Media sosial, dizaman sekarang banyak orang yang membagikan segala hal mereka di media sosial. Yang perlu kita lakukan menyaring mana yang baik dan pantas mana yang tidak pantas untuk dilihat banyak orang. Sebab, jika kita tidak menyaringnya takutnya dapat membahayakan diri kita sendiri sebagai penggunanya. Show Sering memposting atau membagikan segala hal baik itu aktivitas sehari-hari, cerita Bahagia dan sedih dan bahkan soal perasaan atau percintaan. Dapat membahayakan diri kita sebagai pengguna media sosial, sebab kita menjadi terbuka di media sosial. takutnya apa yang kita bagikan di media sosial disalah gunakan orang lain yang mungkin tidak suka dengan kita. Untuk itu, untuk mencengah hal itu terjadi. Mari simak apa saja sih hal yang tidak boleh diumbar di media sosial. 1. Kehidupan percintaan 2. Pendapatan dan pengeluaran 3. Permasalahan hidup seperti keluarga, pekerjaan dan lain-lain 4. Rencana hidup 5. Keburukan dimasa lalu 6. Kebaikan yang di perbuat Demikian hal yang tidak boleh diumbar di media sosial. semoga kalian paham mana yang berdampak baik dan memmberikan manfaat mana yang justru menimbulkan hujatan para netizen. Pandai-pandailah dalam memainkan dan membagikan segala hal di media sosial. Apa sih tujuan brand kita memproduksi dan mendistribusikan konten lewat media sosial? Biasanya, salah satu tujuannya agar perusahaan atau produk kita makin dikenal dan diingat oleh kelompok audiens yang disasar. Dan, akan lebih menyenangkan lagi kalau konten digital itu turut dibagikan atau disebarkan oleh audiens. Makin banyak audiens yang membagikan konten kita di media sosial, membuat kita jadi lebih mudah mencapai tujuan bisnis dari kegiatan komunikasi digital. Konten sebaran dari audiens itu juga menjadi "iklan gratis" untuk brand atau perusahaan kita. “Sihir” apa sebenarnya yang memicu dan membuat audiens di media sosial rela menyebarkan konten digital secara sukarela? Baca Juga: Memahami Apa itu Content Marketing Mengapa audiens membagikan konten di media sosial?Agar audiens bersedia menyebarkan konten kita di media sosial, salah satu ilmu penting yang perlu kita pelajari adalah psikologi. Memahami perilaku dan kebiasaan audiens di saluran media sosial, terutama tentang hal-hal yang memicu aksi tersebut akan membantu kita mencapai hasil yang diharapkan dari kegiatan social media marketing atau content marketing yang dijalankan. Sumber Gambar: https://blog.smarp.com/ Studi yang dilakukan oleh The New York Times, Customer Insight Group, dan Latitude Research mencatat, bahwa secara psikologis ada lima (5) faktor yang membuat audiens membagikan konten di media sosial, yaitu:
Berbagi, apapun itu, adalah bentuk kepedulian. Hal ini berlaku pula dalam konteks para pengguna media sosial yang saling membagikan konten. Konten digital seperti apa yang sering dibagikan?Selain alasan mengapa audiens berkeinginan untuk membagikan konten di media sosial, penting juga diketahui jenis-jenis konten digital apa yang sering mereka bagikan. Ada studi lain mengungkapkan, jenis-jenis konten digital yang sering dibagikan oleh audiens di media sosial, pada prinsipnya bisa dibagi menjadi empat (4) kategori besar (lihat gambar diatas), yaitu:
Baca Juga: Cara Merumuskan Konsep Konten untuk Content Marketing KesimpulanDengan mengetahui lima alasan yang memotivasi audiens membagikan konten di media sosial dan jenis konten yang sering dibagikan, semoga akan mempermudah kita untuk memproduksi konten yang berpeluang besar dibagikan oleh banyak audiens di media sosial. Namun, dua pengetahuan tersebut tentu tidak cukup membuat konten pasti akan dibagikan. Tentu saja ada satu faktor lain yang penting untuk diperhatikan, yaitu kualitas konten. Klik disini untuk menemukan para profesional yang bisa membantu Anda untuk membuat konten digital yang berkualitas, dan berpeluang besar dibagikan oleh para audiens di media sosial!
Perkembangan teknologi informasi yang begitu cepat sudah tidak bisa dibendung lagi. Setiap jam, setiap menit bahkan setiap detik, manusiadapat mengakses informasi dan peristiwa yang terjadi di selurh belahan dunia secara cepat dan murah. Perkembangan teknologi informasi seperti saat ini tentu menciptakan ruang tersendiri bagi penggunanya. Manusia dapat berinteraksi dengan pengguna lain di seluruh penjuru dunia tanpa harus berhadapan secara langsungDi samping manusia dapat berinteraksi secara langsung, sudah menjadi maklum bahwa saat ini banyak pengguna media sosial yang berfoto saat sedang beribadah lalu diposting. Tak hanya itu, tak jarang banyak juga orang yang memajang di akun media sosial miliknya ketika ia sedang bersedekah. Fenomena ini marak terjadi dan bahkan mungkin sadar tidak sadar, kita juga pernah melakukannya.Banyak orang yang membully dan nyinyir ketika saudaranya, temannya, tetangganya atau bahkan orang yang ia kenal di dunia saja, yang mempajang foto-foto atau video kebaikan dan ibadah yang sedang mereka kerjakan. Foto depan Kakbah, foto di Arafah, foto di Masjid atau foto sedang memberikan sedekah kepada orang lain. Bilang sok pamer lah, sombong lah, riyak lah. Apa tidak takut pahalanya hilang karena riyak. Untuk apa pamer kebaikan. Tujuannya apa? Apa kalau tidak diposting Allah tidak mengetahui. Kebaikan itu harus dirahasiakan tidak usah dipamerkan. Riyak itu syirik khofi loh? Apa tidak takut terjerumus dalam kesyirikan. Dan masih banyak lainnya. 😎Nyinyiran seperti di atas, tidak perlu didengarkan. Tidak perlu dimasukkan ke dalam hati. Karena orang yang berbuat kebaikan tersebut lebih tahu apa maksud dan tujuan memposting kebaikannya di akun Medsosnya. Tulisan ini tidak bermaksud untuk menjawab orang yang suka nyinyir tersebut. Tulisan ini hanya untuk mengetahui apakah betul Allah dan Rasulullah saw melarang secara mutlak menampakkan kebaikan di medsos seperti anggapan kaum nyinyiriyin. 🤭Baiklah mari kita coba buka Kitab Suci Al-Qur’an dan sunnah Rasulullah saw. Karena kedua kitan sucilah yang menjadi sebaik-baik petunjuk dalam.kehidupan kita. Berikut ini adalah sebagian ayat yang kami temukan untuk menjawab fenomena yang terjadi sekarang ini. 1. Sedekah boleh ditampakkan bahkan itu baik sekali. “Jika kamu menampakkan sedekah(mu), maka itu adalah baik sekali. Dan jika kamu menyembunyikannya dan kamu berikan kepada orang-orang fakir, maka menyembunyikan itu lebih baik bagimu. Dan Allah akan menghapuskan dari kamu sebagian kesalahan-kesalahanmu; dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS.Al-Baqarah : 271) Imam Abu Jakfar, Imam Qatadah dan Imam Ar-Rabi’ juga ulama yang lain dalam Tafsir At-Thabari menjelaskan bahwa yang dimaksud dalam ayat di atas adalah sedekah tathawwu’ (sunnah) bukan sedekah wajib atau zakat. Dengan kata lain, Allah tidak melarang kita menampakkan kebaikan-kebaikan yang sunnah seperti sedekah dan lain-lain yang kita kerjakan sehingga orang lain mengetahuinya. Dan itu masih Allah katakan sebaik-baik sesuatu. Namun yang lebih baik adalah kita merahasiakannya karena lebih aman dan lebih selama dari riya’ Di akhir komentarnya, Imam Ar-Rabi’ memberikan catatan terhadap ayat tersebut di atas bahwa sedekah yang ditampakkan atau yang dirahasiakan keduanya akan diterima oleh Allah jika niatnya baik dan benar. كل مقبول إذا كانت النية صادقة Lantas bagaimana dengan amalan-amalan wajib seperti zakat, shalat dan lain-lain, apakah lebih baik dirahasiakan sebagaimana ayat di atas? Sahabat Abdullah bin Abbas – sepupu Rasulullah saw yang juga mendapat gelar bahrul ummah – berkata dalam Tafsir At-Thabari bahwa sedekah wajib dan amalan-amalan wajib lebih utama ditampakkan dan jangan dirahasiakan.
