Mereka yang minum alkohol, pasti tahu rasanya terbangun dengan sakit di belakang kepala, berusaha untuk mengingat apa yang kita katakan dan lakukan saat minum berat semalam. Kemudian tiba-tiba, memori tersebut muncul kembali dengan jelas. Show Alkohol meleluasakan kita, membuat kita mengatakan dan melakukan hal-hal yang seharusnya kita hindari. Orang-orang sering minum karena merasa alkohol menimbulkan keberanian dalam diri mereka saat menghadapi situasi yang sulit. Kita mengerti kenapa minum alkohol dilakukan sebelum melakukan kencan buta atau acara sosial lain - alkohol dapat membantu menenangkan saraf kita dan menumbuhkan rasa percaya diri. Ini karena alkohol memiliki efek depresan yang membuat kita merasa lebih rileks. Tentu saja, efek alkohol tidak semuanya positif. Kita memiliki julukan untuk karakter kita yang muncul setelah minum beberapa gelas. Mungkin Anda adalah “pemabuk yang bahagia”, atau mungkin Anda punya reputasi sebagai “pemabuk yang rusuh” yang mudah tersinggung setelah terkena alkohol. Join 175,000 people who subscribe to free evidence-based news.Hubungan antara alkohol dan perilaku antisosial didokumentasikan dengan rinci - baik dengan anekdot maupun dalam penelitian. Banyak pertengkaran dan pertikaian berasal dari seseorang yang minum terlalu banyak. Para ilmuwan percaya kita berperilaku seperti ini ketika mabuk karena kita salah menafsirkan situasi sosial dan kehilangan rasa empati kita. Intinya, begitu kita mulai melontarkan makian dan limbung karena mabuk, kemampuan kita untuk memahami atau berbagi emosi dengan orang lain juga ikut hilang. Bertanggungjawab atas keputusan di saat mabukJika seseorang melakukan sesuatu yang salah ketika berada di bawah pengaruh alkohol, kita cenderung untuk memberikan mereka pengertian dan tidak meminta pertanggungjawaban atas perilaku mereka. Hal yang sama juga kita terapkan ke kita sendiri. Tapi dalam penelitian kami, kami berusaha untuk mendapatkan gambaran yang jelas bagaimana keterkaitan antara minum alkohol, empati, dan perilaku moral. Walau mengonsumsi alkohol dapat mempengaruhi empati kita, membuat kita merespons secara tidak tepat terhadap emosi dan reaksi orang lain, ini tidak serta merta mengubah standar moral kita, atau prinsip-prinsip yang kita gunakan untuk membedakan antara apa yang benar dan apa yang salah. Dalam sebuah eksperimen, kami memberi peserta satu gelas vodka dan mengukur empati dan pilihan moral mereka. Kami menunjukkan pada mereka gambar berbagai orang dengan ekspresi emosi yang berbeda. Setelah meminum vodka yang lebih banyak, para peserta merespons secara tidak tepat terhadap gambaran emosional ini: mereka mereka merespons positif terhadap wajah sedih dan merespons negatif terhadap wajah bahagia. Semakin orang mabuk, semakin lemah empati mereka – meminum beberapa gelas minuman memperlemah kemampuan orang untuk memahami dan berbagi emosi dengan orang lain. Tapi apakah ini semua mempengaruhi moralitas mereka? Kami meminta para peserta memberi tahu kami apa yang mereka akan lakukan ketika berada pada dilema moral dan kemudian juga melihat apa yang sebenarnya mereka lakukan dalam simulasi dilema moral di Virtual Reality. Pertimbangkan apa yang mungkin Anda lakukan dalam salah satu situasi ini:
Walau alkohol dapat telah melemahkan empati peserta kami, namun hal itu tidak berpengaruh pada bagaimana mereka menilai situasi moral ini atau bagaimana mereka bertindak. Jika seseorang memilih untuk mengorbankan satu orang untuk menyelamatkan lebih banyak nyawa pada saat sadar, mereka akan melakukan hal yang sama ketika mabuk. Jika ia menolak untuk mengorbankan nyawa orang tersebut karena mereka yakin bahwa membunuh itu salah terlepas akibatnya, mereka juga akan melakukan hal yang sama ketika mabuk. Kita mungkin percaya bahwa alkohol mengubah kepribadian kita, tapi kenyataannya tidak demikian Anda masih orang yang sama setelah minum - rasa moralitas Anda tetap ada Jadi, walau alkohol mungkin mempengaruhi cara kita menafsirkan dan memahami emosi orang lain, kita tidak bisa menyalahkan perilaku amoral kita pada alkohol. Ketika mabuk, Anda masih memiliki prinsip moral yang sama. Jadi Anda bertanggung jawab atas tindakan moral dan amoral anda, tidak peduli Anda mabuk atau tidak. Fahri Nur Muharom menerjemahkan artikel ini dari Bahasa Inggris. If so, you’ll be interested in our free daily newsletter. It’s filled with the insights of academic experts, written so that everyone can understand what’s going on in the world. With the latest scientific discoveries, thoughtful analysis on political issues and research-based life tips, each email is filled with articles that will inform you and often intrigue you.
