Jelaskan Filsafat ilmu pariwisata dikaji dari aspek ontologi, epistemologi dan aksiologi

You're Reading a Free Preview
Pages 6 to 11 are not shown in this preview.

            Filsafat adalah suatu usaha untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan terakhir, secara dalam atau dogmatis seperti yang kita lakukan dalam kehidupan sehari-hari dan bahkan dalam ilmu pengetahuan. Akan tetapi secara kritis dalam arti kata setelah segala sesuatunya diselidiki problema-problema apa yang dapat ditimbulkan oleh pertanyaan-pertanyaan yang demikian itu, dan setelah kita menjadi sadar dari segala kekaburan dan kebingungan, yang menjadi dasar bagi pengertian kita sehari-hari. Filsafat adalah bahwa yang dibahas sebagai hal yang tinggi, sulit, abstrak dan tidak terkait dengan masalah kehidupan sehari-hari. Filosof sering digambarkan sebagai seorang yang mempunyai IQ dan intuisi yang jauh melebihi tingkat rata-rata manusia. Oleh karena itu filsafat dapat dikatakan sebagai refleksi rasional yang radikal dan kritis pada problematika kehidupan sehari-hari.

         Dalam filsafat terdiri berbagai aspek, salah satunya adalah filsafat ilmu. Dalam hal ini filsafat ilmu digunakan untuk mencari kejelasan konsep mengenai berbagai ilmu. Sedangkan arti dari ilmu sendiri adalah pengetahuan dari manusia yang disusun secara konsisten dengan kebenarannya teruji secara empiris. Pemikiran reflektif terhadap persoalan-persoalan mengenai berbagai hal yang memiliki hubungan dengan landasan ilmu maupun hubungan ilmu dengan segala segi dari kehidupan manusia merupakan filsafat ilmu. Dengan hal tersebut pariwisata dapat menjadi ilmu pengetahuan dengan konsep yang jelas. Menurut Undang Undang No. 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan, pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata yang didukung oleh berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan masyarakat, pengusaha, pemerintah, dan pemerintah daerah. Pengertian pariwisata adalah perpindahan orang untuk sementara dan dalam jangka waktu pendek ke tujuan-tujuan diluar tempat biasa hidup dan juga kegiatan-kegiatan selama tinggal di suatu tempat tujuan. Selain itu pariwisata juga merupakan kegiatan perpindahan untuk sementara waktu ke destinasi diluar tempat tinggal dan tempat bekerjanya dan melaksanakan kegiatan selama di destinasi dan juga penyiapan-penyiapan fasilitas untuk memenuhi kebutuhan wisatawan. Dari penjelasan tersebut dapat dikatakan bahwa pariwisata memiliki arti perjalanan dari daerah asal menuju daerah tujuan wisata yang biasanya melewati daerah transit dengan menggunakan produk pariwisata di daerah tujuan wisata dan akan kembali menuju daerah asal.

         Filsafat dengan pariwisata memiliki hubungan, karena pariwisata merupakan hasil dari berpikir kritis dan radikal dengan mempertimbangkan rasional karena adanya rasa penasaran. Selain hal tersebut, filsafat memiliki cabang yang mempelajari mengenai pengetahuan sebagai hal yang penting dalam kehidupan  manusia. Jadi dapat dikatakan filsafat ilmu pariwisata adalah refleksi rasional yang kritis dan radikal terhadap ilmu pariwisata. Dari hal tersebut pariwisata termasuk ke dalam pengetahuan karena dapat dikaji menggunakan prasyarat ontologis, epistemologis, dan aksiologis yang menjadi dasar dalam hal filsafat pariwisata.

         Pariwisata adalah disiplin ilmu yang memiliki kajian ilmiahnya terbagi menjadi tiga: ontologi, epistemologi, dan aksiologi. Ketiga hal tersebut menjadi prasyarat agar pariwisata menjadi bidang keilmuan. Jika prasyarat ini tidak terpenuhi, pariwisata tidak dapat dianggap sebagai disiplin ilmu. Untuk itu perlu dikaji disiplin ilmu pariwisata yang ada secara lebih mendalam dengan ketiga syarat tersebut. Dimulai dengan syarat pertama yaitu ontologi. Berasal dari dua suku kata yaitu ontos artinya sesuatu yang berwujud dan logos artinya pengetahuan. Ontologi dapat diartikan sebagai ilmu atau teori tentang keberadaan alam yang ada. Hal ini karena subjek ilmu atau sains bersifat eksperiensial atau dapat diamati melalui panca indera manusia.

