Makalah hubungan timbal balik antara lingkungan PENDIDIKAN

1. Pengaruh Timbal Balik antara Sekolah dan Masyarakat  Masyarakat sebagai penghubung dari pihak sekolah dengan masyarakat harus selalu dipelihara dengan baik karena sekolah akan selalu berhubungan dengan masyarakat, tidak bisa lepas darinya sebagai partner sekolah dalam mencapai kesuksesan sekolah itu sendiri. Prestise sekolah semakin tinggi di mata masyarakat jika sekolah mampu melahirkan peserta didik yang cerdas, berkepribadian dan mampu mengaplikasikan ilmu yang diperolehnya dalam memajukan masyarakat. Sekolah harus selalu siap mengantarkan peserta didik terjun langsung ke masyarakat diantaranya dengan membekali peserta didik dengan pengetahuan, nilai-nilai dan ketrampilan-ketrampilan khusus baik melalui kegiatan intra maupun ekstra.  Sebagai makhluk sosial manusia tidak dapat dipisahkan dari komunitasnya dan setiap orang di dunia ini tidak ada yang dapat berdiri sendiri melakukan segala aktivitas untuk memenuhi kebutuhannya, tanpa bantuan orang lain. Secara alamiah, manusia melakukan interaksi dengan lingkungannya, baik sesama manusia maupun dengan makhluk hidup lainnya.

 Pengaruh masyarakat terhadap sekolah sebagai lembaga sosial, terasa amat kuat dan berpengaruh pula kepada para individu-individu yang ada dalam lingkungan sekolah. Lingkungan di mana sekolah berada, merupakan masyarakat yang bersifat kompleks, terdiri dari berbagai macam tingkatan masyarakat yang saling melengkapi (overlapping), dan bersifat unik, sebagai akibat latar belakang dimensi budaya yang beraneka ragam. Contoh hubungan timbal balik : 

- Mengikutsertakan guru dan siswa dalam kegiatan masyarakat Partisipasi warga sekolah, termasuk guru dan siswa dalam kegiatan masyarakat sekitarnya.

- Menyediakan fasilitas sekolah untuk keperluan masyarakat.

- Mengikutsertakan pemuka atau tenaga ahli di masyarakat ke dalam kegiatan kurikuler atau ekstra kurikuler.

2. Memanfaatkan Masyarakat sebagai Lingkungan pendidikan dalam konteks pendidikan, masyarakat  merupakan lingkungan ketiga setelah keluarga  dan sekolah. Lingkungan masyarakat mempunyai peran penting dalam menunjang proses belajar anak. Syam (1984) menyatakan bahwa hubungan masyarakat dengan pendidikan sangat bersifat korelatif, bahkan seperti telur dengan ayam. Masyarakat maju karena pendidikan dan pendidikan yang maju hanya ditemukan dalam masyarakat yang maju pula. Untuk itu sebagai warga masyarakat kita ciptakan suasana belajar yang kondusif. Agar dapat mendukung proses belajar anak. Sebutan masyarakat yang maju ialah masyarakat madani. Masyarakat tersebut dapat dijadikan contoh untuk pembelajaran sepanjang hayat. Karena di dalamnya mereka saling toleransi, tolong menolong dan suka dengan kedamaian. Tidak bisa dipungkiri bahwa lingkungan masyarakat memberikan pengaruh yang besar terhadap proses belajar anak. Semua hal dan kejadian-kejadian yang ada di sekitar anak mempunyai pengaruh langsung terhadap pembentukan dan perkembangan anak. Lingkungan dapat memberikan pengaruh positif terhadap pembentukan dan perkembangan, tetapi sebaliknya lingkungan dapat pula memberikan pengaruh yang negatif. Indrakusuma (1973: 32) menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan pengaruh yang positif ialah apabila lingkungan itu memberikan kesempatan yang baik serta memberikan dorongan atau motivasi terhadap pembentukan dan perkembangan anak. Sedang yang dimaksud dengan pengaruh yang negatif ialah, apabila lingkungan itu tidak memberikan kesempatan yang baik dan bahkan menghambat terhadap proses pembelajaran dan pendidikan. Lingkungan masyarakat adalah lingkungan pendidikan non formal yang memberikan pendidikan secara sengaja, terencana dan terarah kepada seluruh anggotanya yang pluralistik (majemuk) tetapi tidak dipersyaratkan berjenjang dan berkesinambungan serta dengan aturan-aturan yang lebih longgar untuk mengarahkan menjadi anggota masyarakat yang baik demi tercapainya kesejahteraan bersama.

