Karakteristik apa saja yang terjadi pada masa perkembangan remaja?

BAB I

PENDAHULUAN

Setiap manusia memiliki fase perkembangannya masing-masing. Dari fase perkembangan prenatal, fase perkembangan masa bayi, fase perkembangan masa kanak-kanak, pase perkembangan masa kanak-kanak akhir, fase remaja, fase dewasa dan awal madya, hingga fase lanjut usia. Semua fase-fase tersebut memiliki karakteristik yang pasti berbeda-beda.

Seperti halnya fase remaja. Pada fase ini setring disebut dengan masa transisi. Karena dalam fase ini terjadi masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa. Salain itu, pada fase ini pula banyak perubahan-perubahan yang terjadi pada seseorang baik dari fisik maupun dari psikisnya.

Sifar-sifar remaja sebagian sudah tidak menunjukkan sifat-sifat masa kanak-kanaknya, tetapi juga belum menunjukkan sifat-sifat sebagai orang dewasa. Masa remaja ini mempunyai cirri yang berbeda dengan masa sebelumnya atau sesudahnya karena berbagai hal yang mempengaruhinya, sehingga selalu menarik untuk dibicarakan.

Tetapi dari banyaknya perubahan-perubahan yang ada di diri seseorang yang sudah memasuki masa remaja, tetapi tidak bisa menafikan adanya masalah-masalah yang timbul dari perubahan tersebut. Banyak remaja yang terjerumus dalam hal-hal yang negative

Untuk dari latar belakan tersebut, kami mencoba memaparkan masalah mengenai pertumbuhan dan perkembangna remaja.

Berdasarkan latar belakang diatas, kami merumuskan beberapa rumsusan masalah sebagai berikut:

  1. Bagaimana karakteristik pertumbuhan dan perkembangan masa remaja?
  2. Apa saja tugas-tugas perkembangan pada remaja?
  3. Apa saja problem pada masa remaja?

Adapun tujuan pembuatan makalah ini sebagai berikut :

  1. Agar dapat mengetahui apa saja karakteristik partumbuhan dan perkembangan remaja
  2. Agar dapat lebih mengetahui dan memahami tugas-tugas perkembangan pada remaja
  3. Agar dapat mengetahui masalah-masalah yang terjadi pada fase remaja

BAB 1

PEMBAHASAN

  1. KARAKTERISTIK PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN REMAJA
  2. Pengertian Remaja

Fase remaja merupakan segmen perkembangan individu yang sangat penting, yang di awali dengan matangnya organ-organ fisik (seksual) sehingga mampu berproduksi. Kata remaja diterjemahkan dalam bahasa inggris adolescende atau adoleceré (bahasa latin) yang berarti tumbuh atau tumbuh untuk masak, menjadi dewasa. Dalam pemakaiannya istilah remaja dengan adolecen disamakan. Adolecen maupun  remaja menggambarkan seluruh perkembangan remaja baik perkembangan fisik, intelektual, emosi dan social.

Istilah lain untuk menunjukkan pengertian remaja yaitu pubertas. Pubertas berasal dari kata pubes (dalam bahasa latin) yang berarti rambut kelamin, yaitu yang merupakan tanda kelamin sekunder yang menekankan pada perkembangan seksual. Dengan kata lain pemakaian kata pubertas sama dengan remaja tetapi lebih menunjukkan remaja dalam perkembangan seksualnya atau pubertas hanya dipakai dalam hubungannya dengan perkembangan bioseksualnya.

Masa remaja di tinjau dari rentang kehidupan manusia merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa. Jika melihat dari rentang usia remaja, Menurut Hurlock (1964) menyatakan rentangan usia remaja itu antara 13-21 tahun, yang di bagi pula dalam usia masa remaja awal 13/14 tahun sampai 17 tahun dan remaja akhir 17 sampai 21 tahun.

WHO menetapkan batas usia 10-20 tahun sebagai batasan usia remaja. WHO menyatakan walaupun definisi di atas terutama di dasarkan pada usia kesuburan (fertilitas) wanita, batasan tersebut berlaku juga untuk remaja pria dan WHO membagi kurung usia dalam dua bagian, yaitu remaja awal 10-14 tahun dan remaja akhir 15-20 tahun.

Selain itu, ada juga membagi usia remaja menjadi tiga fase perkembangan, seperti dikemukakan oleh Monks, dkk (2002) membagi fase-fase masa remaja ke dalam tiga tahap, yaitu:

  1. Remaja awal (12-15 tahun)
  2. Remaja pertengahan (15-18 tahun)
  3. Masa remaja akhir (18-21 tahun)

Mengingat saat mulainya masa remaja yang sangat dipengaruhi oleh perbedaan-perbedaan perorangan, maka penentuan umur saja belum cukup untuk mengetahui apakah suatu tahap perkembangan baru telah atau belum mulai. Penggolongan remaja yang semata-mata berdasarkan usia saja, tidak membedakan remaja dengan keadaan sosial psikologinya yang berlain-lainan.

  1. Karakteristik Perkembangan Remaja
  2. Perkembangan fisik

Masa remaja merupakan masa transisi perkembangan antara masa anak dan masa dewasa, dimulai dengan pubertas, ditandai dengan perubahan yang pesat dalam berbagai aspek perkembangan, baik fisik maupun psikis. Perubahan fisik yang terjadi pada remaja terlihat pada saat masa pubertas yaitu meningkatnya tinggi dan berat badan serta kematangan sosial. Diantara perubahan fisik itu, yang terbesar pengaruhnya pada perkembangan jiwa remaja adalah pertumbuhan tubuh (badan menjadi semakin panjang dan tinggi).Selanjutnya, mulai berfungsinya alat-alat reproduksi (ditandai dengan haid pada wanita dan mimpi basah pada laki-laki) dan tanda-tanda seksual sekunder yang tumbuh (Sarwono, 2006: 52).

Dalam ilmu kedokteran dan ilmu-ilmu lain yang terkait, remaja dikenal sebagai suatu tahap perkembangan fisik di mana alat-alat kelamin manusia mencapai kematangannya. Pada akhir dari perkembangannya fisik ini akan terjadi seorang pria yang berotot dan berkumis yang menghasilkan beberapa ratus juta sel mani (spermatozoa) setiap kali ia berejakulasi (memancarkan air mani), atau seorang wanita yang berpayudara dan berpinggul besar yang setiap bulannya mengeluarkan sel telur dari indung telurnya yang disebut menstruasi atau haid.

Perubahan fisik pada pada remaja pria meliputi

  1. Membesarnya ukuran penis dan buah pelir
  2. Tumbuhnya bulu kapuk disekitar kemaluan, ketiak, dan diwajah.
  3. Perubahan suara menjadi agak membesar
  4. Terjadnya ejakulasi pertama biasanya melalui maturbasi atau onani atau “web dream” (mimpi basah).

Sementara perubahan fisik pada remaja wanita ditandai dengan

  1. Menstruasi pertama
  2. Mulai membesarnya payudara
  3. Tumbuhnya bulu kapuk di sekitar ketiak dan kelamin.
  4. Membesarnya/ atau melebarnya ukuran pinggul. Puncak pertumbuhan fisik masa pubertas adalah pada usia 11,5 tahun pada remaja wanita, dan usia 13,5 tahun bagi remaja pria.
  5. Perkembangan kognitif

Perkembangan kognitif adalah perkembangan kemampuan (kapasitas) individu untuk memanipulasi dan menyimak informasi. Menurut Jean Piaget, perkembangan kognitif remaja berada pada tahap “formal operation stage” yaitu tahap ke empat atau terakhir dari tahapan perkembangan kognitif. Tahapan berpikir formal ini terdiri atas 2 periode (Broughton dalam John W. Santrock, 2010:97), yaitu:

  1. Early formal operation thought, yaitu kemampuan remaja untuk berpikir dengan cara hipotetif yang menghasilkan pikiran-pikiran sukarela (bebas) tentang berbagai kemungkinan yang tidak terbatas. Dalam priode awal ini remaja mempersepsi dunia sangat bersifat subjektif dan idealistik.
  2. Late Formal Opreration Thought, yaitu remaja mulai menguji pikirannya yang berlawanan dengan pengalamanya dan mengembalikan keseimbangan intelektualnya. Melalui akomendasi (penyesuaian terhadap informasi atau hal baru), remaja mulai menyesuaikan terhadap bencana atau kondisi pancaroba yang telah dialaminya.

Remaja, secara mental telah dapat berpikir secara logis tentang berbagai gagasan yang abstrak. Dengan kata lain berpikir operasi formal lebih bersifat hipotesis dan abstrak, serta sistematis dan ilmiah dalam memecahkan masalah daripada berpikir konkret.

Masa remaja merupakan puncak emosionalitas, yaitu perkembangan emosional yang tinggi. Pertumbuhan fisik, terutama organ-organ seksual mempengaruhi berkembangnya emosi atau perasaan-perasaan dan dorongan-dorongan baru yang dialami sebelumnya, seperti perasaan cinta, rindu, dan keinginan untuk berkenalan lebih intim dengan lawan jenis.

Gesel dkk. (Elizabeth B. Hurlock, 1980, terjemahan istiwidayanti dan Soedjarwo, 1991) mengemukakan bahwa remaja empat belas tahun sering kali mudah marah, mudah terangsang, dan emosinya cenderung “meledak”, tidak berusaha mengendalikan perasaannya. Sebaliknya, remaja enam belas tahun mengatakan bahwa mereka “tidak mempunyai keprihatinan”. Jadi, adanya badai dan tekanan dalam periode ini berkurang menjelang akhirnya awal masa remaja.

Meskipun pada usia remaja kemampuan kognitif telah berkembang dengan baik, yang mungkin dapat mengatasi sters atau fluktuasi emosi secara efektif tetapi masih banyak remaja yang belum mampu mengelolah emosinya sehingga mereka mengalami depresi marah-marah, dan kurang mampu meregulasi emosi. Kondisi ini dapat memicu masalah seperti kesulitan belajar menyalahgunakan obat dan perilaku menyimpang, dalam suatu penelitian dikemukakan bahwa regulasi emosi sangat penting bagi keberhasilan akademik. Remaja yang sering mengalami emosi yang negatif cenderung memiliki prestasi belajar yang rendah.

Pada masa remaja berkembang “social cognition” yaitu kemampuan untuk memahami orang lain. Remaja memahami orang lain sebagai individu yang unik, baik menyangkut sifat-sifat peribadi, minat nilai-nilai maupun perasaan. Pemahamannya ini, mendorong remaja untuk menjalin hubungan sosial yang lebih akrap dengan mereka (terutama teman sebaya),baik melalui jalinan persahabatan maupun percintan (pacaran). Dalam hubungan persahabatan, remaja memilih teman yang memiliki kualitas psikologis yang relatif sama dengan dirinya, baik menyangkut interes, sikap, nilai, dan kepribadian.

Pada masa ini juga berkembang sikap ‘conformity” yaitu kecenderungan untuk menyerah atau mengikuti opini, pendapat, nilai, kebiasaan, kegemaran (hobby) atau keinginan orang lain (teman sebaya). Perkembangan sikap konformitas pada remaja dapat memberikan dampak yang positif maupun yang negatif bagi dirinya.

Penyesesuaian sosial ini dapat diartikan sebagai “kemampuan untuk mereaksi secara tepat terhadap realitas sosial, situasi, dan relasi. Remaja dituntut untuk memiliki kemampuan penyesuaian sosial ini, baik dalam lingkungan keluarga, sosia, dan masyarakat.

Malalui pengalaman atau berinteraksi sosial dengan orang tua, guru, teman sebaya, atau orang dewasa lainnya, tingkat moralitas remaja sudah lebih matang jika dibandingkan dengan usia anak. Mereka sudah lebih mengenal tentang nilai-nilai moral atau konsep-konsep moralitas seperti kejujuran, keadilan, kesopanan, dan kedisiplinan.

Pada masa ini muncul dorongan untuk melakukan perbuatan-perbuatan yang dapat dinilai baik oleh orang lain. Remaja berprilaku bukan hanya untuk memenuhi kepuasaan fisiknya, tetapi psikologis (rasa puas dengan adannya penerimaan dan peneliaian positif dari orang lain tentang perbuatannya).

Sifat-sifat kepribadian mencerminkan perkembangan fisik, seksual, emosional, sosial, kognitif, dan nilai-nilai. Masa remaja merupakan saat berkembangnya identity (jati diri). Perkembangan “identity” merupakan isu sentral pada masa remaja yang memberikan dasar bagi masa dewasa. Dapat juga dikatakan sebagai aspek sentral bagi kepribadian yag sehat yang mereflesikan kesadaran diri. Kemampuan mengidetifikasi orang lain dan mempelajari tujuan-tujuan agar dapat berpartisipasi dalam kebudayaannya. Erikson menyakini bahwa perkembangan identity pada masa remaja berkaitan erat dengan komitmennya terhadap okupasi masa depan, peran-peran masa dewasa dan sistem keyakinan pribadi (Nancy J. Cobb, 1992: 75). Sejak masa anak, sudah berkembang kesadaran akan diri dan masa remaja merupakan saat berkembang usahany yang sadar untuk menjawab pertanyaan “who am I?” (Siapa saya?).

Menurut Erikson, identity diri individu berkembang pada usia remaja pada tahap perkembangan kelima yaitu , identiti vs identiti confusion (kebingungan identitas/peran). Erison mendifinisikan identitas sebagai consepsi konsep diri penentuan tujuan, nilai dan keyakinan yang dipegang teguh oleh seseorang.

Krisis, apabila remaja tidak mampu memilih diantara berbagai alternatif yang bermakna remaja dikatakan telah menemuakan identitas dirinya (self-identity) ketika berhasil memecahakan tiga masalah utama yaitu , pilihan pekerjaan, adopsi nilai yang diyakinin dan dijalanin dan perkembangan identitas yang memuaskan.

Remaja yang gagal menemukan identitas dirinya, atau mengalami kebingungan identitas, cenderung menampilkan perilaku menyimpang atau aneh-aneh. Perilaku menyimpang seperti menampikan diri dan cara bepakaian kata-kata kasar, senang mengonsumsi makanan keras dan melalukan tindakan kriminal.

  1. Perkembangan Kesadaran Beragama
  2. Masa remaja awal (usia 13-16 tahun),

Pada masa ini terjadi perubahan jasmanih yang cepat, Pertumbuhan fisik yang terkait dengan seksual mengakibatkan terjadinya kegoncangan emosi, kecemasan dan kekhawatiran pada diri remaja. Bahkan, kepercayaan agama yang telah tumbuh pada umur sebelumnya, mungkin pula mengalami kegoncangan. Kepercayaan kepada Tuhan kadang-kadang sangat kuat, akan tetapi kadang-kadang menjadi berkurang yang terlihat pada cara ibadahnya yang kadang-kadang rajin dan kadang-kadang malas. Penghayatan rohaninya cenderung skeptis (was-was) sehingga muncul keengganan dan kemalasan untuk melakukan berbagai ibadah ritual (seperti ibadah salat) yang selama ini dilakukannya dengan penuh kepatuhan.

  1. Masa remaja akhir (usia 17-21 tahun),

secara psikologis, pada masa ini remaja sudah mulai stabil dan pemikirannya mulai matang. Dalam kehidupan beragama remaja sudah melibatkan diri kedalam kegiatan-kegiatan keagamaan. Remaja sudah dapat membedakan agama sebagai ajaran dengan manusia sebagai penganutnya (ada yang taat dan ada yang tidak taat). Kemampuan ini memungkinkan remaja untuk tidak terpengaruh oleh orang –orang yang mengaku beragama, namun tidak melaksanakan ajaran agama. Remaja dapat menilai bahwa ajaran agamanya yang salah, tetapi orangnya yang salah.

  1. Ciri-ciri (karakteristik) Umum Masa Remaja

Pada remaja sering terlihat adanya :

  1. Kegelisahan, keadaan yang tidak tenang menguasai ciri remaja. Mereka mempunyai banyak keinginan yang tidak dapat selalu dipenuhi.
  2. Pertentangan, pertentangan-pertentangan yang terjadi di dalam diri juga menimbulkan kebingungan baik bagi dari mereka maupun orang lain. Pertentangan dapat menyebabkan timbulnya keinginan yang hebat untuk melepaskan diri dari orang tua, tambah pula keinginan melepaskan diri secara ekonomis tidak memperoleh lagi bantuan dari keluarga dalam hal keuangan.
  3. Keinginan besar untuk mencoba segala hal yang belum diketahui.
  4. Keinginan menjelajah kealam sekitar yang lebih luas, misalnya melibatkan diri dalam kegiatan-kegiatan pramuka, kelompok atau himpunan pencinta alam (Himapala).
  5. Menghayal dan berfantansi, hayalan dan fantasi remaja banyak berkisar mengenai prestasi dan tangga karir.
  6. Aktivitas kelompok. Kebanyakan remaja-remaja menemukan jalan keluar dari kesulitan-kesulitannya dengan berkumpul-berkumpul melakuakan kegiatan bersama, mengadakan penjelajahan secara berkelompok.
  1. TUGAS-TUGAS PERKEMBANGAN PADA REMAJA

Perkembangan merupakan suatu proses yang menggambarkan prilaku kehidupan sosial psikologi manusia pada posisi yang harmonis di dalam lingkungan masyarakat yang lebih luas dan kompleks. Oleh Havighurst perkembangan tersebut dinyatakan sebagai tugas yang harus diperlajari, dan dikuasai oleh setiap individu dalam perjalanan hidupnya. Pada jenjang kehidupan remaja, seseorang telah banyak menyelesaikan tugas-tugas perkembangannya, seperti misalnya mengatasi sifat-sifat tergantung pada orang lain, memahami norma sepergaulan dengan teman sebaya, dan lain-lain, memahami norma sepergaulan dengan teman sebaya, dan lain-lain.

Berkaitan dengan tugas perkembangan remaja Menurut Hurlock (1990), seluruh tugas perkembangan pada masa remaja dipusatkan pada penanggulangan sikap dan pola perilaku yang kekanak-kanakan dan mengadakan persiapan untuk menghadapi masa dewasa

Menurut Havighurst, tugas-tugas perkembangan remaja adalah sebagai berikut:

  1. Mencapai hubungan baru dan yang lebih matang dengan teman sebaya baik pria maupun wanita.
  2. Mencapai peran sosial sebagai pria atau wanita.
  3. Menerima keadaan fisiknya dan menggunakan secara efektif
  4. Mencapai kemandirian emosional dari orang tua dan orang dewasa lainnya
  5. Mencapai jaminan kemandirian ekonomi.
  6. Memilih dan mempersiapkan karier (pekerjaan)
  7. Mempersiapkan pernikahan dan hidup berkeluarga
  8. Mengembangkan keterampilan intelektual dan konsep-konsep yang diperlukan bagi warga negara.
  9. Mencapai tingkah laku yang bertanggung jawab secara sosial
  10. Memperoleh perangkat nilai dan sistem etika sebagai petunjuk/pembimbing dalam bertingkah laku.
  11. Beriman dan bertakwah kepada tuhan yang Maha Esa

Dari beberapa tugas-tugas perkembangna remaja tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa jenis perkembangan remaja itu pada dasarnya mencakup segala persiapan diri untuk memasuki jenjang dewasa, yang intinya bertolak dari tugas perkembangan fisik dan tugas perkembangan sosio-psikologis.

Remaja sebagai individu sedang berada dalam proses berkembangan atau menjadi (becoming) yaitu berkembang kearah kematangan atau kemandirian. Untuk mencapai kematangan tersebut, remaja memerlukan bimbingan karena mereka masih kurang memiliki pemahaman atau wawasan tentang dirinya dan lingkungannya. Disamping terdapat suatu keniscayaan bahwa proses perkembangan individu tidak selalu berlangsung secara mulus atau sterill dan masalah. Dengan kata lain proses perkembangan itu selalu berjalan dalam alur yang linier, lurus/searah dengan potensi, harapan dan nilai-nilai yang dianut, karena bayak faktor yang menghambatnya.

Faktor penghambat ini bersifat internal dan eksternal. Faktor penghambat yang bersifat eksternal adalah yang berasal dari lingkungan. Iklim lingkungan yang tidak kondusif itu seperti ketidakstabilan dalam kehidupan sosial politik, krisis ekonomi, peceraian orang tua, sikap dan perilaku orang tua yang otoritera atau kurang memberikan kasih sayang dan pelecehan nilai-nilai moral atau agama dalam kehidupan keluarga atau masyarakat.

Iklim lingkungan yang tidak sehat tersebut, cenderung memberikan dampak yang kurang baik bagi perkembangan remaja dan sangat mungkin mereka akan mengalami kehidupan yang tidak nyaman, stres atau depresi. Dalam kondisi seperti inilah, banyak remaja yang meresponnya dengan sikap dan perilaku kurang wajar dan bahkan amoral, seperti kriminallitas, meminum-minuman keras, penyalahgunaan obat terlarang, tawuran dan pergaulan bebas.

BAB III

PENUTUP

Masa remaja merupakan masa transisi dari masa kanak-kanak ke masa remaja. Pada masa ini banyak perubahan-perubahan yang terjadi baik dari fisik maupun psikis dari seorang yang sudah memasuki masa remaja ini. Perubahan fisik yang terjadi di diri seorang yang remaja yaitu pertumbuhan tubuh (badan menjadi semakin panjang dan tinggi).Selanjutnya, mulai berfungsinya alat-alat reproduksi (ditandai dengan haid pada wanita dan mimpi basah pada laki-laki) dan tanda-tanda seksual sekunder yang tumbuh. Selain dari pada itu dari segi psikisnya juga mulai berkembang baik dari perkembangan kognitif, emosi, sosial, moral, kepribadian, dan kesadaran agamanya. Dari perkembangan tersebut, remaja menjadi diri yang akan membawanya ke masa remaja.

Oleh Havighurst perkembangan tersebut dinyatakan sebagai tugas yang harus diperlajari, dan dikuasai oleh setiap individu dalam perjalanan hidupnya. Oleh karena itu, setiap remaja harus menuntaskan setiap tugas yang ada di fase remaja. Karena pada hakikatnya tugas perkembangang ini berkaitan dengan sikap, perilaku, atau ketrampilan yang seyogyianya dimiliki oleh individu, sesuai dengan usia atau fase perkembangannya.

Remaja sebagai individu sedang berada dalam proses berkembangan atau menjadi (becoming) yaitu berkembang kearah kematangan atau kemandirian. Disamping terdapat suatu keniscayaan bahwa proses perkembangan individu tidak selalu berlangsung secara mulus atau sterill dan masalah. Dengan kata lain proses perkembangan itu selalu berjalan dalam alur yang linier, lurus/searah degan potensi, harapan dan nilai-nilai yang dianut, karena bayak faktor yang menghambatnya.

Perubahan-perubahan yang terjadi pada masa remaja menimbulkan berbagai konflik batin maupun psikis.Orang tua harus benar-benar memahami konsekuensi perubahan pada remaja.Sementara itu, perawat dapat dijadikan tempat konseling untuk remaja sebagaimana peran perawat dan sebagai perawat yang menghadapi permasalahan remaja senantiasa memberikan bimbingan atau konseling yang baik atau yang tidak memojokkan remaja tersebut dalam masalah yang dihadapinya.