a. Pengertian Perlakuan Panas Perlakuan panas adalah proses pada saat bahan dipanaskan hingga suhu tertentu dan selanjutnya didinginkan dengan cara tertentu pula. Tujuannya adalah untuk mendapatkan sifat-sifat yang lebih baik dan yang diinginkan sesuai dengan batas-batas kemampuannya. Sifat yang berhubungan dengan maksud dan tujuan perlakuan panas tersebut meliputi : 1. Meningkatnya kekuatan dan kekerasannya. 2. Mengurangi tegangan. 3. Melunakkan . 4. Mengembalikan pada kondisi normal akibat pengaruh pengerjaan sebelumnya. 5. Menghaluskan butir kristal yang akan berpengaruh terhadap keuletan bahan. Menurut jenisnya dari perlakuan panas digolongkan menjadi tiga macam yaitu : 1. Hardening (mengeraskan) juga sering disebut dengan istilah menyepuh keras atau mengeraskan sepuh. 2. Tempering (memudakan) yaitu mendinginkan secara cepat bahan yang telah dikeraskan dengan maksud mengurangi kekerasannya. Kompetensi : Teknologi Bahan dan Teknik Pengukuran II - 48 Menurut proses yang terjadi pada perlakuan panas dapat dibagi menjadi empat tingkatan. Tingkat I : Pemanasan rekristalisasi adalah untuk membebaskan tegangan dalam, mengurangi kekerasan dan untuk meningkatkan keuletan dari bahan yang mengalami pengolahan pengerasan. Pada mulanya dengan menaikan suhu pemanasannya, kemudian kerusakan elastisitas dari kristal bahan dihilangkan. Pada suhu yang lebih tinggi akan terbentuk butir-butir baru (rekristalisasi) akibatnya bahan menjadi lunak tetapi tetap memiliki keuletan yang tinggi. Tingkat II : Pemanasan penuh (full annealing)adalah rekristalisasi dari fase yang merupakan pemanasan campuran di atas suhu yang diperlukan untuk transformasi fase. Selanjutnya diikuti dengan pendinginan perlahan-lahan. Dengan cara ini sifat mekanis akan berubah dan juga dapat menghaluskan struktur butirnya. Tingkat III : Pemanasan bahan di atas suhu transformasi fase dan selanjutnya didinginkan dengan cepat sekali pada suhu kamar. Sehingga terbentuk suatu fase yang stabil pada suhu tinggi, pengerasan dengan cara ini Tingkat IV : Tempering atau pemanasan kembali dari suatu bahan yang sudah dikeraskan hingga suatu suhu yang diperlukan dibawah perubahan fase dengan maksud mengembalikan keadaan bahan ke dalam fase yang stabil. Untuk keperluan pemanasan bahan dari proses perlakuan panas tersebut digunakan dapur-dapur pemanas. Satu hal yang penting dari kondisi dapur pemanas ini adalah pengukuran temperatur kerja harus secermat mungkin. (1). Dapur Pemanas Dapur pemanas benda kerja pada proses perlakuan panas menggunakan sumber panas dari listrik, minyak atau gas panas dari pembakaran kokas. Berikut ini ada beberapa jenis dapur pemanas : a. Dapur Pemanas Kamar Dapur ini mempunyai ruangan bentuk kamar yang ditutup dengan sebuah pintu. Didalam ruangan tersebut diletakan benda kerja yang akan dipanaskan. Sedangkan diluar kamar dilengkapi dengan beberapa alat pengatur panas dan pengontrol temperatur. Dapur pemanas kamar dapat digunakan untuk segala macam pengolahan panas. b. Dapur Sepuhan Garam Dapur ini terdiri atas sebuah ruangan berbentuk bak atau bejana berisi cairan garam yang dipanaskan dengan temperatur yang dapat diatur Kompetensi : Teknologi Bahan dan Teknik Pengukuran II - 50 dalam cairan garam tersebut, memungkinkan pemanasan benda kerja dengan cepat dan merata serta terhindar dari oksidasi, sebab tidak berhubungan dengan udara luar. Dapur ini dapat digunakan untuk segala macam perlakuan panas. c. Dapur Bak Dapur ini berbentuk bak yang ditutup pada bagian atasnya. Didalam bak tersebut dimasukan benda yang akan dipanaskan dan panas yang dikenakan pada benda kerja dapat diatur atau diukur dari peralatan pengatur. Dapur pemanas jenis