3. Kerjasama antara sekolah dan keluarga

 Institusi keluarga dan sekolah semestinya Secara sinkron dan integrated dalam memberikan pengaruh-pengaruh pendidikan kepada anak. (Imam Suprayogo,2004: 4). Kerena alasan sibuk, tidak jarang keluarga merasa cukup menyerahkan pendidikan kepada sekolah. Di sekolah anak-anak diajari untuk beribadah; namun sesampainya di rumah, kerena kesibukan orangtuanya, anak tidak dapat memperoleh contoh atau teladan dari orangtua mereka, yang lebih parah adalah ketika anak sudah mulai tertarik untuk menerapkan ajaran agama; namun, orangtua tidak hanya menyambut kemajuan ini, tetapi malah mematahkanya dengan perilaku orangtua yang tidak taat beribadah. Usaha-usaha yang dilakukan agar terbentuk kerjasama antara sekolah dengan keluarga. 

- Orang tua membaca buku komunikasi anak untuk mengetahui informasi berkaitan dengan sekolah dan catatan-catatan yang dibuat anak.

- Orang tua / wali diharapkan selalu memenuhi undangan atau panggilan dari sekolah sehubungan dengan kegiatan pembelajaran anak..

- Orang tua /wali murid mengupayakan agar anak makan pagi sebelum masuk sekolah dan membekali anak dengan makanan sehat.

- Murid tidak diperkenankan menelepon atau menerima telepon di sekolah. Jika perlu orang tua / wali dapat menitipkan pesan kepada anak melalui karyawan tata usaha. Jika murid sakit, sekolah akan segera menghubungi orang tua / wali murid untuk menjemput.

4. Kerjasama antara ketiga Lingkungan Pendidikan Ketiga lingkungan pendidikan tersebut oleh Ki Hadjar Dewantara disebut dengan istilah tripusat pendidikan. Istilah tersebut diperkenalkan oleh Ki Hadjar Dewantara yang menggambarkan lingkungan pendidikan di sekitar manusia yang mempengaruhi perilaku seseorang. Konsep tripusat pendidikan tersebut tidak bisa diabaikan. Sistem pendidikan nasional ini tidak ditempatkan di dalam lingkungan sekolah saja, akan tetapi ada keikutsertaan atau peran keluarga dan masyarakat yang turut menentukan sukses dan gagalnya sebuah pendidikan (Wardani, 2017). Tripusat pendidikan semestinya secara sinkron dan integrated bekerjasama dalam melaksanakan pendidikan karakter. Hal ini bisa saja terkendala karena dipengaruhi oleh beberapa faktor misalnya sekolah kerap kali bekerja sendirian (eksklusif) dan kurang melibatkan orangtua siswa dan berbagai komunitas karakter (masyarakat). Padahal pendidikan karakter yang berhasil merupakan buah dari kerjasama yang baik antara pihak keluarga dan masyarakat. Karakter yang baik diajarkan di rumah dan sekolah membutuhkan peneguhan dalam masyarakat (Saptono, 2011). Hubungan antara keluarga dan sekolah terjadi pada kerja sama orang tua dengan pihak guru, mengupayakan terjadinya kerjasama yang baik antar sekolah dengan masyarakat untuk kebaikan bersama, atau secara khusus bagi sekolah penjalinan hubungan tersebut adalah untuk mensuksekan program-program sekolah yang bersangkutan sehingga sekolah tersebut bisa tetap eksis. Sebagai suatu sistem sosial, ikatan kekeluargaan di dalamnya membantu anak dalam mengembangkan sikap persahabatan, cinta kasih, hubungan antar pribadi, kerja sama, disiplin, tingkah laku yang baik, serta pengakuan akan kewibawaan. Daftar Pustaka 26Http://id.shvoong.com/business - management/entrepreneurship/1943506-pengertian-kerja-sama/, hl. 1

Wahyosumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah (Jakarta: 2001), cet. II, hl. 331-332.

Jurnal Madrasah Ibtidaiyah. Vol 1, No. 1, Oktober 2015. Hal 55-56 Jurnal  Madrasah Ibtidaiyah. Vol 3, No. 1, Oktober 2017. Hal 79-80 Choiri, Moh. Miftahul / Jurnal Refleksi Edukatika 8 (1) (2017). Hal 90-91


Page 2


Lingkungan secara umum diartikan sebagai kesatuan ruang dengan segala benda, daya, keadaan, dan mahluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta mahluk hidupa lainnya. Lingkungan dibedakan menajdi lingkungan alam hayati, lingkungan alam non hayati, lingkungan buatan dan lingkungan sosial. Sebagai contoh saat berada di sekolah, lingkungan biotiknya berupa teman-teman sekolah, bapak ibu guru serta karyawan, dan semua orang yang ada di sekolah, juga berbagai jenis tumbuhan yang ada di kebun sekolah serta hewan- hewan yang ada di sekitarnya. Adapun lingkungan abiotik berupa udara, meja kursi, papan tulis, gedung sekolah, dan berbagai macam benda mati yang ada di sekitar.

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran atau pelatihan agar peserta didik secara aktif dapat mengembangkan potensi dirinya supaya memiliki kekuatan spiritual keagamaan, emosional, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat.

