Interaksi yang mengarah pada perpecahan disebut interaksi sosial

Apa saja 10 Contoh Interaksi Sosial yang Mengarah Kepada Perpecahan. Simak penjelasannya.

Interaksi yang mengarah pada perpecahan disebut interaksi sosial

Sosiologi Info - Apa saja contoh interaksi sosial yang dapat mengarah kepada perpecahan di masyarakat atau di kehidupan sosial.

Bagaimana bisa hubungan sosial antara individu, kelompok masyarakat dapat menimbulkan kepada perpecahan ? Simak penjelasan dan ulasan berikut ini.

Mengenal Interaksi Sosial

Hubungan hubungan sosial yang dilakukan antara individu, atau seseorang baik antara manusia dengan manusia, antara manusia dengan kelompok masyarakat, itulah pengertian dari interaksi sosial.

Proses sosial ini terjadi jika antara kedua belah pihak atau lebih melakukan hubungan timbal balik, yaitu saling berinteraksi dengan berkontak dan berkomunikasi langsung.

Interaksi sosial juga dapat menimbulkan perpecahan atau konflik di masyarakat, ini sebut dengan interaksi disasosiatif.

Baca Juga : Pengertian Sosiologi Menurut Auguste Comte: Hukum Tiga Tahap

Sementara interaksi yang mengarah kepada hal yang baik atau persatuan di masyarakat disebut dengan interaksi asosiatif. 

Interaksi asosiatif ini adalah interaksi yang mengarah kepada kesatuan atau persatuan pandangan dalam masyarakat. 

Selanjutnya, untuk interaksi disasosiatif adalah interaksi yang mengarah kepada interaksi yang menimbulkan konflik atau perpecahan, maupun rengangnya hubungan sosial tersebut.

Lalu apa saja contoh yang bisa kita lihat, pada interaksi sosial yang dapat mengarah kepada interaksi sosial yang menimbulkan perpecahan atau konflik ? Simak contoh dan penjelasannya dibawah ini ya.

Contoh Interaksi Sosial yang Mengarah Kepada Perpecahan

Ada beberapa contoh interaksi sosial yang dapat menimbulkan perpecahan maupun konflik di masyarakat, yaitu :

1. Persaingan atau kompetisi pada saat pemilihan umum, baik presiden, gubernur, walikota, bupati, anggota dewan, hingga tingkat dasar yaitu seperti kepala desa/lurah.

Perpecahan atau konflik yang terjadi biasanya karena adanya perbedaan pilihan/pendapat yang membuat seseorang bersitegang.

Yang bisa saja menimbulkan perpecahan dan konflik sosial terjadi antar sesama individu, maupun kelompok masyarakat. 

2. Adanya kata kata kontroversi yang dilakukan oleh seseorang, seperti melakukan fitnah, mencaci maki, membenci, mengadu domba, yang dilakukan.

Baik antar individu, kelompok masyarakat maupun antar suku, etnis, yang bisa saja dengan satu kata ucapan yang kontroversi memicu adanya perpecahan dan konflik terebut. 

3. Adanya pertentangan yang menimbulkan konflik atau ketegangan yang terjadi, seperti terlibatnya ada tawuran, bentrokan, perkelahian antara individu.

Baik individu dengan individu, individu dengan kelompok, maupun kelompok antar kelompok masyarakat. 

Bisa menimbulkan perpecahan dan konflik karena adanya pertentangan yang ada di kehidupan sosial masyarakat. 

4. Adanya informasi bohong atau hoax yang sekarang kian meningkat produksinya di masyarakat. Ini bisa menjadi penyebab interaksi sosial bisa mengarah kepada perpecahan.

Apalagi jika informasi itu diterima mentah mentah oleh masyarakat tanpa ada penyaringan lagi dari informasi tersebut.

5. Adanya perlombaan yang diikuti dengan cara curang atau tidak sesuai ketentuan, maka bisa saja menimbulkan perpecahan yang diakibatkan ketidak terimanya lawan atau orang tersebut.

6. Adanya ketidak sesuain dalam pembagian sumber daya alam yang dimiliki kepada warga atau masyarakat. 

Maupun adanya ketidaksesuaian dalam penerimaan dari bagi hasil sumber daya alam, ini juga dapat menimbulkan perpecahan pada proses interaksi sosial di masyarakat. 

7. Ketika ada pembangunan di masyarakat yang tidak adanya lagi diskusi atau musyawarah dengan warga setempat.

Dalam pengambilan keputusan atau proses pembangunan itu, bisa saja menimbulkan perpecahan dalam proses interaksinya di kehidupan masyarakat.

8. Ketidak sepakatan terhadap nilai dan norma yang berlaku di masyarakat bisa juga menimbulkan perpecahan dalam interaksi sosial di masyarakat. 

Apalagi jika satu sama lain tidak mempunyai tujuan yang sama dalam kepentingan dan tindakannya di masyarakat. 

Bisa saja menimbulkan perpecahan dalam proses interaksi sosialnya tersebut.

9. Ketika seseorang yang sedang berdebat tidak ada yang mengalah dalam diskusinya, bisa juga menjadi pemicu terjadinya perpecahan di masyarakat. 

10. Tidak adanya saling pengertian antara sesama manusia, dan masyarakat juga bisa menjadi penyebab terjadinya pepercahan di masyarakat. 

Nah itulah penjelasan sekilas mengenai 10 Contoh Interaksi Sosial yang Mengarah Kepada Perpecahan. Semoga bermanfaat ya. 

Interaksi yang mengarah pada perpecahan disebut interaksi sosial

Jakarta -

Proses sosial disosiatif adalah interaksi sosial yang mengarah pada perpecahan dan pertentangan. Namun pada dasarnya, proses sosial disosiatif merujuk pada berbagai upaya manusia untuk mempertahankan kelangsungan hidup.

Menurut para ahli, manusia memiliki tiga perjuangan pokok dalam mempertahankan kelangsungan hidup. Tiga hal tersebut mencakup perjuangan melawan sesama, melawan makhluk lain dan melawan alam. Dalam perjuangan tersebut, proses sosial yang dilakukan meliputi persaingan, kontravensi, dan pertentangan.

Berikut bentuk-bentuk proses disosiatif seperti dilansir dari buku IPS Terpadu karya Nana Supriatna, dkk.

Persaingan adalah proses sosial ketika individu atau kelompok berusaha mengalahkan pihak lain untuk meraih keuntungan tanpa menggunakan ancaman atau kekerasan.

Persaingan dapat terjadi di lingkup sekolah hingga pekerjaan. Contoh, siswa bersaing dengan teman-teman sekolah untuk meraih prestasi.

Dalam kasus yang lebih luas, persaingan dapat muncul dalam aspek yang lebih jauh, seperti persaingan ekonomi, persaingan budaya, persaingan kedudukan dan peran, bahkan juga ras.

2. Kontravensi

Kontravensi adalah bentuk interaksi sosial berupa perasaan tidak suka yang disembunyikan, seperti keraguan bahkan kebencian terhadap pribadi seseorang. Kontravensi dapat dikatakan sebuah proses sosial yang berada di antara persaingan dan pertentangan.

Namun, kontravensi juga diartikan ahli sebagai sikap mental yang tersembunyi kepada orang lain. Dalam konteks ini, sikap mental hanya sampai tahap kebencian dan belum di tahap terjadi pertentangan.

Contoh, seseorang menyadari adanya perbedaan dengan pihak lain seperti budaya, pendapat, kepintaran, dan pola perilaku. Jika perbedaan tersebut tidak disertai dengan hati yang lapang, maka akan jadi pemicu pertentangan atau konflik.

Beberapa macam bentuk kontravensi seperti dikutip dari Pengenalan Sosiologi karya Taufiq Rohman Dhohiri yaitu:

a. Kontravensi bersifat umum seperti penolakan, protes, dan menghalangi.

b. Kontravensi sederhana seperti memaki, memfitnah,dan mencerca.

c. Kontravensi intensif seperti penghasutan dan penyebaran desas-desus.

d. Kontravensi bersifat rahasia, seperti berkhianat dan mengumumkan rahasia orang lain.

e. Kontravensi bersifat taktis seperti intimidasi, provokasi, dan mengganggu lawan.

3. Pertentangan atau Konflik

Pertentangan atau konflik adalah bentuk proses sosial antarperorangan atau kelompok tertentu akibat adanya perbedaan paham dan kepentingan. Pertentangan menimbulkan jurang pemisah yang dapat mengganggu interaksi sosial.

Umumnya, sebuah upaya dilakukan oleh masing-masing pihak dengan cara yang tidak wajar, sehingga menimbulkan pertikaian baik benturan fisik dan maupun kepentingan yang saling menjatuhkan.

Sebagai salah satu bentuk interaksi sosial, pertentangan lebih mengarah pada kekerasan. Sebab, tujuan pertentangan yaitu untuk menentang pihak lawan yang disertai ancaman dan kekerasan.

Penyebab terjadinya pertentangan di masyarakat di antaranya:

a. Adanya perbedaan antar individu.

b. Adanya perbedaan kebudayaan.

c. Adanya perbedaan kepentingan.

d. Adanya perubahan sosial.

Beberapa bentuk pertentangan yang sering dijumpai di kehidupan masyarakat seperti dikutip dari buku IPS SMP karya Sugiharsono, dkk, yaitu:

a. Pertentangan pribadi

b. Pertentangan rasial

c. Pertentangan antara kelas-kelas sosial

d. Pertentangan politik

Perlu digarisbawahi, pertentangan tidak selalu berbentuk dan berdampak negatif. Contoh, pada sebuah diskusi, pertentangan diharapkan membawa tiap pihak mencapai titik temu mengenai suatu fenomena sosial. Selama pertentangan itu tidak berlawanan dengan pola hubungan sosial yang sudah baku dalam struktur sosial tertentu, maka pertentangan dapat bermakna positif.

Nah, jadi ada tiga bentuk interaksi sosial disosiatif beserta contohnya yang bisa detikers identifikasi di kehidupan sehari-hari. Semoga menambah pengetahuan, detikers.

Simak Video "Bantah Berafiliasi dengan Ormas, JNE Duga Ada Persaingan Bisnis"



(twu/twu)


Page 2

Jakarta -

Proses sosial disosiatif adalah interaksi sosial yang mengarah pada perpecahan dan pertentangan. Namun pada dasarnya, proses sosial disosiatif merujuk pada berbagai upaya manusia untuk mempertahankan kelangsungan hidup.

Menurut para ahli, manusia memiliki tiga perjuangan pokok dalam mempertahankan kelangsungan hidup. Tiga hal tersebut mencakup perjuangan melawan sesama, melawan makhluk lain dan melawan alam. Dalam perjuangan tersebut, proses sosial yang dilakukan meliputi persaingan, kontravensi, dan pertentangan.

Berikut bentuk-bentuk proses disosiatif seperti dilansir dari buku IPS Terpadu karya Nana Supriatna, dkk.

Persaingan adalah proses sosial ketika individu atau kelompok berusaha mengalahkan pihak lain untuk meraih keuntungan tanpa menggunakan ancaman atau kekerasan.

Persaingan dapat terjadi di lingkup sekolah hingga pekerjaan. Contoh, siswa bersaing dengan teman-teman sekolah untuk meraih prestasi.

Dalam kasus yang lebih luas, persaingan dapat muncul dalam aspek yang lebih jauh, seperti persaingan ekonomi, persaingan budaya, persaingan kedudukan dan peran, bahkan juga ras.

2. Kontravensi

Kontravensi adalah bentuk interaksi sosial berupa perasaan tidak suka yang disembunyikan, seperti keraguan bahkan kebencian terhadap pribadi seseorang. Kontravensi dapat dikatakan sebuah proses sosial yang berada di antara persaingan dan pertentangan.

Namun, kontravensi juga diartikan ahli sebagai sikap mental yang tersembunyi kepada orang lain. Dalam konteks ini, sikap mental hanya sampai tahap kebencian dan belum di tahap terjadi pertentangan.

Contoh, seseorang menyadari adanya perbedaan dengan pihak lain seperti budaya, pendapat, kepintaran, dan pola perilaku. Jika perbedaan tersebut tidak disertai dengan hati yang lapang, maka akan jadi pemicu pertentangan atau konflik.

Beberapa macam bentuk kontravensi seperti dikutip dari Pengenalan Sosiologi karya Taufiq Rohman Dhohiri yaitu:

a. Kontravensi bersifat umum seperti penolakan, protes, dan menghalangi.

b. Kontravensi sederhana seperti memaki, memfitnah,dan mencerca.

c. Kontravensi intensif seperti penghasutan dan penyebaran desas-desus.

d. Kontravensi bersifat rahasia, seperti berkhianat dan mengumumkan rahasia orang lain.

e. Kontravensi bersifat taktis seperti intimidasi, provokasi, dan mengganggu lawan.

3. Pertentangan atau Konflik

Pertentangan atau konflik adalah bentuk proses sosial antarperorangan atau kelompok tertentu akibat adanya perbedaan paham dan kepentingan. Pertentangan menimbulkan jurang pemisah yang dapat mengganggu interaksi sosial.

Umumnya, sebuah upaya dilakukan oleh masing-masing pihak dengan cara yang tidak wajar, sehingga menimbulkan pertikaian baik benturan fisik dan maupun kepentingan yang saling menjatuhkan.

Sebagai salah satu bentuk interaksi sosial, pertentangan lebih mengarah pada kekerasan. Sebab, tujuan pertentangan yaitu untuk menentang pihak lawan yang disertai ancaman dan kekerasan.

Penyebab terjadinya pertentangan di masyarakat di antaranya:

a. Adanya perbedaan antar individu.

b. Adanya perbedaan kebudayaan.

c. Adanya perbedaan kepentingan.

d. Adanya perubahan sosial.

Beberapa bentuk pertentangan yang sering dijumpai di kehidupan masyarakat seperti dikutip dari buku IPS SMP karya Sugiharsono, dkk, yaitu:

a. Pertentangan pribadi

b. Pertentangan rasial

c. Pertentangan antara kelas-kelas sosial

d. Pertentangan politik

Perlu digarisbawahi, pertentangan tidak selalu berbentuk dan berdampak negatif. Contoh, pada sebuah diskusi, pertentangan diharapkan membawa tiap pihak mencapai titik temu mengenai suatu fenomena sosial. Selama pertentangan itu tidak berlawanan dengan pola hubungan sosial yang sudah baku dalam struktur sosial tertentu, maka pertentangan dapat bermakna positif.

Nah, jadi ada tiga bentuk interaksi sosial disosiatif beserta contohnya yang bisa detikers identifikasi di kehidupan sehari-hari. Semoga menambah pengetahuan, detikers.

Simak Video "Bantah Berafiliasi dengan Ormas, JNE Duga Ada Persaingan Bisnis"


[Gambas:Video 20detik]
(twu/twu)