ini terutama digunakan untuk benda kerja yang akan dipijarkan dan dimurnikan. a. Bahan Pendingin Bahan pendingin yang digunakan didalam proses perlakuan panas antara lain air, minyak, udara dan garam. a. A ir Pendinginan dengan menggunakan air akan memberikan daya pendingin yang cepat. Biasanya ke dalam air tersebut dilarutkan juga garam dapur sebagai usaha mempercepat turunya temperatur benda kerja dan mengakibatkan bahan menjadi tambah keras. b. Minyak Minyak yang digunakan sebagai fluida pendingin dalam perlakuan panas adalah yang dapat memberikan lapisan karbon pada permukaan pendingin pada proses perlakuan panas dapat juga digunakan minyak bakar atau solar. Pendinginan dengan minyak akan memberikan kecepatan pendinginan yang sedang dan warna yang mantap dari benda kerja yang diproses. c. Udara Pendinginan udara dilakukan untuk perlakuan panas yang membutuhkan pendinginan lambat. Untuk keperluan tersebut udara yang disirkulasikan ke dalam ruangan pendingin dibuat dengan kecepatan yang rendah. Udara sebagai pendingin akan memberikan kesempatan kepada logam untuk membentuk kristal-kristal dan kemungkinan mengikat unsure-unsur lain dari udara. d. Garam Garam dipakai sebagai bahan pendingin disebabkan memiliki sifat mendinginkan yang teratur dan cepat. Bahan yang didinginkan didalam cairan garam akan mengakibatkan ikatanya menjadi lebih keras karena pada permukaan benda kerja tersebut akan mengikat zat arang. (3). Diagram TTT (Time Temperat ure Transformation) Untuk mendapatkan sifat-sifat bahan yang lebih baik sesuai dengan karakter yang diinginkan dapat dilakukan melalui pemanasan dan pendinginan. Tujuannya adalah mengubah struktur mikro sehingga bahan dikeraskan, dimudahkan atau dilunakan. Kompetensi : Teknologi Bahan dan Teknik Pengukuran II - 52 cukup karbon. Pada suhu yang lebih tinggi ferrit menjadi austenit karena atom karbon difusi ke dalam ferrit tersebut. Untuk pengerasan baja, pendinginan dilakukan dengan cepat melalui pencelupan kedalam air, minyak atau bahan pendingin lainnya sehingga atom-atom karbon yang telah larut dalam austenit tidak sempat membentuk sementit dan ferrit akibatnya austenit menjadi sangat keras yang disebut martensit. Pada baja setelah terjadi austenit dan ferrit kadar karbonya akan menjadi makin tinggi sesuai dengan penurunan suhu dan akan membentuk hipoeutektoid. Pada saat pemanasan maupun pendinginan difusi atom karbon memerlukan waktu yang cukup. Laju difusi pada saat pemanasan ditentukan oleh unsure-unsur paduanya dan pada saat pendinginan cepat austenit yang berbutir kasar akan mempunyai banyak martensit. Fase kristal dan besarnya butir yang terjadi akan membentuk sifat baja. Apabila ferrit dan sementit didalam perlit berbutir besar, maka baja tersebut makin lunak sebagai akibat pendinginan lambat. Sebaliknya baja menjadi semakin keras apabila memiliki perlit berbutir halus yang diperoleh pada pendinginan cepat. Baja dengan unsure paduan aluminium, vanadium, titanium dan zirkonim akan cenderung memiliki kristal berbutir halus. Untuk memahami macam-macam fase dan struktur kristal yang terjadi pada saat pendinginan dapat diamati dari diagram TTT . Fasa austenit stabil berada di atas suhu 7700 C. pada suhu yang lebih rendah akan terbentuk martensit dan mulai suhu tersebut martensit sudah tidak setelah terbentuknya ferrit dan sementit. Jadi campuran antara ferrit dan sementit adalah bainit seperti pada perlit. Perbedaan antara bainit dengan perlit adalah bentuknya halus sedangkan perlit kasar. Diagram TTT dipengaruhi oleh kadar karbon dalam baja, makin besar kadar karbonya maka diagramnya akan semakin bergeser kekanan, demikian pula dengan unsure paduan