Sedangkan lingkungan pendidikan dapat diartikan sebagai berbgai faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap praktek pendidikan. Lingkungan pendidikan sebagai berbagai lingkungan tempat berlangsungnya proses pendidikan, yang merupakan bagian dari lingkungan sosial.    

           B.   Pengaruh Lingkungan Terhadap Hasil Belajar Anak

Pengaruh lingkungan terhadap prestasi/hasil belajar siswa hanya ada dua, yaitu meningkatkan atau malah menurunkan prestasi siswa itu sendiri. Berikut adalah beberapa contoh lingkungan dan faktor-faktornya yang bisa memberikan pengaruh positif maupun negatif pada siswa.

Keluarga adalah lingkungan sosial pertama yang dikenal oleh seorang siswa. Suasana keluarga yang kondusif bagi siswa untuk belajar, tentu bisa meningkatkan prestasi siswa itu sendiri. Sebaliknya, bila dalam keluarga itu sendiri tercipta suasana yang tidak mendukung siswa untuk belajar, tentu saja prestasi siswa di sekolah tidak akan bagus. Berikut adalah beberapa tips agar siswa semangat belajar dari segi lingkungan keluarga.

  • Sebaiknya orang tua atau saudara, selalu memberi semangat dan motivasi dalam bentuk apapun agar siswa menjadi giat belajar.
  • Kehidupan rumah tangga yang harmonis juga berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa. Keadaan keluarga dimana ayah dan ibu yang selalu bertengkar, akan membuat siswa menjadi malas untuk belajar di rumah dan lebih memilih untuk keluar jalan-jalan untuk mengusir rasa kesal.
  • Orang tua yang menerapkan disiplin pada siswa pasti akan sangat bermanfaat. Siswa akan tumbuh menjadi anak yang disiplin dan tentu saja prestasi belajarnya akan meningkat            

Pengaruh lingkungan ini terhadap prestasi belajar siswa cukup besar, karena sekolah adalah lingkungan sosial kedua setelah keluarga yang akan dikenal oleh siswa. Berikut ini adalah hal-hal yang akan mempengaruhi prestasi belajar siswa dari segi lingkungan sekolah.

  • Fasilitas sekolah yang lengkap akan membuat siswa termotivasi untuk belajar. Fasilitas yang dimaksud misalnya perpustakaan dengan buku yang lengkap, laboratorium dengan peralatan yang memadai, atau fasilitas komputer bila perlu.
  • Teman-teman siswa di sekolah yang punya sifat rajin atau telah memiliki prestasi bagus, tentu akan mendorong siswa untuk meningkatkan prestasinya dengan tujuan bisa setara atau bahkan melebihi teman-temannya.
  • Sekolah yang baik adalah sekolah yang memiliki guru-guru yang berkualitas. Mulai dari cara mengajarnya, cara memberi motivasi, atau cara mereka memberi perhatian pada siswa-siswanya. Hal ini tentu memberi pengaruh besar terhadap prestasi siswa.

Pengaruh lingkungan terhadap prestasi belajar memang sangat besar, apalagi bila menyangkut lingkungan pergaulan siswa itu sendiri. Jika siswa bisa memilih pergaulan yang tepat, tentu tidak masalah, tapi kadang siswa banyak yang terjebak dalam pergaulan yang tidak baik, yang akhirnya berujung pada penurunan prestasi sekolah. Contohnya bergaul dengan teman yang suka malas belajar, suka bermain game, teman dengan gaya hidup mewah yang melupakan pendidikan, dan masih banyak lagi. Hal-hal negatif seperti itu hanya akan membuat siswa menjadi lupa akan kepentingan belajar. Untuk menghindari hal-hal seperti ini, kontrol orang tua sebagai orang terdekat dengan siswa sangatlah diperlukan. Perhatikan putra-putri Anda setiap saat, kontrol bagaimana perkembangan mereka di sekolah, perhatikan juga siapa saja teman-temannya, apakah mereka membawa dampak baik atau buruk.

Proses mencapai tujuan pendidikan untuk menghasilkan manusia yang unggu baik secara pribadi maupun penguasaan ilmu pengetahuan tidak hanya tergantung tentang bagaiamana sistem pendidikan di jalankan oleh lingkungan pendidikan formal. Namun juga dipengaruhi oleh lingkungan keluarga serta lingkungan masyarakat.

Antara lingkungan pendidikan yang satu dan lingkungan yang lain yang disebut sebgaia tripusat pendidikan tidak dapat berdiri sendiri, namun ada hubungan saling mempengaruhi diantara lingkungan pendidikan.


Munib Achmad, dkk. 2007. Pengantar Ilmu Pendidikan. Semarang. UPT MKK

Tirtarahardja, Umar dan S.L. La Sulo. 2005. Pengantar Pendidikan. Jakarta: