Jelaskan bahwa orang yang berpuasa di bulan Ramadhan dapat mengendalikan nafsunya

Jelaskan bahwa orang yang berpuasa di bulan Ramadhan dapat mengendalikan nafsunya
ilustrasi tasbih. ©umipearls.com

Merdeka.com - Puasa merupakan ibadah untuk Allah. Seorang hamba mendekatkan diri kepada Tuhan-nya dengan meninggalkan apa-apa yang dicintai jiwa dan nafsunya baik makanan, minuman maupun hubungan kelamin. Dari situ nampak ketulusan iman seorang hamba, kesempurnaan penghambaannya, kecintaannya kepada Tuhan-nya dan harapnya kepada pahala-Tuhan-nya.

Karena seseorang tidaklah meninggalkan apa-apa yang dicintainya kecuali untuk sesuatu yang lebih agung. Karena itu seorang muslim, hendaknya engkau termasuk mereka yang berpuasa demi mengharap apa-apa yang ada di sisi Allah dan menghinakan diri kepada-Nya dengan ibadah ini.

Sama seperti ibadah lainnya, ibadah puasa Ramadhan juga memiliki hikmahnya masing-masing bagi yang menjalankannya. Pengetahuan akan hikmah ini menjadi penting karena dengannya seseorang akan lebih termotivasi dalam menjalankan ibadah tersebut.

Lebih jauh berikut ini informasi lengkap mengenai hikmah puasa Ramadhan, batuk mengontrol hawa nafsu telah dirangkum merdeka.com melalui NU Online dan berbagai sumber lainnya.

2 dari 3 halaman

Hikmah puasa Ramadhan yang pertama adalah untuk melatih kesabaran. Inti dari kesabaran adalah menahan diri. Menahan diri dari dorongan untuk segera memiliki atau melakukan sesuatu yang negatif.

Puasa membiasakan kesabaran, karena pada puasa kita menahan diri untuk tidak memenuhi sesuatu yang menjadi kebutuhan pokok manusia sehari-hari yaitu makan dan minum.

Menahan dari dari kebiasaan yang tidak boleh dilakukan saat puasa seperti minum kopi atau teh di pagi hari, ngemil di siang hari, dan sebagainya. Kesabaran ini pada akhirnya juga mengikis kedengkian. Sebuah refleksi ketidaksabaran atas apa yang ada pada diri kita dibandingkan dengan apa yang ada pada orang lain.

2. Menyibukkan Diri dengan Zikir

Hikmah puasa Ramadhan berikutnya adalah dapat menyibukkan diri dengan zikir. Karena bila menuruti hawa nafsunya akan membuatnya lalai bahkan bisa mengeraskan hati. Karena itu Nabi -shalallahu alaihi wasallam- mengarahkan untuk meringankan makan dan minum.

3. Meningkatkan Ketakwaan

Ibnu Qudamah menjelaskan dua hal kelebihan puasa dalam kitab Mukhtashar Minhajul Qashidin. Pertama, puasa termasuk amalan yang tersembunyi dan amalan batin yang tidak bisa dilihat orang lain, ehingga tidak mudah disusupi riya. Kedua, cara untuk menundukkan musuh Allah. Karena sarana yang dipergunakan musuh adalah syahwat. Syahwat bisa menjadi kuat karena makanan dan minuman. Selagi lahan syahwat tetap subur, maka syetan bisa bebas berkeliaran di tempat gembalaan yang subur itu. Tapi jika syahwat ditinggalkan, maka jalan ke sana juga sempit.

Ketika seseorang ikhlas dalam menjalankan perintah Allah dan mampu meninggalkan larangan-Nya dengan kemampuan mengendalikan syahwatnya, maka pada saat itu ia mencapai derajat takwa.

3 dari 3 halaman

Hikmah puasa Ramadhan berikutnya yaitu, bisa membantu mengontrol hawa nafsu. Puasa pun dapat menjadi benteng bagi diri untuk mencegah melakukan perbuatan maksiat. Selama berpuasa, setiap orang diminta untuk menjaga hawa nafsu dan melindungi diri dari godaan setan.

5. Baik untuk Kesehatan Jasmani

Bukan hanya dapat mengontrol hawa nafsu, hikmah puasa Ramadhan juga dapat membantu kesehatan jasmani sebagaimana rohani. Dengan berpuasa, kebutuhan rohani akan kedekatan dengan Allah SWT dapat terpenuhi. Sedangkan secara jasmani, sistem pencernaan dalam tubuh selama sementara waktu akan istirahat. Puasa juga memberi kesempatan untuk mengeluarkan semua kotoran serta zat-zat berbahaya di dalamnya.

6. Mensucikan Jiwa

Hikmah puasa Ramadhan lainnya yaitu dapat mensucikan jiwa. Dengan menjalankan ibadah puasa, manusia telah memilih untuk menahan diri dari hal-hal yang sebenarnya halal untuknya. Sejak terbit fajar sampai dengan terbenamnya matahari, manusia menahan diri dari makanan, minum, dan bersetubuh.

Jika ia mau ia bisa saja melakukannya. Toh tidak ada yang mengetahuinya. Saat berada di rumah tertutup, di dalam kamar yang terkunci, tidak ada orang lain yang mengetahui jika ia makan dan minum. Tetapi tidak melakukannya karena Allah SWT.

7. Hidup Jauh Lebih Sederhana

Apakah kamu merasa di saat bulan puasa uang yang keluar dari dompet lebih sedikit dari biasanya? Ya, sebab, orang berpuasa akan makan dan minum di waktu berbuka dan sahur saja. Jika sudah kenyang, pikiran kita tidak akan terpikir untuk memesan kembali makanan atau minuman. Sebetulnya ngemil setelah waktu makan yang utama hanyalah hawa nafsu seseorang saja.

Baca juga:
Niat Puasa Ramadan dan Artinya, Ketahui Pula Doa Berbuka Sesuai Anjuran Rasulullah
Memahami Hisab Hakiki Wujudul Hilal dan Rukyatul Hilal, Metode Penentuan Awal Ramadan
Ramadan Kareem Artinya Murah Hati, Berikut Penjelasan Lengkapnya

Oleh: Ridwan Arif*

Seorang tokoh sufi agung dan pengarang kitab tasawuf terkenal, Kashful Mahjub menyatakan esensi puasa ialah menahan diri dari segala larangan Allah SWT. Pada dasarnya, menjauhi larangan Allah SWT adalah hal yang sukar dan berat bagi manusia.

Kenapa? Karena manusia memiliki hawa nafsu (keinginan jiwa). Sebagaimana dimaklumi, manusia selain dianugerahi akal oleh Allah SWT juga diberi nafsu. Kebanyakan dari hal-hal yang dilarang oleh Allah adalah disukai oleh nafsu (syahwat), sedangkan hal-hal yang diperintahkan oleh Allah yang akan mengantarkan manusia kepada keselamatan abadi di akhirat kelak, tidak disukai sama sekali oleh nafsu.

Seorang tokoh sufi agung periode awal, Imam al-Harits bin Asad al-Muhasibi dalam kitabnya yang terkenal, al-Ri’ayah li-Huquq Allah, mengemukakan sebuah hadis:

“Neraka dikelilingi oleh syahwat.”
(Hadis diriwayatkan oleh Muslim (nomor 2822) dari Anas bin Malik)

Hadis ini dijelaskan oleh sebuah hadis lainnya,"Sesungguhnya Allah SWT menciptakan neraka, kemudian Ia berkata kepada jibril: Pergilah ke neraka dan lihatlah. Maka, Jibril pun pergi ke neraka, lalu ia berkata: Demi kemuliaan-Mu, tiada seorang yang akan memasukinya. Kemudian Allah menghiasi neraka dengan syahwat, dan Ia berkata kepada Jibril: Pergilah ke neraka dan lihatlah apa-apa yang disediakan di dalam neraka untuk ahlinya. Maka Jibril pun pergi ke neraka lalu berkata: Demi kemuliaan-Mu, sungguh aku khawatir tidak seorang pun manusia yang akan selamat dari neraka. Dan Allah SWT menciptakan surga, lalu dia berkata kepada Jibril: Pergilah dan lihatlah ke dalamnya dan apa-apa yang aku sediakan di dalamnya untuk ahlinya. Maka Jibril pergi ke surga dan melihatnya, lantas ia berkata: Demi kemuliaan-Mu mungkin semua manusia akan memasukinya. Maka Allah menghiasi surga dengan yang tidak disukai, lalu ia berkata kepada Jibril: Pergilah dan lihatlah. Maka Jibril pun pergi dan melihat ke dalamnya, lalu ia berkata: Demi kemuliaan-Mu aku khawatir tiada seorang pun yang akan memasukinya."
(Hadis riwayat Ahmad (jilid 2 nomor 233, 353, 377), Abu Daud (nomor 4744) dan Tirmidzi (nomor 2560), Nasa’i (jilid 7, nomor 3), Ibn Hibban (nomor 7394)

Dari hadis di atas sangat jelas bahwa hal-hal yang bisa menjerumuskan manusia ke neraka identik dengan keinginan nafsu (syahwat), sedangkan amalan-amalan yang bisa memasukkan manusia ke surga, tidak disukai oleh nafsu. Karena itu puasa diperlukan sebagai latihan (training) pengendalian hawa nafsu.

Kegagalan manusia dalam mengendalikan hawa nafsu bisa berakibat fatal bagi diri manusia itu sendiri. Secara garis besar, hawa nafsu perlu dikendalikan karena:
1. Keinginan dari nafsu (syahwat) hanyalah hal-hal yang bersifat kelezatan duniawi, menyenangkan bagi jasad dan bersifat fisik material, sebagaimana firman Allah SWT,"Dijadikan indah pada pandangan manusia kecintaan kepada syahwat, yaitu wanita-wanita, anak-anak dan harta yang banyak berupa emas, perak, kuda-kuda yang tampan, dan binatang ternak dan sawah ladang atau tanam-tanaman. Demikian itu merupakan kesenangan hidup dunia dan di sisi Allahlah tempat kembali yang baik.” (Alquran al-Imran 3:14)

Dengan demikian, orang yang tidak bisa mengendalikan nafsu cenderung mengabaikan kehidupan akhirat, kebutuhan rohani dan hal-hal yang bersifat spiritual. Akibatnya terjadi kesenjangan dalam diri seseorang dan terlena dengan kehidupan dunia.

2. Hawa nafsu cenderung membawa manusia kepada kejahatan sebagaimana dinyatakan oleh Nabi Yusuf AS,"Aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan-kesalahan), karena sesungguhnya nafsu (hawa nafsu) selalu menyuruh kepada kejahatan kecuali orang yang diberi rahmat oleh Tuhanku." (Alquran Yusuf 12:53)

Dari ayat ini, dipahami nafsu cenderung menjerumuskan manusia kepada kejahatan, perbuatan dosa (maksiat) dan kefasikan.

3. Hawa nafsu cenderung membawa manusia kepada kesesatan, sebagaimana firman Allah SWT,“Janganlah kamu mengikuti hawa nafsu, maka ia akan menyesatkanmu dari jalan Allah. (Alquran Shad 38:26)

4. Orang yang dikalahkan oleh hawa nafsu disifatkan Allah sebagai telah menjadi hamba bagi nafsunya (menjadikan hawa nafsu sebagai Tuhan) karena ia menaati nafsunya dan mendurhakai Allah SWT, Tuhan yang mesti ditaatinya, sebagaimana firman Allah SWT,"Terangkanlah kepadaku tentang orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya. Maka, apakah kamu dapat menjadi pemeliharanya?” (Alquran al-Furqan 25:43)

5. Orang yang dirinya didominasi oleh nafsu hewani akan turun derajatnya dan mendapatkan kehinaan. Itulah beberapa alasan mengapa pengendalian hawa nafsu itu sangat penting sekali. Kegagalan dalam pengendalian hawa nafsu akan membuat manusia terjerumus ke dalam kejahatan, dosa, maksiat dan kesesatan yang mengakibatkan manusia jauh dari Allah dan mendapat murka-Nya serta jatuh ke jurang kehinaan.

Di sinilah peran penting puasa sebagai latihan (training) pengendalian hawa nafsu. Puasa bukan untuk membunuh atau mematikan hawa nafsu, karena bagaimana pun manusia memerlukannya. Dengan adanya hawa nafsu manusia bisa meneruskan kehidupan di bumi, membangun bumi dan menciptakan peradaban di bumi, yang merupakan tugas manusia sebagai khalifah (wakil) Allah di bumi.

Manusia dituntut untuk mengendalikan hawa nafsu agar tidak diperbudak olehnya. Hawa nafsu yang terkendali disebut dengan nafs al-muthma’innah (jiwa yang tenang), sebagaimana firman Allah SWT,"Wahai jiwa yang tenang! Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas (rida) lagi diridai. Maka, masuklah ke dalam golongan hamba-hamba-Ku. Dan masuklah ke dalam surga-Ku.” (Alquran al-Fajr 89:27-30)

Nafsu muthmainnah adalah nafsu yang sudah ditundukkan dan dikendalikan, sehingga bisa berjalan di jalan yang lurus dan di atas rel yang benar, sehingga tidak membahayakan pemiliknya.

Demikianlah pentingnya puasa sebagai momen latihan pengendalian hawa nafsu. Apabila seorang mukmin sukses dalam mengendalikan hawa nafsu, maka ia akan mampu menahan diri dari segala larangan Allah SWT dan tidak berat dalam melaksanakan semua perintah-Nya. Jika hal ini sudah terwujud, maka sesungguhnya seorang Muslim tersebut telah mencapai derajat takwa, suatu derajat yang paling mulia di sisi Allah SWT. Wallahualam.

*Dosen Falsafah dan Agama Universitas Paramadina, Jakarta.

Jelaskan bahwa orang yang berpuasa di bulan Ramadhan dapat mengendalikan nafsunya

Saksikan live streaming program-program BTV di sini

TAG: 

Jalan Pulang Ramadan Satu Ridwan Arif