lainya. Apabila baja dipanaskan sampai terbentuknya austenit, pendinginan akan berlangsung terus menerus tidak isotermal biarpun dilakukan dengan berbagai media pendingin. Pengerjaan panas yang terpenting untuk baja, baja tuang, besi tuang dapat diuraikan sebagai berikut ini. (a). M emijar (A nnealing) Memijar atau proses anil adalah pemanasan bahan hingga suhu tertentu dan mempertahankannya untuk beberapa waktu. Pada suhu tersebut selanjutnya didinginkan perlahan-lahan. Tujuan dari perlakuan panas ini pada umumnya untuk membuat bahan berkurang kekerasanya dan biasanya dilakukan untuk pengerjaan lanjut. ? Proses anil untuk membebaskan tegangan Tujuanya adalah untuk mengurangkan tegangan dalam yang diakibatkan oleh pengerjaan dingin (laku pemesinan) maupun Kompetensi : Teknologi Bahan dan Teknik Pengukuran II - 54 mempertahankannya selama + 2 jam pada suhu tersebut, sehingga terbentuk struktur kristal baru, kemudian didinginkan. ? M emijar lunak(Soft A nnealing) Memijar lunak juga dikenal dengan istilah speroidisasi atau proses anil untuk membentuk sementit yang berbentuk bola (spheroidical). Penggunaanya adalah untuk baja karbon tinggi, misalnya bantalan peluru. Tujuan dari proses ini adalah untuk meningkatkan ketangguhan baja yang rapuh yaitu dengan mengubah bentuk lapisan sementit didalam perlit dan sementit. Pada beberapa jenis baja diperlukan adanya kadar karbida yang tinggi agar daya tahan ausnya meningkat. Struktur mikro perlit mempunyai ketangguhan yang rendah sekali sehingga dengan pemanasan tersebut akan diubah menjadi sementit yang berbutir-butir bulat (berbentuk bola). Prosedur pemanasan apabila struktur mulanya perlit adalah bahan dipanaskan selama 16 – 24 jam pada suhu dibawah suhu kritis bawah atau kira-kira 7000 C, lalu didinginkan perlahan-lahan diudara. Jika struktur mulanya martensit maka diperlukan pemanasan selama 1 – 2 jam pada suhu diatas titik kritis antara 723 - 7700 C, setelah itu didinginkan perlahan-lahan didalam dapur dengan laju pendinginan ? M emijar normal (Normallizing) Baja konstruksi, baja canai atau bahan yang mengalami penempaan biasanya tidak memiliki struktur yang sama. Hal ini disebabkan jumlah beban yang tidak sama pada waktu proses dan perubahan bentuk pada waktu pendinginan yang tidak bersamaan dari penampang yang tebal dan tipis. Sehingga akan menghasilkan ukuran-ukuran yang tidak tetap pada waktu laku pemesinan. Guna memperbaiki dan menghaluskan struktur butiran dan membentuk struktur mikro agar terbentuk butir halus dan seragam, sehingga pengaruh dari pengerjaan dingin atau panas dapat dihilangkan, maka dilakukan normalisasi. Prosedur pemanasan dilakukan dengan memanaskan baja hingga 800 – 900 0 C terganung dari kadar karbon, semakin tinggi kadar karbon akan lebih rendah suhu pemanasanya, dengan kadar karbon dalam baja maksimum 0,83 %. Selanjutnya menahan pada suhu tersebut selama 1 – 2 jam lalu didinginkan sampai suhu + 60 0 C karena pada suhu tersebut terjadi austenitisasi dalam daerah austenit murni. Proses selanjutnya didinginkan perlahan-lahan dengan pendinginan udara guna mencegah timbulnya segresi praeutektoid yang berlebihan. Ferrit yang terlalu banyak dari baja hipereutektoid masuk ke dalam Kompetensi : Teknologi Bahan dan Teknik Pengukuran II - 56 Adakalanya pemanasan yang terlalu tinggi dan pendinginan yang rendah akan membentuk susunan sementit dalam baja hipereutektoid. ? M emijar habis (Full Annealing) Pemanasan baja hipoeutektoid pada suhu 30 – 50 0 C di atas titik kritis atau austenitisasi 25 - 30 0 C di atas stabilitas ferrit terakhir dan menahanya pada suhu tersebut untuk beberapa waktu kemudian disusul dengan pendinginan di dalam dapur 30 – 20 0 C perjam sehingga austenit terurai menjadi perlit kasar. Produk menjadi cukup lunak sehingga dapat dikerjakan dengan mesin, tetapi keuletanya berkurang. Dengan kondisi tersebut pada saat laku pemesinan akan membentuk geram dengan baik. ? Homogenisasi Cara ini dilakukan untuk logam tuangan yang besar dan bentuknya yang rumit, untuk menyeragamkan komposisi bahan atau menghilangkan ketidak homogenan kimia di dalam kristal-kristal yang terpisah. Pada pembekuan benda padat pertama yang terbentuk tidak sama secara menyeluruh. Prosedur pemanasanya dilakukan pada suhu setinggi mungkin asalkan logam tidak mencair dan tidak menimbulkan pertumbuhan butir yang berlebihan pada suhu 1500 0 C. selanjutnya penahanan suhu pada 800 – 850 0 C selama 6 – 8 jam dan didinginkan perlahan-lahan dengan udara ? Isothermal A nnealing Cara pemanasan yang dilakukan untuk perlakuan panas ini, baja dipanasi seperti pada annealing biasa, selanjutnya didinginkan dengan cepat sampai suhu + 80 0 C kemudian ditahan pada suhu tersebut selama waktu tertentu. Keuntungan utama dari cara ini adalah pengurangan waktu dari yang diperlukan untuk pemanasan baja paduan. (4). Pengerasan Baja Pengerasan baja disebut juga penyepuhan (quenching) atau sering dikatakan menyepuh baja. Menye puh adalah memanaskan baja sampai temperatur tertentu, pada perubahan fase yang homogen dan dibiarkan beberapa waktu pada temperatur itu, kemudian didinginkan dengan cepat sehingga menimbulkan suatu susunan yang keras sampai terjadi struktur yang disebut martensit. Kadar karbon dari baja yang disepuh minimal 0,2 %, apabila kadar karbonnya kurang dari 0,2 % penyepuhan tidak ada gunanya, sebab tidak terbentuk martensit dan terlalu sedikit karbida besi sehingga baja tetap lunak. (a). Pemudaan baja (menemper) Penemperan adalah proses pemanasan kembali baja yang telah Kompetensi : Teknologi Bahan dan Teknik Pengukuran II - 58 karena terlalu berlebihan kekerasanya dan terlalu getas. uNtuk mengatasi kekerasan baja yang berlebihan tersebut dilakukan tempering. (b). M emurnikan Memurnikan atau memuliakan adalah memanaskan baja yang telah disepuh hingga mencapai suhu 6000 – 700 0C. pekerjaan ini dilakukan pada jenis-jenis baja yang sangat rendah kadar karbonya untuk menambah kekuatan dan keliatanya, misalnya pada bagian-bagian mesin yang mengalami muatan berubah-ubah. Namun dengan benda kerja yang telah dimurnikan dan dikerjakan lagi dengan jalan penempaan atau pemijaran akanmerusakan proses pemurnianya, oleh karena itu permunian dilakukan apabila benda kerja telah dikerjakan terlebih dahulu. (c). M engadikan Mengadikan adalah menyepuh keras baja paduan. Prosedur ini lebih sulit dari pada baja zat arang biasa. Pada umumnya perlakuan panas ini tidak dapat menggunakan air sebagai media pendingin, karena pendingin dengan air berlangsung sangat cepat, sehingga baja paduan tersebut akan menjadi pecah. Untuk mengatasi hal ini pendingin yang digunakan adalah minyak yang sudah dipanaskan + 100 – 150 0C. dengan demikian baja paduan yang diproses akan menjadi sangat keras c. Rangkuman 1. Perlakuan panas adalah proses pada saat bahan dipanaskan hingga suhu tertentu dan selanjutnya didinginkan dengan cara tertentu. 2. Tujuan perlakuan panas adalah untuk mendapatkan sifat-sifat yang lebih baik dan yang diinginkan sesuai dengan batas-batas kemampuan logam. sebelumnya. 3. Menurut jenisnya dari perlakuan panas digolongkan menjadi tiga macam yaitu : Hardening (mengeraskan), tempering (memudakan), dan annealing (melunakan) baja. 4. Untuk keperluan pemanasan bahan logam dari proses perlakuan panas tersebut digunakan dapur-dapur pemanas. Satu hal yang penting dari kondisi dapur pemanas ini adalah pengukuran temperatur kerja harus secermat mungkin. 