Kenapa anak usia 2 tahun sering menangis tengah malam?

Bunda pernah melihat anak terbangun dan menangis histeris di malam hari? Sebagian orang tua merasa panik menghadapinya. Berbagai pikiran pun melintas, tak jarang hal mistis pun ikut dikait-kaitkan pada hal ini.

Tapi tahukah Bunda, ada fase night terror atau sleep terror yang mungkin dialami anak-anak lho. Hmm.. apa itu?

Baca Juga : Kenapa Balita Senang Membantu? Ini Jawabannya Bunda

Menurut psikolog anak Ratih Zulhaqqi, night terror adalah salah satu bagian dari representasi kecemasan anak. "Karena levelnya kan ada di alam bawah sadar, jadi biasanya ada sesuatu yang memang belum terselesaikan," ujar Ratih kepada HaiBunda, Rabu (29/07/2020).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT


Night terror juga bisa disebabkan adanya traumatic event yang tersimpan dalam pikiran anak lho, Bunda. Biasanya mereka belum bisa melupakannya sehingga terbawa dalam tidurnya.

"Jadi kalau night terror itu kan semacam bisa mimpi buruk bentuknya atau enggak bisa tidur, atau dia ketakutan memikirkan sesuatu atau takut tidur nanti terus enggak bangun lagi itu kan sebenarnya bentuknya bisa macam-macam," kata Ratih.

"Namun basic-nya adalah kemungkinan ada kecemasan, sehingga dia muncul seperti itu," lanjutnya.

Biasanya dialami anak usia berapa? Menurut Ratih, anak usia berapapun bisa mengalaminya. Ia pun menceritakan salah satu kasus yang pernah ditanganinya.

"Jadi aku punya kasus tuh anak umur empat tahun dia udah dapat nightmare gitu, ternyata dia memang lagi sering-seringnya diomelin kalau ngompol," tutur Ratih.

"Kalau misalnya dia ngompol itu bukannya diminta bersihkan ompolnya tapi kayak akhirnya di-judge gitu. 'Kamu kan udah gede' dan lain sebagainya. Tapi mungkin dalam situasi yang menegangkan. Jadi akhirnya dia takut sampai kebawa mimpi," katanya.

Kenapa anak usia 2 tahun sering menangis tengah malam?
Ilustrasi anak menangis/ Foto: Istock

Ia juga menceritakan kasus lainnya, saat itu kliennya anak berusia 10 tahun dan memiliki teman yang melakukan bullying padanya. Pada saat di-bully, ia tak bisa selesaikan dan akhirnya terbawa mimpi dan dalam mimpinya selalu dikejar-kejar oleh temannya itu, Bunda.

"Jadi memang ada beberapa situasi di mana semua umur bisa mengalaminya sih. Even orang dewasa juga bisa mengalaminya," ucap Ratih.

Kenapa anak terus-menerus menangis saat mengalami night terror? Menurut Ratih, sebenarnya menangis itu jadi ekspresi emosinya mereka, Bunda. Namun, ada juga beberapa anak yang mungkin kelebihan energi sehingga nangis terlalu berlebihan dan bahkan sampai membuat lingkungannya sampai bingung.

"Mungkin jadi ikutan kesal, tapi kalau nangisnya gara-gara night terror, lagi tidur tiba-tiba mimpi buruk terus dia nangis enggak berhenti-henti bisa jadi itu bukan bagian normal dari perkembangannya dia," ujar Ratih Zulhaqqi.

"Mungkin ada beberapa traumatic event yang sebenarnya perlu diselesaikan. Tapi ini perlu dicek lebih lanjut ya, tangisan enggak bisa penentu apakah mimpi buruknya itu parah atau enggak. Nangis itu adalah cara orang untuk mengekspresikan sesuatu, bukan karena derajat dari mimpi buruknya," sambungnya.

Nah, kalau sudah seperti ini, tugas orang tua hanya perlu menenangkan anak, Bunda. Membuat mereka bisa tidur nyenyak lagi. Kata Ratih, orang tua juga tak perlu menanyakan 'Kamu kenapa?', yang terpenting tenangkan anak saja dahulu, Bunda. Misalnya dipeluk atau diberi air putih kemudian diajak tidur.