Editor and General Manager Find peace of mind, and the facts, with experts. Add evidence-based articles to your news digest. No uninformed commentariat. Just experts. 90,000 of them have written for us. They trust us. Give it a go. If you found the article you just read to be insightful, you’ll be interested in our free daily newsletter. It’s filled with the insights of academic experts, written so that everyone can understand what’s going on in the world. Each newsletter has articles that will inform and intrigue you. Komentari artikel ini
Kecanduan alkohol adalah kondisi ketika seseorang mengalami ketergantungan akan alkohol dan sulit untuk mengendalikan konsumsinya. Ada beberapa istilah lain yang digunakan untuk kondisi ini, yaitu alkoholisme dan gangguan penggunaan alkohol (alcohol use disorder). Pola konsumsi alkohol yang berlebihan bisa menimbulkan masalah serius pada kesehatan dan kehidupan sosial seseorang. Namun, orang yang kecanduan alkohol tidak dapat berhenti mengonsumsi alkohol, walau ia sadar bahwa kebiasaan tersebut telah menyebabkan masalah pada dirinya. Penyebab Kecanduan AlkoholKecanduan alkohol terjadi akibat konsumsi alkohol yang terlalu banyak sehingga kadarnya cukup untuk membuat perubahan kimiawi di otak. Perubahan kimiawi ini meningkatkan sensasi puas saat minum alkohol, sehingga memicu penderitanya untuk lebih sering meminumnya. Seiring waktu, sensasi puas yang dirasakan dari minum alkohol akan hilang. Oleh karena itu, penderita akan tetap minum alkohol untuk mencegah gejala putus zat yang dapat muncul ketika penderita tidak minum alkohol. Banyak faktor yang dapat memengaruhi seseorang mengalami kecanduan alkohol, antara lain:
Gejala Kecanduan AlkoholAlkohol merupakan zat kimia kuat yang dapat menyebabkan beragam efek pada tubuh. Efek yang disebabkan bisa bersifat ringan, sedang, atau berat, dan bisa terjadi untuk waktu yang singkat maupun jangka panjang. Berikut ini adalah beberapa gejala yang menandakan seseorang telah kecanduan alkohol:
Pada kasus tertentu, penderita kecanduan alkohol dapat mengalami gejala keracunan alkohol. Keracunan alkohol terjadi akibat peningkatan kadar alkohol dalam darah. Semakin tinggi kadar alkohol dalam darah, maka semakin parah kondisi yang dapat dialami. Keracunan alkohol dapat menyebabkan gangguan perilaku dan gangguan mental, yang meliputi suasana hati yang tidak stabil, bicara tidak jelas, berperilaku tidak pantas, kesulitan berkonsentrasi dan menilai keadaan, serta koordinasi tubuh yang buruk. Keracunan alkohol juga dapat menyebabkan penderita tidak dapat mengingat kejadian-kejadian yang dialami, atau disebut dengan blackout. Kadar alkohol dalam darah yang sangat tinggi juga dapat menyebabkan koma atau bahkan kematian. Kapan Harus ke DokterLakukan pemeriksaan ke dokter atau psikiater jika Anda merasa terlalu banyak minum alkohol, walaupun hanya sekali-sekali. Anda juga perlu memeriksakan diri ke dokter jika kebiasaan minum alkohol Anda telah menyebabkan masalah, atau jika keluarga dan kerabat Anda merasa terganggu dengan kebiasaan minum alkohol Anda. Bagi orang tua, sangat penting untuk selalu waspada terhadap gejala yang mungkin menandakan kecanduan alkohol pada anak, seperti:
Dalam hal ini, pencegahan dini sangat penting untuk dilakukan agar anak dapat terhindar dari beragam masalah yang dapat timbul akibat kecanduan alkohol. Diagnosis Kecanduan AlkoholProses diagnosis kecanduan alkohol akan dimulai dengan melakukan tanya jawab terkait kebiasaan minum alkohol yang dimiliki pasien. Dokter juga mungkin akan bertanya hal tersebut pada keluarga dan kerabat pasien. Kecanduan alkohol dapat menimbulkan dampak pada tubuh pasien. Oleh karena itu, dokter juga akan menanyakan keluhan yang mungkin dirasakan dan riwayat kesehatan pasien, lalu dilanjutkan dengan melakukan pemeriksaan fisik. Untuk memastikan diagnosis, dokter juga akan menjalankan serangkaian pemeriksaan penunjang, seperti:
Pengobatan Kecanduan AlkoholAda beberapa metode yang dapat dilakukan untuk mengatasi kecanduan alkohol. Metode yang digunakan akan disesuaikan dengan tingkat kecanduan dan tujuan terapi. Metode tersebut meliputi: 1. KonselingKonseling, baik secara pribadi maupun dengan bergabung ke dalam kelompok konseling, dapat membantu pasien memahami masalah kecanduannya. Salah satu metode konseling yang dapat digunakan adalah terapi perilaku kognitif. Pada terapi ini, pasien akan diberi tahu mengenai bahaya alkohol bagi kesehatan dan kehidupan sosialnya. Setelah itu, pasien akan dibantu untuk memperbaiki pola pikirnya yang salah tentang konsumsi alkohol. Pasien juga akan diberi saran terkait hal-hal yang dapat dilakukan untuk mengurangi konsumsi alkohol, misalnya dengan mencatat jumlah konsumsi alkohol selama 1 minggu, atau mengganti alkohol dengan minuman ringan. 2. DetoksifikasiPasien kecanduan alkohol umumnya disarankan untuk menghentikan konsumsi alkohol secara bertahap. Namun, ada beberapa kondisi yang membuat pasien perlu untuk menghentikan konsumsi alkohol secara total atau langsung, yaitu:
Pada kasus kecanduan berat, pasien perlu dirawat di rumah sakit untuk menghentikan konsumsi alkohol. Hal ini karena biasanya gejala putus zat yang muncul juga berat dan membutuhkan penanganan medis. Gejala putus zat dapat bersifat parah selama 48 jam pertama, dan kemudian akan membaik seiring dengan penurunan kadar alkohol dalam tubuh. Keseluruhan proses ini umumnya berlangsung 3–7 hari sejak terakhir pasien mengonsumsi alkohol. Jika kecanduan alkohol termasuk ringan atau sedang, proses detoksifikasi dapat dilakukan di rumah dengan arahan dan pengawasan dokter. Jika gejala putus alkohol cukup berat, dokter bisa memberikan resep obat untuk dikonsumsi di rumah. 3. Terapi obat-obatanJika dibutuhkan, dokter akan meresepkan obat-obatan, seperti naltrekson, akamprosat, atau disulfiram, untuk membantu proses pemulihan kecanduan alkohol. 4. Perubahan gaya hidupPerubahan gaya hidup merupakan langkah yang penting dalam mengatasi kecanduan alkohol. Dalam hal ini, pasien perlu mulai menerapkan gaya hidup sehat, seperti dengan beristirahat cukup dan rutin berolahraga. Aktivitas lama yang berkaitan dengan alkohol perlu dijauhi dan diganti dengan aktivitas baru yang lebih positif, seperti membangun aktivitas spiritual dengan lebih rutin beribadah. Selain itu, pasien juga perlu menjauhi teman dan situasi yang tidak mendukung proses pemulihan. Beberapa alternatif terapi dapat dikombinasikan sebagai terapi tambahan di masa pemulihan, seperti yoga, meditasi, dan akupuntur, selama di bawah pengawasan dokter. Komplikasi Kecanduan AlkoholSejumlah penyakit dan gangguan kesehatan yang bisa terjadi akibat kecanduan alkohol adalah:
Selain itu, perlu diingat bahwa mengonsumsi alkohol atau berada di bawah efek alkohol pada kondisi-kondisi tertentu, misalnya menyetir atau mengoperasikan mesin berat, berisiko tinggi menyebabkan kecelakaan yang dapat berakibat fatal. Pencegahan Kecanduan AlkoholKecanduan alkohol dapat dicegah dengan menghindari konsumsi alkohol atau setidaknya membatasi jumlah alkohol yang dikonsumsi per hari. Berikut ini adalah takaran konsumsi alkohol yang masih terbilang aman bagi kesehatan:
Terakhir diperbarui: 4 Mei 2021 |