5. Dapur pemanas benda kerja pada proses perlakuan panas menggunakan sumber panas dari listrik, minyak atau gas panas dari pembakaran kokas. 6. Bahan pendingin yang digunakan didalam proses perlakuan panas antara lain air, minyak, udara dan garam. 7. Pendinginan dengan minyak akan memberikan kecepatan pendinginan yang sedang dan warna yang mantap dari benda kerja yang diproses. 8. Untuk mendapatkan sifat-sifat bahan yang lebih baik sesuai dengan Kompetensi : Teknologi Bahan dan Teknik Pengukuran II - 60 pendinginan. Tujuannya adalah mengubah struktur mikro sehingga bahan dikeraskan, dimudahkan atau dilunakan. 9. Untuk memahami macam-macam fase dan struktur kristal yang terjadi pada saat pendinginan besi/ baja dapat diamati dari diagram TTT . 10.Pengerasan baja disebut juga penyepuhan (quenching) atau sering dikatakan menyepuh baja. d. Lembar Tugas Setelah anda membaca dan memahami proses perlakuan panas baja, cobalah anda kerjakan latihan di bawah ini. Dengan demikian anda akan dapat memahami dan menjelaskan lebih jauh dari materi ini. 1. Jelaskan maksud dan tujuan perlakuan panas untuk baja. 2. Menurut jenisnya perlakuan panas itu ada beberapa macam, sebutkan. 3. Sebutkan macam-macam media pendingin untuk proses perlakuan panas. 4. Jelaskan cara proses anil untuk membebaskan tegangan. 5. Apakah yang dimaksud dengan full annealing dan apa tujuanya. 6. Dengan tujuan apa diperlukan penyepuhan baja dan apa yang harus diperhatikan dalam perlakuan panas. 7. Apa yang harus dilakukan setelah disepuh ternyata baja tersebut terlampau keras. 8. Jelaskan prosedur pengerasan baja untuk menghindari terjadinya retak 9. Jelaskan apa yang dimaksud pengerasan baja dan sebutkan cara yang sering digunakan. 10. Pengerasan Besi/ Baja dipengaruhi oleh beberapa faktor, jelaskan. Untuk memeriksa hasil latihan anda bagian ini tidak disediakan kunci jawaban. Oleh karena itu hasil latihan anda sebaiknya anda bandingkan dengan hasil latihan siswa/ kelompok lain. Diskusikanlah dalam kelompok untuk hal-hal yang berbeda dalam hasil latihan itu. Dalam mengkaji hasil latihan itu anda sebaiknya selalu melihat proses perlakuan panas pada baja yang diuraikan sebelumnya. Jika terdapat hal-hal yang tidak dapat di atasi dalam diskusi kelompok, bawalah persoalan tersebut ke dalam pertemuan tutorial. Yakinlah dalam pertemuan tersebut anda akan dapat memecahkan persoalan itu. e. Lembar Tes Formatif (H.01.3) Pilihlah salah satu kemungkinan jawaban yang menurut anda paling tepat dengan memberi tanda silang (X) pada huruf a, b, c, atau d. 1. Tujuan perlakuan panas pada baja adalah …. a. Sifat-sifat baja yang lebih baik. b. Sifat-sifat baja yang tahan cair. c. Sifat baja yang tahan rusak. Kompetensi : Teknologi Bahan dan Teknik Pengukuran II - 62 2. Dalam proses perlakuan panas menggunakan suatu tempat yang disebut … a. Dapur tinggi. b. Dapur tempa. c. Dapur pemanas. d. Dapur besi. 3. Media pendingin yang digunakan dalam proses perlakuan panas... a. Air, minyak, udara dan pasir. b. Air, minyak, udara dan garam. c. Air, minyak, udara dan batu. d. Air, minyak, garam dan pasir. 4. Proses anil untuk membebaskan tegangan memanaskan bahan sampai suhu ……. 0 C. a. 520 – 600 b. 530 – 610 c. 540 – 620 d. 550 – 650 . 