Lihat Foto Show KOMPAS.com – Perdagangan internasional merupakan kajian yang begitu kompleks. Untuk memudahkan pemahaman terhadap kajian perdagangan internasional, kita bisa memulai dengan mempelajari teori-teori yang mendasarinya. Teori yang pertama adalah teori merkantilisme. Teori merkantilisme merupakan teori ekonomi yang berkembang pada abad 15 sampai 18, dipelopori oleh kaum merkantilisme. Kaum merkantilisme adalah sekelompok orang yang memiliki cita-cita atau ideologi kapitalis komersial. Kaum merkantilisme berpandangan bahwa politik kemakmuran suatu negara melebihi kemakmuran perseorangan. Dilansir dari buku Perdagangan Internasional (2018) karya Wahono Diphayana, kaum merkantilisme menilai kesejahteraan dengan emas dan perak atau logam mulia. Prinsip dasar merkantilisme menyebutkan bahwa kekayaan pemerintah diukur berdasarkan harta yang berupa emas atau perak. Baca juga: Pasar Valuta Asing: Konsep dan Fungsinya Suatu negara bisa menjadi kuat dan makmur jika negara tersebut menumpuk logam mulia. Saat teori ini pertama kali muncul, logam mulia digunakan sebagai alat pembayaran. Pada saat itu, negara yang kaya, makmur, dan kuat adalah negara yang memiliki logam mulia banyak. Pandangan teori iniDalam buku Langkah Awal Memahami Hukum Perdagangan Internasional (2019) karya Venatia Sri Hadirianti, dijelaskan bahwa menurut teori merkantilisme satu-satunya cara bagi suatu negara untuk menjadi kaya dan kuat adalah dengan melindungi perekonomian negaranya dan melakukan ekspor lebih besar daripada impor. Surplus ekspor yang dihasilkan berupa logam mulia, khususnya emas dan perak. Menurut teori ini, tujuan utama melakukan perdagangan internasional adalah untuk memperoleh tambahan logam mulia. Baca juga: Faktor yang Memengaruhi Nilai Tukar Semakin banyak logam mulia yang dimiliki oleh suatu negara, maka akan semakin kaya dan kuat negara tersebut. Sebab setiap negara tidak secara simultan dapat menghasilkan surplus ekspor. Di sisi lain, emas dan logam mulia yang lain jumlahnya mulai terbatas. Oleh sebab itulah, negara mulai mencari keuntungan dengan mengorbankan negara lain. Inilah salah satu pemicu terjadinya imperialisme di Eropa. Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Baca berikutnya
Lihat Foto
Dilansir dari Investopedia, merkantilisme dianut oleh negara-negara Eropa untuk sebisa mungkin memupuk kekayaan dengan meningkatkan ekspor serta mengurangi impor dengan menerapkan tarif atau bea masuk. Artikel ini secara lebih lanjut akan mengulas mengenai apa itu merkantilisme dan dampak merkantilisme terhadap Indonesia. Pengertian MerkantilismeMerkantilisme sendiri berasal dari bahasa inggris merchant yang berarti pedagang. Melalui sistem merkantilisme, sebuah negara berupaya untuk mengoptimalkan aktifitas perdagangan untuk mendapatkan keuntungan yang melimpah. Baca juga: Grace Period Adalah Masa Tenggang Pembayaran Utang, Apa Itu? Merkantilisme adalah paham yang mulanya populer di Eropa pada tahun 1500an. Kala itu, negara-negara Eropa meyakni, kekayaan dan kekuatan sebauh negara bisa tercapai dengan meningkatkan ekspor, untuk mengumpulkan logam mulia seperti emas dan perak. Merkantilisme menggantikan sistem ekonomi feodal yang sebelumnya dianut di kawasan Eropa Barat. Sebagai episentrum dari Kerajaan Britania Raya, kala itu Inggris memiliki kekayaan alam yang terbatas. Untuk meningkatkan kekayaannya, Inggris memperkenalkan kebijakan fiskal yang mencegah negara-negara penjajah dari membeli produk luar selain produk Inggris. Contohnya saja, Inggris mengeluarkan undang-undang yang mengatur mengenai impor gula pada tahun 1764. Undang-unang tersebut menaikkan bea masuk untuk gula rafinasi serta molase yang diimpor oleh koloni.
