Hamil muda apakah boleh minum obat antibiotik?

Penggunaan Pada Kehamilan dan Ibu Menyusui Clindamycin general_alomedika 2022-06-10T15:03:10+07:00 2022-06-10T15:03:10+07:00

Penggunaan clindamycin pada kehamilan dinilai aman, baik untuk sediaan topikal maupun sistemik. Pemberian clindamycin tidak direkomendasikan pada ibu menyusui karena berpotensi menyebabkan masalah saluran cerna pada bayi seperti diare dan kolitis.

Penggunaan pada Kehamilan

Penggunaan clindamycin pada kehamilan masuk dalam Kategori B oleh Food and Drug Administration (FDA). Artinya, studi pada binatang percobaan tidak memperlihatkan adanya risiko terhadap janin, namun belum ada studi terkontrol pada wanita hamil.

Menurut Therapeutic Good Administration (TGA), clindamycin masuk dalam kategori A. Artinya, obat telah dikonsumsi oleh banyak ibu hamil atau wanita usia reproduksi tanpa peningkatan frekuensi malformasi atau efek berbahaya lain, baik secara langsung maupun tidak langsung pada janin.[22,31]

Secara umum, clindamycin dinilai aman digunakan untuk ibu hamil. Sampai saat ini belum ada laporan terkait malformasi kongenital maupun komplikasi pada ibu dan janin yang menggunakan clindamycin pada trimester pertama.

Namun, studi pada trimester akhir belum menunjukkan bukti yang adekuat. Studi pada hewan juga tidak menunjukan adanya gangguan pada janin.[23]

Ibu hamil yang mengalami bakterial vaginosis dapat menggunakan clindamycin, baik oral maupun vaginal, sebagai pilihan terapi antibiotik.

Meta analisis dari 5 studi menemukan bahwa pemberian clindamycin pada ibu hamil dengan bakterial vaginosis sebelum usia kehamilan 22 minggu berhubungan dengan penurunan risiko kelahiran prematur < 37 minggu dan keguguran pada janin yang berusia 16 – 23 minggu.

Tidak ada efek samping serius yang ditemukan dalam studi-studi di meta analisis tersebut. Meta analisis ini tidak membagi kehamilan berdasarkan tinggi rendahnya risiko prematuritasnya.[24]

Sebaliknya, uji kontrol acak ganda yang dilaksanakan pada tahun 2006 – 2011 menemukan hal yang bertentangan dengan meta analisis di atas. Studi ini menginklusi 2.869 ibu hamil dengan risiko prematuritas rendah dan membaginya menjadi 3 kelompok, yaitu kelompok yang mendapat clindamycin 600 mg satu kali sehari, tiga kali sehari, dan plasebo.

Hasil studi ini menemukan bahwa penggunaan clindamycin tidak menurunkan risiko kelahiran prematuritas dan keguguran, namun tidak ada efek samping serius yang ditemukan pada ibu maupun bayi.[25]

Clindamycin juga digunakan off-label sebagai terapi alternatif pada pasien rosacea yang sedang hamil. Pada ibu hamil yang mengalami infeksi pada mulut dan gigi seperti gingivitis dan periodontitis, clindamycin dapat menjadi pilihan terapi alternatif bila pasien diketahui alergi pada pengobatan penicillin.[13,28]

Penggunaan pada Ibu Menyusui

Penggunaan clindamycin pada ibu menyusui perlu diawasi dan cenderung tidak direkomendasikan. Clindamycin diketahui dapat diekskresikan melalui ASI. Setelah 2 jam pemberian 600 mg clindamycin secara intravena, kadar clindamycin dalam ASI adalah 3,1 mg/L.

Pada ibu menyusui yang memerlukan terapi antibiotik, obat-obatan seperti amoksisilin, amoksisilin-asam klavulanat, doksisiklin, atau eritromisin lebih disarankan untuk penggunaan sistemik.

Efek samping yang dapat timbul pada bayi adalah ketidakseimbangan flora di gastrointestinal yang bermanifestasi sebagai diare, kandidiasis, dan kolitis. Gejala ini akan menghilang setelah penggunaan antibiotik dihentikan.

Penggunaan clindamycin pada vagina dapat diserap secara sistemik sampai dengan 30%. Akan tetapi, dosis ini dinilai jarang menimbulkan efek samping pada bayi. Penggunaan topikal pada kulit juga jarang menimbulkan efek samping.

Untuk penggunaan topikal pada kulit di sekitar payudara, sediaan yang disarankan adalah sediaan krim, gel, atau cair. Sediaan salep tidak disarankan karena mengandung parafin yang berbahaya untuk bayi.[13]

Direvisi oleh: dr. Dizi Bellari Putri

13. Drugs and Lactation Database. Bethesda (MD): National Library of Medicine (US)-Clindamycin. 2021. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK501208/ 22. Drugs.com. Clindamycin pregnancy and breastfeeding warnings. 2018. https://www.drugs.com/pregnancy/clindamycin.html 23. Briggs GGFR. Drugs in pregnancy and lactation. Baltimore MD: Williams and Wilkins. 2014. 24. Lamont RF, Nhan-Chang CL, Sobel JD, Workowski K, Conde-Agudelo A, Romero R. Treatment of abnormal vaginal flora in early pregnancy with clindamycin for the prevention of spontaneous preterm birth: a systematic review and metaanalysis. Larsson et al., Clin Microbiol 2016, 5:5 DOI: 10.4172/2327-5073.1000259 25. Subtil D, Brabant G, Tilloy E, Devos P, Canis F, Fruchart A. Early clindamycin for bacterial vaginosis in pregnancy (PREMEVA): a multicentre, double-blind, randomized controlled trial. Lancet. 2018;392(10160:2171-9 28. Rivero AL, Whitfeld M. An update on the treatment of rosacea. Australian prescriber. 2018 Feb;41(1):20.

31. Nishimura RA, Otto CM, Bonow RO, et al. 2017 AHA/ACC focused update of the 2014 AHA/ACC guideline for the management of patients with valvular heart disease: a report of the American College of Cardiology/American Heart Association Task Force on Clinical Practice Guidelines. J Am Coll Cardiol. 2017;70(2):252-289. doi:10.1016/j.jacc.2017.03.011

Antibiotik adalah sekelompok senyawa alami (dihasilkan oleh fungi) atau sintetik yang dijadikan obat yang mempunyai efek menekan atau menghentikan pertumbuhan mikroorganisme, khususnya bakteri. Penggunaan antibiotik ini biasanya berkaitan dengan penyakit infeksi.

Selama kehamilan, terutama trimester pertama, tidak selamanya seorang ibu sehat. Adakalanya sakit dan memerlukan obat. Bahkan sebenarnya masa kehamilan dan menyusui adalah masa yang rentan dan sensitif terhadap berbagai penyakit. Namun terkadang kita ragu, apakah boleh antibiotik bagi ibu hamil trimester pertama?  Apalagi obat yang dimaksud adalah obat antibiotik. Padahal kondisi ibu sudah sakit .

Berdasarkan hal tersebut, artikel kali ini akan membahas seluk beluk antibiotik untuk ibu hamil trimester pertama. Artikel akan mencakup kondisi ibu hamil yang membutuhkannya, antibiotik yang aman, aturan minum antibiotik, kategori antibiotik, dan bahaya antibiotik bagi kehamilan.

Baca juga artikel :

Antibiotik Sesuai Kondisi Ibu Hamil

Sebenarnya telah banyak beredar pengetahuan tentang manfaat dan bahaya antibiotik. Oleh karena itu, tidak bisa seseorang sembarangan seseorang meminum obat jenis ini. Apalagi bagi ibu hamil trimester pertama. Kehamilan pada trimester pertama ini, ibu baru saja mengalami perubahan, beberapa sangat sensitif secara emosi dan fisik, dan beberapa ibu mengalami morning sick dan sangat mudah sakit. Sementara kondisi pada trimester pertama janin baru mulai berkembang. Embrio janin mulai berkembang sampai akhirnya mulai terlihat bentuk badannya di bulan ketiga. Kehamilan pada trimester ini harus dijaga betul agar janin tetap berada di tempatnya dan fungsi otak berkembang baik.

Apabila ibu mengalami sakit, dokter akan memberikan antiniotik untuk ibu hamil trimester pertama dengan mempertimbangkan hal-hal berikut :

  1. Tidak ada pilihan pengobatan lain.Dokter akan mempertimbangkan resiko penggunaan antibiotik seminimal mungkin, biasanya akan diberikan yang cukup aman dengan dosis yang tidak tinggi.
  2. Dokter memperkirakan apabila ibu hamil tidak diberikan antibiotik maka penyakit yang diderita akan lebih berbahaya berdampak kepada janin. Infeksi yang banyak menyerang ibu adalah infeksi saluran kemih pada ibu hamil dan infeksi dari Streptococcus. Selain itu antibiotik juga digunakan kepada ibu hamil yang terkena penyakit ginjal, radang usus buntu, radang kantong empedu, dan infeksi-infeksi lain yang berbahaya. Dokter tidak memberikan antibiotik pada saat ibu terkena batuk pilek atau influenza, atau radang tenggorokan.
    Antibiotik tidak efektif pada penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus dan jamur. Oleh karena itu, biasanya dokter akan meminta untuk tes urin dan darah lengkap untuk memastikan penyebab penyakit sebelum memberi antibiotik.

Baca juga artikel :

Kategori Antibiotik untuk Ibu Hamil

Para dokter sudah mengelompokkan antibiotik berdasarkan kategori tertentu. Kategori yang dipertimbangkan adalah keamanannya pada kehamilan dan pada janin. Kategori antibiotik tersebut, yaitu :

1. Antibiotik Kategori A

Antibiotik dengan dosis yang paling rendah dan paling aman dipakai terutama untuk kehamilan di trimester pertama, saati ibu sakit sementara janin baru mulai berkembang, dan pada saat janin mendekati saat dilahirkan. Contoh kategori ini adalah Mycostatin.

2. Antibiotik Kategori B

Antibiotik dengan kategori Ini adalah kategori yang dianggap masih aman digunakan selama masa kehamilan. Kategori aman, meskipun dosisnya dianggap lebih tinggi dari kategori A, namun tidak ada bukti komplikasi kehamilan dan cacat lahir karena penggunaannya. Ini dapat terjadi karena memang sedikit sekali wanita hamil yang menggunakannya dan studi yang dilakukan sebagai percobaan juga masih terbatas. Contoh antibiotik jenis ini yaitu penisilin, cefixime, amoksilin, naproxen, dan lain-lain.

3. Antibiotik Kategori C

Terdapat cukup data dari berbagai kasus kelahiran dan komplikasi kehamilan, bahwa antibiotik kategori ini harus dihindari selama kehamilan. Kategori C adalah antibiotik yang meyebabkan komplikasi pada kehamilan dan janin namun dalam tahap yang masih dapat diperbaiki. Termasuk dalam kategori C adalah antibiotik Bactrim, monistas, cipro, dan diflucan.

4. Antibiotik Kategori D

Antibiotik kategori D benar-benar tidak dapat digunakan selama masa kehamilan dan menyusui,. Antibiotik ini jelas dalam banyak kasus menyebabkan komplikasi kehamilan dan bayi yang dilahirkan cacat. Termasuk kategori D adalah oxytetracyline dan naproxen.

Baca juga artikel :

  • Antibiotik untuk Ibu Menyusui
  • Amankah Antibiotik Bagi Ibu Hamil

Bahaya Antibiotik Bagi Ibu Hamil

Dosis, lamanya penggunaan, dan waktu penggunaan (di trimester mana digunakan) mempengaruhi resiko bahaya antibiotik bagi wanita hamil. Dan seperti sudah diketahui, bahwa bahaya tidak hanya mengintai kondisi kehamilan dan ibu, bahaya ini juga mengintai janin yang terdapat dalam kandungan.
Beberapa bahaya antibiotik untuk ibu hamil trimester pertama, yaitu :

  1. Ketidakmampuan anak yang dilahirkan melawan berbagai jenis infeksi. Antibiotik yang ikut terpapar pada janin selama masa kehamilan, membuat bayi yang dilahirkan kebal terhadap antibiotik atau tidak mampu beradaptasi dengannya.
  2. Penggunaan jenis obat untuk tuberkolosis dalam jangka waktu lama dan dosis tinggi menyebabkan anak yang dilahirkan menjadi tuli dan giginya berwarna hitam.
  3. Antibiotik jenis tetracycline menyebabkan ibu yang hamil mengalami kerusakan hati.
    Antibioti jenis nitrofuren dan turunannya dan jenis sulfonamides dianggap menjadi penyebab utama cacat bayi yang lahir dengan ibu yang mengkonsumsinya.
  4. Penggunaan tetrasiklin pada trimester pertama kehamilan dapat menyebabkan gangguan pertumbuhan tulang pada janin, terutama pada bayi yang lahir prematur. Namun kelainan yang disebabkannya tidak bersifat menetap. Penggunaan di trimester berikutnya kehamilan dapat menyebabkan katarak kongenital pada bayi baru lahir dan warna gigi yang kekuning-kuningan.
  5. Obat jenis aminoglikosida sangat tidak disarankan pada wanita hamil. Obat-obatan yang tergolong jenis antibiotik golongan ini adalah kanamisisn, gentamisisn, tobramisin, sisomisin, netilmisin, framisetin, dan paramoisisn. Obat-obat tersebut menyerap langsung ked alam otot dan syaraf, mungkin dengan perbandingan yang lebih besar daripada yang diserap ibu. Penggunaan pada masa orogenesis dapat menyebabkan kerusakan ginjal dan komplikasi penyakit otot dan syaraf.
  6. Antibiotik jenis metronidazole dipercaya merupakan obat karsinogenik bagi wanita hamil. Wanita yang hamil di trimester pertama tidak diperbolahkan mengkonsumsinya. Jika terpaksa hanya boleh digunakan pada trimester kedua dan ketiga. Zat karsinegeniknya diyakini dapat menyebabkan kelainan pada limfa.
  7. Antibiotic jenis amoxicylin yang banyak beredar di masyarakat dan dapat diperjualbelikan di beberapa tempat tidak terlalu berbahaya bagi kehamilan dan janin. Namun ada beberapa efek samping yang dapat dirasakan ibu / wanita hamil. Efek samping tersebut antara lain diare, pusing, mual, muntah, gangguan tidur / insomnia, rasa terbakar di dada, nyeri perut, sakit kepala, dan pendarahan. Khusus untuk pendarahan, segera berkonsultasi dengan dokter apabila terjadi.

Aturan Minum Antibiotik Bagi Ibu Hamil

Pada dasarnya setiap penggunaan antibiotik tidak boleh sembarangan atau tanpa resep dokter siapapun pemakainya, laki-laki, wanita, lanjut usia atau anak-anak. Kondisi kehamilan trimester pertama, di mana organ-organ janin mulai terbentuk membuat aturan menjadi lebih ketat lagi. Apalagi mengingat bahaya penggunaannya bagi wanita hamil. Berikut aturan minum antibiotik bagi wanita hamil trimester pertama :

  1. Konsultasi dengan dokter pada setiap sakit / keluhan yang dialami selama kehamilan trimester ini. Tidak hanya antibiotik, penggunaan obat-obatan biasa juga sebisa mungkin dihindari.
  2. Jika harus minum obat, terutama antibiotik harus di bawah pengawasan dokter
  3. Pastikan sakit / keluhan yang dialami merupakan penyakit / gejala dari infeksi bakteri yang memang memerlukan antibiotik.
  4. Konsultasi dengan dokter untuk penggunaan / pemilihan antibiotik yang paling aman dikonsumsi, secara oral / suntikan (infus) / ditetes langsung di tempat yang sakit.
  5. Konsultasi dengan dokter untuk konsumsi obat dengan dosis yang paling rendah namun efektif
  6. Konsultasi dengan dokter untuk konsumsi antibiotik bersamaan dengan obat-obatan jenis lain
  7. Konsultasikan dengan dokter untuk penggunaan obat dalam waktu yang relatif lama.
  8. Pastikan berkonsultasi dengan jelas pada dokter lengkap dengan jenis obat yang digunakan dan efek sampingnya bagi kondisi kehamilan, ibu, dan janin.

Baca juga artikel :

  • Kehamilan Post Term
  • Komplikasi Kehamilan
  • Tanda Keguguran di Awal Kehamilan 

Demikian artikel tentang antibiotik untuk wanita hamil di trimester pertama. Konsultasi selalu dengan dokter semua keluhan semasa kehamilan, karena kondisi imunitas ibu memang menurun di masa ini. Semoga artikel ini bermanfaat bagi semua. Terima kasih.