"Mungkin ritual sebelum tidurnya juga perlu dibentuk senyaman mungkin supaya anak enggak terlalu merasa bahwa, tidur itu situasi yang menegangkan sehingga mungkin bisa berefek ke nightmare sehingga muncul night terror," kata Ratih.

Memiliki anak berusia 2 tahun sering membuat kewalahan ya, Bu. Ia akan sering tiba-tiba ngambek dan menangis tanpa sebab yang jelas. Apalagi kalau sampai anak menangis hingga berteriak dan berguling-guling di tempat umum, Ibu dan Ayah mungkin akan panik dan bingung harus melakukan apa. Mengapa bisa begitu ya, Bu? Agar Ibu bisa menangani tantrum pada anak 2 tahun tersebut, simak dulu deh informasi yang sudah saya kumpulkan berikut:

Kenapa anak usia 2 tahun sering menangis tengah malam?
Kenapa anak usia 2 tahun sering menangis tengah malam?

Mengenal Perkembangan Emosi Anak 2 Tahun

Memasuki usia 2 tahun, si Kecil sudah bisa berjalan dan ingin mencoba melakukan banyak hal sendiri tanpa bantuan orang lain. Di sini ia sedang belajar untuk mengembangkan sifat kemandirian yang ia miliki. Meski begitu, ia tetap saja belum bisa sepenuhnya mandiri dan bergantung pada orang tuanya, terlebih dalam keadaan tertentu, seperti saat takut, sakit, atau lelah. Ia membutuhkan Ibu untuk membuatnya merasa tenang dan nyaman.

Masalahnya adalah sulit untuk mengetahui kapan si Kecil sedang membutuhkan Ibu dan kapan sedang ingin belajar mandiri. Mungkin hari ini ia tidak keberatan untuk jauh dari Ibu, tapi besok ia ingin menempel terus pada Ibu dan anak menangis keras saat Ibu pergi.

Masa ini disebut sebagai first adolescence, yaitu rasa dilema yang dimiliki si Kecil antara ingin menjadi mandiri dan terus bergantung pada Ibu. Ini adalah fase yang sangat normal dimiliki anak berusia 2 tahun, Bu. Menurut para ahli parenting, cara untuk dapat dengan lancar melewati fase ini adalah dengan memberikan si Kecil kasih sayang dan perhatian yang dibutuhkannya. Saat ia sedang mandiri, maka biarkan ia belajar melakukannya sendiri. Namun saat ia sedang ingin manja pada Ibu, maka manjakanlah tanpa berlebihan.

Baca Juga: Pentingnya Kandungan Susu bagi Pertumbuhan Anak

Faktor Penyebab Anak Menangis & Solusinya

Sangat penting untuk mengenali penyebab anak menangis agar Ibu bisa menemukan solusi yang tepat. Ada beberapa faktor yang biasanya menjadi penyebab ia menangis, yaitu sebagai berikut:

  • Sedih. Rasa sedih akibat kehilangan adalah yang paling umum muncul pada anak berusia 2 tahun. Penyebabnya bisa bermacam-macam, misalnya mainan favoritnya hilang, orang tua harus pergi ke luar kota, atau berpisah dengan keluarga atau teman yang datang berkunjung. Ekspresi yang akan ia tunjukkan pun adalah rewel atau menangis.
    Solusi: ajak si Kecil bicara dengan memberikan penjelasan menggunakan bahasa sederhana. Dikarenakan di usia ini perhatian si Kecil masih sangat mudah teralihkan, maka boleh saja untuk menyibukkannya dengan sesuatu yang menarik perhatiannya. Misalnya dengan mengajak bermain permainan yang belum pernah ia mainkan atau pergi ke luar rumah untuk bermain. Intinya adalah untuk mengalihkan perhatian si Kecil supaya ia tidak rewel lagi.
  • Kesal. Rasa kesal dan membuat anak menangis biasanya dimiliki pada si Kecil yang belum lancar berbicara. Ia menginginkan sesuatu, tapi Ibu tidak dapat memahami maksudnya. Ia pun merasa kesal dan akhirnya meluapkan perasaannya melalui teriakan dan tangisan keras.
    Solusi: penting bagi Ibu untuk tidak terpancing emosi dan ikut merasa kesal, karena hanya akan memperkeruh suasana dan membuat si Kecil semakin ngambek. Tahan emosi Ibu dan bicaralah kepadanya dengan suara lembut tapi bernada tegas dan lakukan kontak mata. Tanyakan sekali lagi keinginannya dan minta ia untuk menyampaikan keinginannya, misalnya menggunakan isyarat tubuh.
    Jika keinginannya sudah terpenuhi, biasanya ia tidak akan rewel lagi. Namun jika masih, artinya ada hal lain yang membuatnya kesal. Berikanlah ia pelukan hangat dan tanyakan secara lembut kenapa ia merasa marah dan kesal. Ia mungkin belum bisa mengutarakan kekesalannya. Jadi, Ibu sebaiknya menebak apa yang menjadi pemicu kekesalannya. Dengan cara ini si Kecil akan memahami bahwa rasa nyaman yang ia rasakan disebut kesal.
  • Lelah. Saat melihatnya bermain, berlarian, dan sulit untuk diam, Ibu mungkin akan berpikir bahwa si Kecil tidak memiliki rasa lelah. Padahal bukan seperti itu juga, Bu. Ia hanya belum dapat mengukur kemampuan dirinya, sehingga belum tahu kapan harus berhenti sebelum merasa benar-benar kelelahan. Sebagai akibatnya, ia akan rewel sebelum kehabisan energi. Ingin tidur tapi belum mengantuk sedangkan sudah tidak memiliki tenaga lagi.
    Solusi: Jika si Kecil sudah cukup lama beraktivitas, Ibu sebaiknya berusaha untuk menyuruhnya beristirahat. Jangan menyuruh secara mendadak ya, Bu, tapi berikan peringatan terlebih dulu. Misalkan 15 menit sebelumnya dan diulang setiap 5 menit. Saat waktunya sudah habis, maka Ibu harus dengan tegas menghentikan aktivitas si Kecil. Memberikan peringatan sebelum menyuruh anak berhenti bermain akan membuatnya bersiap untuk berhenti dan dapat menghindarkannya dari tantrum.

Anak menangis adalah bentuk ungkapan perasaannya, Bu, karena di usia ini si Kecil memang masih belum memahami apa yang ia rasakan dan bagaimana cara mengutarakannya. Ibu harus bisa bersabar dan berusaha memahami apa yang ia rasakan. Semoga informasi ini bermanfaat ya, Bu, dan selamat mencoba solusi di atas.

Baca Juga : 3 Tips Mengolah Wortel Menjadi Makanan Bayi

Jika Ibu masih memiliki pertanyaan dan ingin berkonsultasi seputar si Kecil, bisa mengunjungi laman Tanya Pakar, ya. Di sana ada para ahli yang akan membantu Ibu. Jangan lupa untuk registrasi terlebih dulu agar bisa menggunakan fitur tersebut.

Kenapa anak 2 tahun tiba tiba nangis tengah malam?

Salah satu penyebab anak menangis tengah malam yang paling umum adalah mimpi buruk. Saat mimpi buruk, anak-anak biasanya akan terbangun dari mimpinya karena takut. Hal inilah yang membuat anak sering menangis tengah malam dan merasa ketakutan.

Kenapa anak umur 2 tahun sering menangis?

Si Kecil mungkin juga melakukan tindakan agresif, seperti memukul, menggigit, dan menendang. Hal itu karena pada usia ini, ia belum memiliki pengendalian yang baik atas dorongan emosionalnya, sehingga kemarahan dan frustrasi yang dirasakannya cenderung ia keluarkan dalam bentuk tangisan, pukulan, dan teriakan.

Apa penyebab anak setiap malam menangis?

Salah satu penyebab bayi menangis di malam hari adalah kolik. Kolik pada bayi ditandai dengan tangisan keras dengan durasi yang panjang, bahkan bisa lebih dari 3 jam dalam sehari. Kondisi ini bisa terjadi saat bayi berusia sekitar 3 minggu dan makin sering saat usianya menginjak 4–6 minggu.

Kenapa anak tiba tiba menangis saat tidur?

Penyebab bayi menangis tiba-tiba saat tidur adalah karena siklus tidur masih belum teratur. Terlebih lagi, bayi baru lahir yang masih belum bisa membedakan siang atau malam. Beberapa bulan pertama kehidupan si kecil mungkin menjadi masa adaptasi orangtua karena si kecil sering terbangun dan menangis saat tidur.