Kemajuan teknologi saat ini sebanding dengan kualitas peradaban manusia secara keseluruhan

MENTERI Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Syafruddin mengajak teknokrat dan ilmuwan membuat perubahan yang luar biasa dengan memanfaatkan kemajuan teknologi yang akan menopang kemajuan negara dan kesejahteraan bangsa di masa depan.

"Sekarang segalanya telah berubah, pengetahuan dan teknologi telah menghadirkan napas baru bagi umat manusia untuk mengatasi berbagai masalah," kata Menpan-RB saat pemaparan minister lecture dalam Kongres Teknologi Nasional 2019 yang diselenggarakan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) di Jakarta, Rabu (20/3).

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi memegang peranan penting bagi masa depan peradaban umat manusia.

Tidak ada pilihan lain bagi anak bangsa selain bekerja keras, bekerja cerdas, dan selalu meningkatkan kualitas SDM bangsa melalui adopsi ilmu pengetahuan dan teknologi. Sebab, masa depan dunia bukan lagi berada pada ruang fisik, tetapi pada tataran virtual.

Terkait hal tersebut, pemerintah saat ini sedang berusaha keras untuk menyiapkan fondasi pengetahuan dan teknologi yang akan dimanfaatkan oleh bangsa di masa mendatang . Sebab Indonesia akan menghadapi dua isu besar yaitu revolusi industri 4.0 dan bonus demografi. Di mana kedua tantangan ini perlu dikelola dengan baik agar Indonesia mampu meraih keemasannya pada 2045.

"Postur SDM yang berpikiran maju, inovatif, kreatif, dan berdaya saing tinggi akan menjadi tonggak kekuatan utama bangsa," ujar Syafruddin.

Revolusi industri 4.0 akan menjadi ruang dan area bermain utama bagi para generasi milenial dalam upaya pembangunan bangsa di masa mendatang.

"Ibarat organisme dan ekosistem, yang paling cocok hidup dalam habitat era digitalisasi dan virtualisasi ya generasi milenial, kepada mereka lah nasib bangsa ini akan bertumpu," ungkap mantan Wakapolri ini.

Baca juga: KTN Fokus pada Empat Bidang

Saat ini, banyak negara dari berbagai belahan dunia berlomba memanfaatkan kemajuan teknologi untuk peningkatan kesejahteraan rakyatnya dan menjawab tantangan zaman.

Arab Saudi melalui tangan dingin Putra Mahkota Pangeran Mohammed Bin Salman mereformasi tatanan negara dan arah pembangunan Kerajaan Arab Saudi yang tidak lagi bergantung pada pasokan minyak bumi. Memanfaatkan kemajuan teknologi, Arab Saudi membangun megaproyek Neom di kawasan khusus yang akan mendatangkan investasi dunia.

Sedangkan Jepang memiliki rencana umum pengembangan sains teknologi per lima tahun untuk memanfaatkan teknologi untuk menghadapi perubahan iklim, ketidakstabilan energi, pangan dan air dunia. Jepang berencana menggantikan manusia dengan robot dan memanfaatkan artificial inteligence.

"Tidak ada lagi waktu bagi anak bangsa untuk berpangku tangan, setiap elemen harus bergegas untuk mengembangkan pengetahuan dan teknologi. Termasuk menyerapnya dalam penyelenggaraan tata kelola birokrasi yang lebih modern dan maju sehingga negara dan pemerintah tidak tenggelam oleh distorsi perubahan waktu dan zaman," ucap Syafruddin.

Terkait hal itu, pemerintah akan melakukan percepatan penerapan SPBE pada instansi pusat dan daerah untuk mewujudkan Indonesia 2045 yang maju dan modern.

Tim koordinasi SPBE nasional saat ini sedang berjuang maksimal dalam percepatan penerapan SPBE di bidang pengganggaran berbasis kinerja, kepegawaian, kearsipan, pengaduan masyarakat dan infrastruktur TIK agar dapat diselesaikan dalam 2 tahun mendatang.

Sedangkan infrastruktur TIK akan selesai dalam kurun waktu 3 tahun.

Kemenpan-RB akan melaksanakan E-Gov Summit pada 28 Maret 2019 untuk mengetahui capaian kemajuan pelaksanaan SPBE pada instansi pusat dan daerah.

"Melalui E-Gov Summit merupakan sarana untuk melakukan perbaikan serta menjamin kualitas pelaksanaan SPBE agar dapat memadukan antara kebijakan, tata kelola dan layanan yang telah ada baik di instansi pusat maupun daerah," ungkap Syafruddin yang juga menjabat Ketua Tim Koordinasi SPBE Nasional.

Pada kesempatan tersebut, Syafruddin mengatakan BPPT memiliki peran penting dalam manajemen SPBE, Audit teknologi informasi dan komunikasi serta memastikan alih teknologi yang mendorong efektivitas, efisiensi, dan keberlanjutan SPBE. Sebab, untuk membuat suatu perubahan dengan menerapkan SPBE membutuhkan kerja keras, komitmen kuat dan semangat pantang menyerah. (RO/OL-1)

Press Release

Nomor  : PR/ 27 /X/2021

Tanggal:  21 Oktober 2021

Jakarta – Gubernur Lemhannas RI Letjen TNI (Purn.) Agus Widjojo mengingatkan perkembangan peradaban yang terjadi seharusnya tidak menghancurkan budaya dari peradaban atau bangsa mana pun. Meskipun akses budaya dari peradaban lain terbuka luas, namun suatu bangsa harus mampu membangun dan mempertahankan budaya yang telah dimiliki dari masa lalu.

“Pemikiran-pemikiran mainstream juga dapat berujung pada musnahnya peradaban, hal ini memerlukan adanya pengelolaan yang baik terhadap budaya bangsa dan menjadi paradoks bahwa suatu bangsa memiliki budaya yang kaya di masa lalu tetapi kemudian peradaban bisa hancur karena adanya budaya-budaya atau nilai-nilai yang dibawa oleh budaya atau peradaban lain,” kata Agus Widjojo saat memberikan sambutan pada acara The 5th Jakarta Geopolitical Forum 2021 dengan tema “Culture and Civilization: Humanity at the Crossroad” secara daring, (21/10).

Masyarakat sedang berada di persimpangan jalan, karena dihadapkan antara nilai-nilai kemanusiaan dan manfaat dari teknologi. Peradaban yang terjadi saat ini membuat manusia lebih menikmati hak-hak politik maupun manfaat sosial. Namun, juga membawa ketidakstabilan sosial maupun ketidaksetaraan yang menimbulkan kehancuran.

“Peradaban akan berubah menjadi lebih maju dengan adanya teknologi, ekonomi, idealisme, dan kemajuan ilmu pengetahuan. Namun teknologi juga dapat menghilangkan moralitas manusia sedikit demi sedikit,” kata Agus Widjojo.

Kemajuan dari ilmu pengetahuan dan teknologi memiliki dampak yang sangat besar terhadap peradaban manusia, salah satunya komunikasi dan informasi. Perkembangan teknologi komunikasi dan informasi yang terjadi semakin mengaburkan batas-batas negara. Oleh sebab itu, Indonesia dihadapkan dengan dua hal yang tidak mudah, yakni, merawat atau memelihara budaya nasional maupun membangun budaya modern untuk bangsa.

Menurut Agus, teknologi tidak seharusnya dipandang sebagai sebuah peradaban, tetapi menjadi alat untuk kemajuan manusia dan kemanusiaan. Sehingga, hidup manusia akan terbantu oleh kemajuan teknologi. Pengembangan teknologi telah akan membawa banyak konsekuensi negative pabila tidak dikelola dengan baik.

Selain perkembangan atau kemajuan teknologi, pandemi, politik, kesenjangan sosial, dan kekurangan sumber daya juga turut mempengaruhi masa depan manusia.

“Hal ini juga menimbulkan adanya dominasi agama terhadap teknologi dan juga adanya perkembangan ide2 keagamaan dan kita telah mencapai titik dimana kita harus menentukan masa depan kita apakah akan lebih bersatu atau lebih terpecah-pecah,” kata Agus

Agus Widjojo meyakini forum ini akan membentuk objektifitas suatu sistem geopolitik bahwa peradaban dunia mampu membawa manfaat yang lebih baik.

The 5th Jakarta Geopolitical Forum 2021 yang dilaksanakan secara hybrid pada Kamis dan Jumat, 21 dan 22 Oktober 2021, pukul 08.00 s.d. 15.00 WIB juga menghadirkan sepuluh narasumber terkemuka yang berasal dari tiga negara yaitu Amerika Serikat, Prancis dan Indonesia.

Sepuluh narasumber tersebut  yakni Mr. Rudy Breighton, M. B. A., M. Sc. CEO and Chairman of BR Strategic di Seattle Amerika Serikat; Prof. Dr. Robert W. Hefner, Former Director of the Institute on Culture, Religion, and World Affairs (CURA), Universitas Boston; Prof. Donald K. Emmerson Direktur Southeast Asia Forum (SEAF) di Shorenstein Asia-Pacific Research Center di Stanford University;Dr. Jean Couteau, Antropolog dan Budayawan dari Prancis; Dr. Gita Wirjawan, Patron and Advisory Board of the School of Government and Public Policy (SGPP) dari Indonesia; Dr. Robertus Robert, Sosiolog Universitas Negeri Jakarta; Prof. Dr. Komaruddin Hidayat, Rektor Universitas Islam Internasional Indonesia; dr. Roslan Yusni Hasan, Sp.BS., Neurosains dari Indonesia; Baskara Tulus Wardaya, Ph.D., Sejarawan Indonesia; dan Dimas Oky Nugroho, Ph.D., Cendekiawan sosial-politik.

Biro Humas Lemhannas RI

Jalan Medan Merdeka Selatan 10, Jakarta 10110

Telp. 021-3832108/09

http://www.lemhannas.go.id

Instagram : @lemhannas_ri

Facebook : lembagaketahanannasionalri

Twitter : @LemhannasRI

Apakah kemajuan teknologi saat ini sebanding dengan kemajuan kualitas peradaban manusia secara keseluruhan?

Terus terang saya bingung. Sebab, saya harus tahu apa ukuran kualitas peradaban manusia secara keseluruhan itu? Setahu saya, teknologi itu sendiri adalah bagian dari peradaban juga.

Jika produk teknologi dijadikan indikator kemajuan peradaban, maka peradaban manusia saat ini sudah sangat maju. Tetapi, apakah sudah sampai pada puncaknya? Saya kira belum. Sebab, sepanjang manusia memiliki rasa ingin tahu dan kebutuhan hidup, kreativitas manusia akan terus berkembang dan karenanya teknologi juga akan terus berkembang.

Jika yang dimaksud dengan kualitas peradaban itu adalah moralitas, maka ukuran moralitas seperti apa yang bisa dijadikan indikator kemajuan peradaban? Fakta-fakta sejarah menunjukkan, bahkan hingga hari ini, tidak ada satupun doktrin (kriteria) moral yang diterima oleh semua umat manusia.

Peradaban manusia sudah melahirkan ratusan agama, setiap agama menelurkan puluhan bahkan ratusan mazhab. Faktanya, belum ada satu pun agama atau mazhab agama yang berhasil meyakinkan seluruh umat manusia sebagai sesuatu yang PALING BENAR.

Selama manusia tidak bisa menyepakati ukuran-ukuran kebaikan, keburukan, atau kebenaran yang sama, rasanya sulit (jika bukan mustahil) untuk menilai apa peran dan dampak tenologi pada kemajuan peradaban—khususnya moral

maaf kalau salah