakan bisa di kelola untuk pembiayaan kesehatan lainnya seperti pembiayaan untuk ambulans pasien yang dirujuk antar kota atau kapubaten ataupun biaya tiket pesawat pasien dari rumah sakit daerah ke rumah sakit nasional. Menurut saya hal-hal seperti itu harus lebih diperhatikan karna banyak pasien dengan penyakit yang harus segera ditangani dan diobati, karna Ketika rumah sakit didaerah pasien tidak dapat menanganinya, mereka pihak rumah sakit akan merujuk ke rumah sakit pusat untuk pengobatan lebih lanjut dan yang lebih baik.

Kita lihat dinegara kita di Indonesia banyak masyarakat yang tinggal di pendesaan atau lautan tidak mendapatkan pelayanan kesehatan yang memuaskan contohnya ketika ada ibu yang ingin melahirkan mereka tidak dapat ditangani dengan cepat karena memakan waktu untuk menyeberangi lautan atau perjalanan yang jauh ke rumah sakit untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang tepat. Mengapa pemerintah tidak lebih memperhatikan penanggulangan pada penduduk yang tinggal di pendesaan atau pelautan, seperti mengadakan ambulans air yang akan cepat mengatasi jika ada pasien darurat dan lain sebagainya.