ٱلَّذِينَ يُنفِقُونَ أَمْوَٰلَهُم بِٱلَّيْلِ وَٱلنَّهَارِ سِرًّا وَعَلَانِيَةً فَلَهُمْ أَجْرُهُمْ عِندَ رَبِّهِمْ وَلَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ“Orang-orang yang menafkahkan hartanya di malam dan di siang hari secara tersembunyi dan terang-terangan, maka mereka mendapat pahala di sisi Tuhannya. Tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.” (QS. Al-Baqarah : 274) 3. Bisik-bisik atau membicarakan orang lain adalah perbuatan yang tidak baik dan tercela. ۞ لَّا خَيْرَ فِى كَثِيرٍ مِّن نَّجْوَىٰهُمْ إِلَّا مَنْ أَمَرَ بِصَدَقَةٍ أَوْ مَعْرُوفٍ أَوْ إِصْلَٰحٍۭ بَيْنَ ٱلنَّاسِ ۚ وَمَن يَفْعَلْ ذَٰلِكَ ٱبْتِغَآءَ مَرْضَاتِ ٱللَّهِ فَسَوْفَ نُؤْتِيهِ أَجْرًا عَظِيمًا ﴿١١٤﴾“Tidak ada kebaikan pada kebanyakan bisikan-bisikan mereka, kecuali bisikan-bisikan dari orang yang menyuruh (manusia) memberi sedekah, atau berbuat ma’ruf, atau mengadakan perdamaian di antara manusia. Dan barangsiapa yang berbuat demikian karena mencari keridhaan Allah, maka kelak Kami memberi kepadanya pahala yang besar.”(Q.S.An-Nisa :114)4. Rasulullah saw diperintahkan berdakwah secara terang-terangan فَٱصْدَعْ بِمَا تُؤْمَرُ وَأَعْرِضْ عَنِ ٱلْمُشْرِكِينَ “Maka sampaikanlah olehmu secara terang-terangan segala apa yang diperintahkan (kepadamu) dan berpalinglah dari orang-orang yang musyrik.” (Q.S. Al-Hijr :94).Dalam ayat ini sangat jelas bahwa Nabi Muhammad saw diperintahkan untuk berdakwah dan mengajak orang lain berbuat kebajikan dengan terang-terangan.Orang yang memposting foto-foto kebaikan yang sedang ia lakukan bisa jadi dalam rangka dakwah dan mengajak orang lain berbuat kebaikan yang sama. 5. Jadilah Perintis Kebaikan Rasulullah saw menganjurkan kita membuat sunnah (jejak langkah) yang baik. Karena jika ada yang mengikuti jejak tersebut, maka kita akan senantiasa mendapatkan pahalanya. قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : ” مَنْ سَنَّ سُنَّةً حَسَنَةً فَعُمِلَ بِهَا كَانَ لَهُ أَجْرُهَا، وَمِثْلُ أَجْرِ مَنْ عَمِلَ بِهَا لَا يَنْقُصُ مِنْ أُجُورِهِمْ شَيْئًا، وَمَنْ سَنَّ سُنَّةً سَيِّئَةً فَعُمِلَ بِهَا كَانَ عَلَيْهِ وِزْرُهَا، وَوِزْرُ مَنْ عَمِلَ بِهَا لَا يَنْقُصُ مِنْ أَوْزَارِهِمْ شَيْئًا “.“Barangsiapa yang membuat sunnah yang baik maka dia akan memperoleh pahala dan pahala orang yang mengikutinya, dengan tanpa mengurangi pahala mereka sedikit pun. Dan barangsiapa yang membuat sunnah sayyi’ah dalam Islam maka ia akan mendapatkan dosa dan dosa orang yang mengikutinya, dengan tanpa mengurangi dosa mereka sedikit pun” (HR. ibnu Majah) Mengutip pendapat Ibnu Abbas di atas bisa kita kita simpulkan bahwa semuanya tergantung niat. Pamer atau riya’ merupakan perbuatan hati yang sulit diprediksi dan diketahui karena sifatnya yang bathin. Tidak ada seorang pun yang mengetahui hati seseorang kecuali Allah. Rasulullah saw saja tidak mengetahui tentang hati orang-orang munafik jika Allah tidak memberitahunya. Oleh karena itu, beliau menghukumi lahir mereka sebagai orang-orang yang beriman. Allah Ta’ala berfirman :قُلْ لَا يَعْلَمُ مَنْ فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ الْغَيْبَ إِلَّا اللَّهُ“Tidak ada seorangpun dilangit dan di bumi mengetahui perkara ghaib kecuali Allah.” (QS. An-Naml : 64)Memviralkan amal kebaikan, atau ibadah, atau kegiatan baik, tidak mesti untuk tujuan pamer atau riya’. Bisa jadi pelakunya ingin memberikan motivasi, atau inspirasi kepada orang lain, atau minimal tahadduts binni’mah (menampakkan nikmat Allah) yang telah diperoleh. Dan hal ini diperbolehkan menurut syari’at seperti ayat yang menjadi penghujung surat Ad-Dluha. Oleh karena itu, mari kita lebih menyibukkan diri untuk mengintropeksi diri kita daripada mengintropeksi orang lain. Karena diri kita lebih layak untuk dikhawatirkan terjatuh pada hal-hal buruk. Kalau anda tidak ingin menampakkan amalan baik anda atau tidak mau memposting kegiatan baik anda di medsos karena anda takut riya’, itu baik dan itu hak anda. Tapi itu tidak bisa menjadi dijadikan sebagai kesimpulan umum apalagi memvonis untuk semua orang. Semoga Allah senantiasa memberikan hidayah dan pertolongan kepada kita semua serta istiqamah dalam berbuat kebaikan. Amin ya Rabbal Alamin Referensi :
|