5. Normallizing memanaskan baja sampai suhu …… dan tergantung dari kadar karbon. a. 800 – 900 0 C b. 700 – 950 0 C c. 570 – 820 0 C 6. Penemperan baja dilakukan pada suhu ….0C a. 100-500 b. 150-600 c. 200-700 d. 300-850 7. Memurnikan baja adalah memanaskan baja sampai mencapai suhu …0C a. 350-450 b. 400-500 c. 500-600 d. 600-700 8. Mengkarbonkan(Carburizing) adalah memanaskan bahan sampai suhu …….0 C a. 700-800 b. 900-950 c. 600-750 d. 750-900 9. Proses perlakuan panas menggunakan sumber panas dari …. a. Minyak bakarb. Listrik, minyak, dan gas panas dari pembakaran kokas c. Matahari dan gas bumi Kompetensi : Teknologi Bahan dan Teknik Pengukuran II - 64 10. Pemanasan dan pendinginan pada bahan logam bertujuan untuk …… a. Mengubah struktur sementit logam. b. Mengubah struktur martensit logam. c. Mengubah struktur mikro pada logam. d. Mengubah struktur makro logam f. Lembar Kerja 1. A lat : ? OHP ? Papan tulis ? Dapur tempa ? Perlengkapan kerja ? Peralatan kerja 2. Bahan yang digunakan adalah : ? Modul ? besi dan baja 3. Langkah kerja : ? Siswa memahami tentang teori proses perlakuan panas baja. ? Siswa dapat menjelaskan proses perlakuan panas baja. ? Siswa dapat mengidentifikasi proses perlakuan panas baja. III. EVALUASI Kompetensi : Teknologi Bahan dan teknik Pengukuran Sub Kompetensi : Proses Pembuatan Besi dan Baja Kode Sub Kompetensi : TPL-Prod/ H.01 Nama Sisw a : Nomor Induk siswa : W aktu Nilai Kognitif skill Psikomotor skill Attitude skill Produk/benda kerja sesuai standar - Menjelaskan pembuatan besi kasar dan baja. - Menjelaskan proses dapur tinggi. - Menjelaskan klasifikasi besi dan baja. - Menjelaskan perlakuan panas pada besi dan baja. - Mengidentifikasi pembuatan besi kasar dan baja. - Menguraikan proses dapur tinggi. - Mengidentifikasi klasifikasi besi dan baja. - Menguraikan perlakuan panas pada besi dan baja. - Cermat mengidentifika si pembuatan besi kasar dan baja. - Cermat menguraikan proses dapur tinggi. - Cermat mengidentifika si klasifikasi besi dan baja. - Cermat Menguraikan perlakuan panas pada besi dan baja. Kompetensi : Teknologi Bahan dan Teknik Pengukuran III - 2 Kunci Jawaban Tes Formatif ? Kode H.01.1 1. B 3. C 5. A 7. D 9. A 2. A 4. C 6. B 8. D 10. C ? Kode H.01.2 1. A 3. D 5. B 7. B 9. D 2. B 4. A 6. D 8. C 10. B ? Kode H.01.3 1. A 3. B 5. A 7. D 9. A 2. D 4. D 6. C 8. B 10. C IV . PENUTUP Pada pembelajaran sub kompetensi proses pembuatan besi dan baja ini, menitik beratkan pada mengidentifikasi proses pembuatan besi kasar dan pembuatan baja, proses dapur tinggi, klasifikasi besi dan baja, perlakuan panas pada besi dan baja, memilih, menentukan besi dan baja dengan benar. Untuk itu pengetahuan-pengetahuan dasar mengenai pengetahuan logam dan non logam sebelumnya harus tetap dikuasai. Setelah menempuh ujian atau evaluasi maka secara teknis siswa telah mampu untuk memasuki lapangan kerja, namun untuk melengkapi program diklat teknologi bahan dan teknik pengukuran. Untuk selanjutnya menempuh uji kompetensi yang dilaksanakan oleh Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP) melalui Panitia Uji Kompetensi dan Sertifikasi (PUKS) untuk mendapatkan sertifikat kompetensi. Sekolah merekomendasikan siswanya untuk mengikuti uji kompetensi melalui PUKS atau BNSP, dan setelah mengikuti uji kompetensi Kompetensi : Teknologi Bahan dan Teknik Pengukuran Adnyana, 1993. M etalurgi Las (W elding M etalurgy), Institut Sain dan Teknologi Nasianal, Jakarta. Bangyo Sucahyo, 1999. Ilmu Logam, PT. Tiga Serangkai Pustaka Mandiri, Surakarta. Cubberly William H, 1983, M etals Handbook Ninth Edition Vol. 1 Properties and Selection Iron and Steels. American Society For Metals, New York. Hari Amanto dan Daryanto, 1999, Ilmu Bahan, Bumi Aksara, Jakarta. Yanmar Diesel. 1980. Buku Petunjuk M esin Diesel Yanmar. PT. Yanmar Indonesia. Jakarta. Suyanto, 2001. Bahan Bakar dan M inyak Lumas, Sekolah Tinggi Perikanan, Jakarta. Tata Surdia dan Saito Shinroku, 1999, Pengetahuan Bahan Teknik, Pradnya Paramita, Jakarta. Warsowiwoho dan Gandhi Harahap, 1984. Bahan Bakar, Pelumas, |