         Aksiologis yaitu cabang filsafat yang berbicara tentang orientasi atau nilai kehidupan, karena dapat menjadi sarana orientasi manusia dalam upaya menjawab pertanyaan. Dalam hal ini aksiologi digunakan untuk menentukan nilai guna atau manfaat suatu ilmu, yang dibedakan menjadi dua hal yaitu teoritis dan praktis. Manfaat teoritis untuk menambah wawasan, keterampilan dan kearifan sebagai dasar pengembangan pariwisata. Manfaat praktis dapat diterapkan atau dinilai untuk pemangku kepentingan pariwisata. Kedua manfaat ini sangat berguna bagi para ilmuwan dan peneliti karena mereka akan memajukan masing-masing hal tersebut.

         Epistemologis yang berasal dari bahasa Yunani yaitu episteme yang artinya pengetahuan, dan logos yang artinya pengetahuan. Jadi, epistemologi adalah ilmu yang berhubungan dengan ilmu dan cara memperolehnya. Epistemologi membahas tentang prosedur, teknik, atau prosedur memperoleh pengetahuan dan beasiswa. Prasyaratnya ada tiga yaitu pendekatan, metodologi dan metode penelitian. Pendekatan seperti penggunaan perspektif, teori dan konsep dari ekonomi, sosial budaya, pendekatan perencanaan lingkungan dan sebagainya. Metodologi penelitian terbagi menjadi tiga, yaitu positivisme yang percaya pada satu kebenaran, interpretivisme digunakan untuk mendefinisikan metode kualitatif seperti obsesi partisipan dan wawancara tidak terstruktur, serta pragmatisme yang tidak tetap dan terus berubah.

         Ontologis dibedakan menjadi dua, yaitu objek material dan objek formal. Kedua obyek inilah yang menjadi rujukan penelitian di bidang sains, yang dapat dikatakan layak atau tidaknya ontologi ilmiah. Objek material dapat dikatakan adalah objek yang dapat dilihat secara langsung maupun abstrak, seperti fenomena transformasi sosial dan lanskap alam. Dengan membandingkan masa lalu dengan masa sekarang, kita dapat melihat secara langsung pergerakan masyarakat, apakah telah mengalami perubahan besar pada aspek sosial, budaya, dan ekonomi masyarakat itu sendiri. Pemandangan alam dapat diamati dengan mempertanyakan bentuk, jenis dan hal-hal lain yang berkaitan dengan alam.

         Untuk objek formal telah dilakukan kajian, misalnya pergerakan wisatawan dari tempat asal ke tujuan wisata mempengaruhi berbagai fenomena. Anda tidak bisa melihat pergerakan wisatawan secara langsung, tetapi Anda bisa belajar di sana. Tidak mungkin secara langsung mengkaji motivasi pergerakan wisatawan, jumlah kunjungan wisatawan, dan berbagai hal yang dilakukan wisatawan di destinasi wisata, namun dapat ditentukan dengan menggunakan metode penelitian yang ada. Dengan arus wisatawan, hal ini akan memberikan dampak yang beragam bagi wisatawan itu sendiri dan daerah tujuannya. Wisatawan mungkin memiliki pengaruh baik atau buruk pada tempat tujuan.

         Dari berbagai penjelasan yang ada, kedisiplinan pariwisata sangatlah penting. Segala sesuatu dalam pariwisata terkait dengan bidang lain yaitu ekonomi, sosiologi, antropologi, hukum, filsafat, dll. Hal ini dibuktikan dengan terpenuhinya ketiga syarat yaitu ontologi, epistemologi dan aksiologi. Berkat tautan ini, ini berkontribusi pada wawasan yang lebih luas tentang pariwisata. Mengingat pariwisata merupakan hal yang sangat umum saat ini dan menjadi kebutuhan masyarakat. Penting untuk mempelajari pariwisata untuk menambah pengetahuan, keterampilan, dan aplikasi Anda yang terkait dengan pariwisata. Segala pengetahuan yang ada di bidang pariwisata sangat penting untuk dapat mengembangkan pariwisata di daerah manapun, hal ini sangat bermanfaat karena dengan adanya pariwisata dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar. Oleh karena itu, belajar mengenai ilmu pariwisata menjadi sangat penting. Mungkin pariwisata hanya dikenal oleh khalayak umum hanya sebagai liburan, tempat wisata, pantai, gunung, perhotelan, villa, restoran dan lain sebagainya. Namun apabila dipelajari secara lebih lanjut, pariwisata tidak hanya sekedar operasional,  namun sebuah ilmu yang dapat dipelajari dan saling berkaitan pada bidang lainnya. 

Total dibaca 467 , Hari ini 1 

Kunjungi juga website kami di www.lpkn.id
Youtube Youtube LPKN