Merkantilisme adalah pandangan perdagangan proteksionis yang berfokus pada swasembada dan nasionalisme daripada perdagangan dan globalisasi. Ini umumnya dianggap sebagai pandangan kuno tentang sistem ekonomi, yang mengarah pada inefisiensi, konflik, dan penciptaan nilai yang berkurang. Merkantilisme biasanya mengacu pada kebijakan ekonomi apa pun yang dirancang untuk menghambat impor barang asing. Ini berasal dari era emas sebagai mata uang standar, di mana para raja memandang jumlah emas di perbendaharaan sebagai ukuran kekayaan suatu negara. Keasyikan dengan akumulasi emas ini pertama kali dikenal sebagai merkantilisme oleh Adam Smith. Para filsuf dan ekonom mengadopsi istilah tersebut, yang terkadang masih digunakan sampai sekarang. PengertianMerkantilisme adalah teori ekonomi di mana pemerintah berupaya mengatur ekonomi dan perdagangan untuk mempromosikan industri dalam negeri – seringkali dengan mengorbankan negara lain. Merkantilisme dikaitkan dengan kebijakan yang membatasi impor, meningkatkan stok emas, dan melindungi industri dalam negeri. Merkantilisme berlawanan dengan teori perdagangan bebas – yang berpendapat bahwa kesejahteraan ekonomi negara dapat ditingkatkan dengan cara terbaik melalui pengurangan tarif dan perdagangan bebas yang adil. Ciri-ciriAda 6 ciri dari merkantilisme yang akan dibahas secara singkat di bawah ini termasuk dalam hal perdagangan luar negeri, uang, bunga, faktor produksi populasi dan regulasi komersial. 1. Perdagangan Luar NegeriDi tempat pertama, merkantilis meletakkan penekanan besar pada keseimbangan yang menguntungkan dari perdagangan. Mereka menyatakan bahwa kekuatan dan kekayaan suatu negara tergantung pada dua hal yaitu kepemilikan tambang emas dan perak dan keseimbangan yang menguntungkan dari perdagangan. 2. Pentingnya UangMerkantilisme memiliki kepentingan yang sangat besar terhadap uang. Ini dianggap kekayaan sebagai sumber semua kekuatan dan meletakkan penekanan besar pada pentingnya emas, perak dll. Merkantilisme juga menganggap uang sebagai faktor yang signifikan untuk kemajuan komersial. Lebih lanjut saat perdagangan pada masa lalu sebagian besar dilakukan atas dasar barter barang, orang-orang secara alami lebih suka untuk menjaga emas dan perak daripada komoditas. 3. Bunga.Konsep bunga merupakan bagian penting dari merkantilisme meskipun tidak ada kebulatan suara di antara berbagai merkantilisme mengenai penggunaan dan pentingnya. 4. Faktor-faktor ProduksiMerkantilis menganggap tanah dan tenaga kerja sebagai satu-satunya faktor produksi. Josiah Child menyatakan bahwa tanah dan perdagangan bergandengan tangan. Sebagian besar merkantilis meletakkan penekanan pada kebutuhan peningkatan produksi dengan maksud untuk mencapai swasembada pangan serta dorongan dari ekspor. 5. Populasi besar.Merkantilisme menekankan perlunya memiliki populasi yang besar untuk meningkatkan produksi dan partisipasi dalam perang. 6. Regulasi Komersial.Merkantilis menerima kebutuhan regulasi komersial untuk kelancaran kerja ekonomi dan peningkatan kesejahteraan sosial. Hampir semua negara Eropa dibingkai pengaturan dengan maksud untuk membatasi impor barang asing dan mendorong ekspor. Merkantilisme melibatkan
Contoh merkantilisme
Merkantilisme ModernDalam dunia modern, merkantilisme terkadang dikaitkan dengan kebijakan, seperti:
Kritik terhadap Merkantilisme
Pembenaran untuk neo-merkantilismeTerlepas dari banyak kritik terhadap merkantilisme, ada argumen yang mendukung pembatasan perdagangan bebas dalam keadaan tertentu.
|